OPIN, ANAK ALBINO YANG TAMPIL BEDA #albino



              
Mengapa setiap kali melihat ke kaca, Opin selalu menangis. Bukan karena wajahnya jelek tapi karena dia berbeda. Kulitnya putih bahkan terlalu putih. Jika di televisi ada  iklan pemutih yang banyak disukai orang terutama kaum perempuan maka Opin justru membencinya. Kemanapun dia pergi, Opin akan selalu menjadi pusat perhatian. Orang-orang pasti memandangnya dengan tatapan aneh seperti sedang melihat hantu.
               Ya, Opin adalah anak albino. Itu karena tubuh Opin tidak bisa menghasilkan pigmen melanin yang merupakan pigmen penting untuk menyerap sinar Ultra Violet matahari. Pigmen ini juga berfungsi membentuk warna kulit, rambut dan mata.
               Opin adalah murid kelas 5 di SD Mekarsari 02. Di sekolah dia bukan murid yang bodoh. Rangkingnya selalu nomor satu. Suaranya bagus dan fisiknya kuat. Makanya dia sering jadi wakil sekolah mengikuti kejuaraan nyanyi maupun olahraga dan sering menang. Olahraga favoritnya adalah tenis meja. Opin menyukai tenis meja karena olahraga ini di mainkan di dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung sebab menurut dokter orang albino seperti Opin memiliki resiko yang lebih besar terkena kanker kulit akibat kurangnya pigmen melanin sang pelindung kulit.
Meskipun demikian, sebenarnya ada banyak hal yang bisa dibanggakan dari diri Opin. Seharusnya dia tidak perlu minder dan rendah diri dengan kondisinya tersebut. Apalagi tidak ada yang membedakan antara anak albino dengan anak normal kecuali warna kulit dan rambutnya saja yang tidak sama.
               “Setiap manusia diciptakan berbeda-beda oleh Tuhan, Opin. Kita tidak bisa menolaknya karena ini sudah takdir. Kita tinggal mensyukurinya sebagai anugerah terbaik dari Tuhan untuk kita,”nasehat Ayah suatu kali ketika mendapati putra tersayangnya sesenggukan di kamarnya. Opin baru pulang sekolah. Dia habis bertengkar dengan Iwan yang memanggilnya monster putih yang  aneh. Opin marah sekali dan hendak meninju muka Iwan sebelum dilerai oleh Pak Imam, penjaga sekolah yang kemudian menasehatinya untuk bersabar dan tidak terpancing emosinya.
               “Berkemaslah sayang. Hari ini Ayah dan Bunda akan mengajakmu melihat pertunjukan sirkus terbaik di dunia,”ucap Ayah lantang kepada Opin yang sedang asyik menonton TV. Sudah jam 8 tapi Opin belum mandi. Hari Minggu membuatnya malas membersihkan diri.
               Opin terhenyak heran. ”Pertunjukkan sirkus dimana, Ayah? Kok, aku tidak tahu, ya?”tanya Opin sambil garuk-garuk kepala.
               “Pertunjukkannya bukan disini Opin, tapi di alun-alun kota. Ayah juga tahunya dari teman yang sudah beli tiket tapi tidak jadi nonton karena ada acara penting. Tiket itu akhirnya dibeli oleh Ayah tiga. Sementara dua tiket lainnya diberikan ke saudaranya,”jelas Ayah.”Nah... sekarang kamu mandi, terus pakai baju yang bagus. Ayah dan Bunda sudah siap, nih....”
               Opinpun segera bergegas mandi dan berdandan rapi. Setelah makan, mereka lalu berangkat menuju ke arena pertunjukkan sirkus yang katanya berasal dari Jakarta.
               Setibanya di lokasi  mereka langsung masuk ke arena pertunjukkan di dalam tenda besar dengan tempat duduk melingkar berbentuk oval dan tidak perlu antri membeli tiket. Penontonnya banyak sekali. Meskipun begitu arena sirkusnya cukup luas dan tempat duduknya tertata rapi sehingga penonton dapat menikmati pertunjukkan dengan aman dan nyaman. Ada banyak atraksi sirkus yang membuat jantung berdebar seperti pertunjukkan akrobat, pertunjukkan badut, binatang seperti gajah, kuda, singa, anjing dan beruang, berjalan di atas tali, juggling, naik sepeda roda satu, dan hiburan-hiburan lainnya.
Uniknya lagi beberapa orang yang melakukan pertunjukkan memiliki sejumlah keanehan, ada yang wajahnya dipenuhi bulu lebat menutupi seluruh mukanya, ada yang bertubuh raksasa, manusia kerdil atau lelaki dengan kaki yang tidak sempurna yang mampu mengendalikan singa agar menurut mengikuti perintahnya.
               “Bagaimana dengan pertunjukkan sirkus tadi, Nak? Kau puas?”tanya Ayah dalam perjalanan pulang seusai  pertunjukan.
               “Ya, aku suka sekali, Ayah. Bahkan ingin menonton lagi jika ada waktu,”jawab Opin senang.
               “Mudah-mudahan bisa. Kau lihat  orang-orang yang beratraksi tadi. Beberapa diantara mereka memiliki keanehan dan cacat tubuhnya. Tapi mereka tidak minder dan rendah diri. Mereka tetap bersemangat menunjukkan kebolehannya masing-masing. Berkat keahlian mereka, orang-orang bertepuk tangan karena kagum. Mereka tidak dicemooh atau diejek, justru sangat dihargai.”terang Ayah  agar Opin tidak rendah diri dengan keadaannya sekarang. Opin mengangguk paham. Dipeluknya Ayah erat-erat. Opin berharap bisa membuat kedua orang tuanya bangga kelak meskipun dia berbeda.



               

Posting Komentar untuk "OPIN, ANAK ALBINO YANG TAMPIL BEDA #albino"