Setiap orang yang
melihat pohon beringin tua di sudut kiri halaman rumah Dina pasti menyarankan
agar di tebang saja. Banyak alasan yang diungkapkan. Akarnya bisa merusak
bangunan di sekitarnya hingga terlihat angker dan menyeramkan apalagi jika pada
malam hari. Pak Gunar, Ayah Dina, sebenarnya setuju dengan mereka namun Dina
tidak. Entah kenapa Dina suka sekali dengan pohon beringin itu.
Seringkali
sepulang sekolah dengan seragam masih melekat di badan, Dina asyik bergelantungan
pada akar pohon beringin dengan tangkasnya. Beberapa kali pula Dina sering
terlihat asyik berbincang-bincang dengan pohon yang umurnya mungkin sudah
puluhan tahun itu. Entah apa yang dia ucapkan tapi jika orang lewat melihat
pasti akan mengira Dina gila karena suka bicara sendiri. Dina juga senang
belajar dan membaca di bawah rindangnya pohon yang memiliki nama latin Ficus
Benjamina L itu. Ayah lalu membuat tempat duduk melingkari pohon beringin agar
Dina lebih nyaman dalam belajar.
“Aku akan selalu
menjagamu beringin tua. Kau tidak usah khawatir. Beberapa waktu lalu Ayah akan
menebangmu tapi aku mencegahnya dan sekarang batangmu semakin besar, daunmu
semakin rimbun dan burung-burung banyak yang berdatangan membangun sarang di
sini. Aku senang sekali melihatnya. Kau mengurangi polusi udara, pemberi
kesejukan di saat panas dan menjadi awal dari kehidupan beberapa hewan yang
bersarang di tempatmu,”terang Dina pada beringin tua seolah-olah dia tengah
berbincang dengan sahabatnya sendiri.
Sebenarnya selain
yang sudah disebutkan Dina di atas, pohon beringin juga memiliki manfaat untuk
menyembuhkan beberapa penyakit seperti pilek, demam, rematik, disentri, radang
usus, dan beberapa penyakit lainnya. Itu karena akar, daun dan kulit batangnya
mengandung saponin, falvonoida, polifenol, asam amino dan fenol.
“Tadi malam rumah
tetanggaku dimasuki pencuri. Mereka membawa kabur televisi, laptop, perhiasan
dan uang puluhan juta rupiah,”ucap Mirna kepada Dina ketika waktu istirahat,”Bu
Tasih sampai pingsan setelah mengetahui rumahnya di bobol pencuri,”imbuh Mirna
ikut bersedih.
“Memangnya orang
rumah tidak tahu ada pencuri masuk?”tanya Dina heran.
“Tidak. Mereka
terlalu lelap tidurnya. Tapi menurutku itu lebih baik sebab jika kepergok
pencuri, mereka bisa dilukai. Itu malah lebih berbahaya,”jawab Mirna.
Di rumah, Dina
menceritakan hal itu kepada Ayahnya. Ayah ternyata sudah tahu jika akhir-akhir
ini banyak pencuri berkeliaran. Makanya beliau membeli samurai dan memajangnya
di dinding kamar untuk berjaga-jaga seandainya ada pencuri masuk.
“Sebenarnya Ayah
tidak perlu melakukan itu karena jika kita rajin berdoa, Tuhan akan menjaga
kita Ayah,”ucap Dina menenangkan hati Ayah.”Lagipula kita punya saudara yang
akan selalu menjaga rumah kita dari pencuri,”ucapnya lagi seraya pergi membawa
buku-buku pelajaran menuju pohon beringin tua. Alis Ayah terangkat dan
keningnya berkerut memikirkan ucapan putri tersayangnya tersebut. Tapi beliau
tetap tidak mengerti.
Malam harinya,
diiringi hujan rintik-rintik, beberapa bayangan mencurigakan berkelebat di
sekitar rumah Dina. Dengan cekatan mereka membongkar jendela samping rumah
dengan linggis lalu masuk ke dalam. Langkah mereka cepat tapi halus sehingga
tidak menimbulkan kegaduhan. Mereka lalu beraksi membawa barang-barang
incarannya. Namun salah seorang pencuri ceroboh dan menjatuhkan gelas di meja
tamu. Gelas itu pecah dan membangunkan seisi rumah.
“Siapa itu?”tanya
Ibu terkejut bukan main.
“Ssstt....Jangan
berisik. Mama di sini saja. Aku akan memeriksanya keluar,”jawab Ayah sambil
menghunus samurai beliau berjingkat pelan meninggalkan kamar.
“Hati-hati, Pa.
Mungkin ada pencuri masuk. Atau sebaiknya Papa di sini saja. Biarkan mereka
pergi yang penting kita selamat,”bisik Ibu ketakutan.
“Tidak bisa, Ma.
Papa mau melihat ke kamar Dina juga. Takut terjadi apa-apa padanya,”kilah Ayah.
Beliau tetap bersikeras melihat apa yang terjadi sebenarnya saat ini.
Beliau lalu
menyalakan lampu di ruang makan, ruang tengah, ruang tamu dan terakhir mengetuk
kamar Dina untuk memastikan bahwa putrinya baik-baik saja. Dinapun keluar dari
kamar sambil menggosok-gosok matanya.
“Ada apa, sih,
Yah? Kok aku mendengar ada benda jatuh berisik sekali,”tanya Dina setengah
sadar.
“Sepertinya kita
baru kedatangan tamu tak diundang. Lihatlah rumah kita berantakan sekali. Dan
beberapa barang hilang dari tempatnya. Dina di sini saja, Ayah akan mengecek
keluar,”ucap Ayah lalu berlari ke luar rumah untuk melihat apakah para
pencurinya sudah pergi menjauh. Ayah melihat di pinggir jalan depan rumah
mereka masih terparkir sebuah minibus berwarna hitam yang mencurigakan. Namun
tidak ada siapapun yang terlihat di sana.
“Hehk..!hehk...!
to...to...looong.... ka..ka...mi.......,”tiba-tiba terdengar desis orang minta
tolong dari sudut kiri halaman rumah. Suara itu berasal dari atas beringin tua
yang tumbuh di sana.
Ayah mendekat dan
menemukan pemandangan luar biasa yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Lima
orang bercadar menggelantung di langit. Tubuh mereka terlilit akar pohon
beringin tua yang kuat dan panjang. Nafas mereka juga terengah-engah karena
selain melilit tubuhnya, akar pohon beringin itu juga menjerat lehernya dengan
kencang. Beberapa barang hasil curian mereka bergeletakan dibawah.
“Lihatlah Ayah, seperti
yang aku bilang kita tidak usah khawatir karena ada sahabat kita yang akan
selalu menjaga rumah ini,”timpal Dina yang tahu-tahu sudah berada di samping
Ayah. Senyum merekah di bibirnya. Ibu yang ikut keluar mengelus kepala putri
kesayangannya itu. Akar-akar gantung pohon beringin tua melorot ke bawah dan
meletakkan para perampok yang sudah pingsan itu ke tanah. Ayah dibantu Ibu dan
Dina lalu mengikat mereka satu persatu sebelum menghubungi polisi.
Tidak berapa lama
kemudian, polisi datang untuk mengamankan para perampok yang sudah lama menjadi
buronan polisi. Aksi-aksi mereka sudah sangat meresahkan masyarakat.
Orang-orang berkumpul dan berkerumun sibuk membahas kejadian tersebut. Mereka
tidak mengerti bagaimana bisa gerombolan perampok itu dilumpuhkan dengan
mudahnya.
Tidak ada
seorangpun yang tahu. Begitu juga dengan pihak kepolisian. Dina, Ayah dan
Ibunya diam seribu bahasa menyimpan rahasia terbesar dari pohon beringin tua
yang telah membalas budi atas kebaikan keluarga itu.
Posting Komentar untuk "BALAS BUDI POHON BERINGIN TUA #beringin #balasbudi"