Pada zaman dahulu,
di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur ada sepasang suami istri yang memiliki
empat belas anak. Anak laki-laki ada tujuh begitu juga dengan anak perempuannya
ada tujuh pula. Anak perempuannya semua penurut dan patuh pada orang tua,
sementara anak laki-lakinya nakal semua kecuali si bungsu yang bernama Suri
Ikun. Si Bungsu anak manis dan baik hati. Dia begitu disayang orang tua dan
kakak-kakak perempuannya.
Mereka bertani
dengan tekun untuk menghidupi anak sebanyak itu. Namun hasil pertanian mereka
sering di ganggu oleh hama babi. Jumlah mereka banyak dan makan dengan rakus.
Jika tidak dihentikan maka keluarga besar itu bisa terancam kehidupannya. Suri
Ikun yang rajin membantu orang tuanya bertani mengusulkan untuk melakukan ronda
malam agar babi-babi hutan tidak masuk ke kebun dan sawah mereka.
“Jadi tiap malam
bergantian ada yang menjaga kebun dan sawah. Jika ada rombongan babi mendekat
langsung kita usir. Jika mampu kita tangkap, dagingnya bisa untuk dimakan
bersama,”jelas Suri Ikun. Anak laki-laki yang berjumlah tujuh orang akan bergantian
menjaga kebun selama satu minggu sampai musim panen tiba. Kedua orang tuanya
setuju namun saudara laki-laki Suri Ikun yang pemalas tidak senang dengan
rencana itu.
Mereka lalu
mengutarakan banyak alasan jika waktunya tiba untuk menjaga kebun.”Maaf, Dik.
Hari ini Kakak sedang sakit, jadi kamu gantikan Kakak untuk ronda malam, ya?
Lagipula Kakak juga tidak pandai memanah dan menombak, jadi percuma saja jika
ada babi lewat,”kata mereka berulang-ulang tiap mendapat giliran ronda. Dengan
begitu maka selama satu minggu dan seterusnya hanya Suri Ikun sajalah yang
meronda. Jika Suri Ikun berhasil menangkap babi, kakak laki-lakinya dengan
rakus memakannya dan hanya menyisakan kepala babi saja untuk Suri Ikun. Tentu
saja Suri Ikun malas untuk memakannya. Kejadian seperti itu terus menerus
dialami oleh Suri Ikun. Meski demikian Suri Ikun tetap menjalaninya dengan
tabah dan senang hati. Melihat ketekunan dan kesabaran si bungsu maka orang tua
Suri Ikun dan saudara perempuannya semakin sayang pada Suri Ikun.
Saudara
laki-lakinya yang pemalas lalu iri dengan perhatian dan kasih sayang berlebih
kepada Suri Ikun. Mereka lalu merencanakan untuk menyingkirkan Suri Ikun ke
hutan. Suri Ikun lalu diajak berburu ke hutan oleh mereka.
“Nanti kita
tinggalkan dia di sana diam-diam agar dimakan oleh penghuni hutan
tersebut,”jelas salah seorang kakak Suri Ikun kepada saudaranya yang lain.
Mereka semua tertawa senang mendengar rencana itu.
Maka ketika
perburuan semakin masuk ke dalam hutan, enam kakak Suri Ikun dengan kejamnya
berbalik ke desa dan meninggalkan Suri Ikun sendirian. Suri Ikun berteriak
memanggil nama mereka namun malah dijawab oleh para hantu penghuni hutan
sehingga Suri Ikun semakin jauh tersesat. Namun hantu-hantu tersebut tidak suka
dengan tubuh Suri Ikun yang kurus. Mereka menangkap Suri Ikun dan menguncinya
di dalam sebuah gua. Setiap hari Suri Ikun diberi makan agar tubuhnya menjadi
gemuk. Dan kalau sudah gemuk barulah mereka akan memakannya.
Pada suatu hari,
masuklah dua ekor burung kecil ke dalam gua. Keduanya dalam keadaan terluka.
Suri Ikun lalu merawat dan mengobati kedua burung itu hingga mereka sembuh dan
dapat terbang kembali seperti semula. Suri Ikun beruntung karena kedua burung
yang dia rawat ternyata bukan burung biasa.
“Sebagai ucapan
terimakasih, kami akan membawamu pergi dari sini menuju ke daerah yang sangat
indah,”ucap burung ajaib itu. Suri Ikun dibawanya terbang menjauhi hutan dan
hantu-hantu jahat yang akan memakannya menuju ke sebuah kerajaan yang besar dan
megah.
“Sekarang seluruh
kerajaan ini menjadi milikmu, Suri Ikun. Kau juga berhak menikah dengan putri
kerajaan. Kami harap kalian berdua bisa menjaga dan melindungi rakyat di
kerajaan ini agar hidup mereka damai, bahagia dan sejahtera tidak kurang suatu
apa,”pesan kedua ekor burung ajaib tersebut. Suri Ikun senang bukan main
mendapat hadiah istimewa yang tidak disangka-sangka itu. Akhirnya kehidupannya
berubah dari rakyat biasa yang miskin dan menderita menjadi seorang raja kaya
raya. Namun demikian Suri Ikun tetap rendah hati dan tidak sombong. Iapun
memimpin kerajaan dengan penuh bijaksana.
Posting Komentar untuk "SURI IKUN DAN DUA EKOR BURUNG BAIK HATI #suriikun"