Hari ini, Ardi memiliki jadwal yang cukup padat. Pulang sekolah dia harus berlatih baca puisi dengan Bu Ratih untuk lomba pada Sabtu besok. Setelah itu dia juga ada tes masuk salah satu klub sepakbola favorit di kotanya. Ardi sudah pernah ikut tes masuk sekali namun gagal karena kurangnya persiapan.
Sebenarnya
Ardi sudah punya klub sepakbola tapi kurang terkenal. Padahal jika
diperbolehkan ia ingin menjadi pemain bola profesional yang hebat seperti
Lionel Messi atau Ronaldo. Salah satunya adalah berlatih dengan klub sepakbola
terbaik dikotanya yang sudah ikut Liga Profesional. Untuk tes kali ini Ardi
telah mempersiapkannya jauh-jauh hari dengan berlatih lebih keras.
“Ayah
bisa mengantar aku, kan?,”tanya Ardi pada Ayahnya. Pak Dimas, Sang Ayah
mendongak. Dia tengah sibuk mempersiapkan peralatan memancingnya.
“Eh...kamu
ada teman yang ikut seleksi juga tidak?”Ayah justru balik bertanya bukannya
menjawab pertanyaan Ardi.
“Ada,
Yah. Si Bima, dia akan diantar ayahnya. Memangnya kenapa?”perasaan Ardi jadi
tidak enak.
“Ehm...kalo
begitu kamu ikut Bima saja, yah. Nanti aku telpon Ayahnya supaya menjemput
kemari. Sekarang Ayah ada janji dengan Pak Ridwan mau mancing di sungai. Ayah
tidak enak untuk membatalkan,”jawaban Ayah membuat Ardi tertunduk sedih. Ia
sudah menduga dari tadi karena sejak punya hobi baru yaitu memancing, Ayah jadi
orang yang berbeda. Ardi bukannya tidak suka Ayah dengan hobi barunya itu tapi
dia ingin Ayah tetap peduli padanya karena saat seperti ini dia membutuhkan
dukungan penuh darinya.
“Kenapa
tidak dibatalkan saja janjinya, Yah. Besok kan bisa. Ardi akan senang sekali
kalo Ayah ikut memberikan dukungan. Dia pasti akan tampil lebih semangat,”usul
Ibu sambil membawakan bekal untuk Ayah dan Ardi.
“Tidak
bisa, Bu. Pak Ridwan itu atasan Ayah. Kalo menolak, Ayah takut kenapa-kenapa.
Lagian Ayah sudah sering menemani Ardi berlatih setiap Kamis sore. Dan Ayah
lihat dia sudah semakin berkembang permainannya. Ayah yakin kali ini dia akan
diterima,”jawab Ayah lirih. Tidak berapa lama, Bima datang menjemput. Dia
diantar ayahnya. Pak Dimas berbincang sebentar dengan Ayah Bima, Pak Tulus.
“Ayo,
ikut sekalian denganku?”ajak Pak Tulus semangat.
“Maaf,
Mas, aku tidak bisa. Aku ada acara dengan Bosku. Tidak berani aku menolaknya.
Aku titip anakku ya. Mudah-mudahan anak kita berhasil semua,”jawab Ayah menolak
secara halus. Pak Tulus mengangguk. Setelah berpamitan mobil itu meluncur
pergi. Begitu juga dengan Ayah. Iapun ikut pergi juga menemui Pak Ridwan yang
baru saja menelepon kalau dia sudah sampai di sungai menunggunya.
Pak
Dimas memancing hingga sore hari. Namun anehnya, ketika temannya dapat ikan
banyak sekali, dia belum dapat satupun. Padahal mereka memancing di tempat yang
sama.
“Ada
apa ini? Mimpi apa aku semalam sehingga buruk benar nasibku. Tidak ada satupun
ikan yang menyenggol pancingku,”gumam Pak Dimas tidak habis pikir.
“Umpanmu
dimakan, tuh, Pak. Coba ditarik. Mudah-mudahan ini hari keberuntunganmu!”seru
Pak Ridwan sambil tersenyum. Ia yang sudah mendapat banyak ikan ikut kasihan
juga melihat nasib anak buahnya itu.
Ucapan
Pak Ridwan ternyata benar. Kail Pak Dimas dimakan oleh ikan gabus sebesar paha
orang dewasa. Dia sampai berpeluh keringat ketika coba menaikannya. Ikan
gabusnya juga aneh. Dilehernya ada lingkaran kuning keemasan. Ikan gabus itu
disimpan di ember lalu dibawa pulang karena dia sudah kelelahan.
“Bagaimana
hasil tes Ardi, Bu? Berhasil tidak?”tanya Pak Dimas sesampainya di rumah. Ibu
menggeleng.
”Kurang
tahu, Pak. Hasilnya diumumkan besok. Ardi malah cedera engkel setelah
bertabrakan dengan pemain lain. Sekarang dia sedang di kamar
beristirahat,”jelas Ibu cemas. Pak Dimas lalu segera menghubungi temannya, Pak
Eko, seorang guru olahraga yang pintar mengobati cedera kaki untuk menyembuhkan
Ardi. Dia juga bercerita perihal ikan gabus yang baru ditangkap. Ikan gabus itu
ditaruh di ember besar di kamar mandi.
“Mungkin
kita pelihara saja karena aku suka ikan ini. Ada kalung emas di lehernya,”jawab
Pak Dimas ketika ditanya akan diapakan ikan itu.
Malam
harinya Pak Dimas bermimpi bertemu seorang lelaki yang sangat tua. Lelaki tua
itu minta diantarkan ke rumah anaknya. Maka dengan mengendarai mobil iapun
segera mengantar lelaki tersebut. Ketika sampai di tempat tujuan, betapa
terkejutnya Pak Dimas karena tempatnya adalah sungai tempat kemarin dia
mendapatkan ikan gabus berkalung emas. Dan lebih mengejutkan lagi, lelaki tua
tersebut melompat ke dalam sungai yang dalam itu. Pak Dimas terbangun pada pagi
harinya, lalu tanpa di perintah, Ikan Gabus berkalung emas yang di dapatnya
kemarin langsung dibawa serta dan dikembalikan ke sungai tempat kemarin dia
memancing.
“Kembalilah
ke rumahmu, Pak Tua, maafkan atas kesalahanku,”ucap Pak Dimas penuh rasa
bersalah.
Pulangnya
Pak Dimas senang sekali karena Ardi sudah sembuh cederanya.”Ayah, aku juga
mendapat kabar dari Bima bahwa kami berdua diterima di klub favorit itu,”ucap
Ardi bahagia. Selain itu, Pak Ridwan juga memberitahu bahwa Pak Dimas mendapat
promosi jabatan mulai bulan depan.
Posting Komentar untuk "IKAN GABUS BERKALUNG EMAS #gabus #kalungemas"