Pada jaman dahulu,
seorang pemuda nelayan bernama Toba yang tinggal di tanah Batak berhasil
menangkap seekor ikan. Dia sangat terkejut karena ikan tersebut ternyata dapat
berbicara.
“Tolong lepaskan
aku, Tuan. Aku akan melakukan apa saja keinginanmu jika mau melepaskan aku. Aku
janji,”ucap ikan tersebut memohon dengan sangat agar dilepaskan.
“Baiklah. Aku akan
membebaskanmu. Tapi aku ingin tahu siapa sebenarnya dirimu? Mengapa kau bisa
berbicara seperti aku?”jawab Toba dengan mata berbinar. Ia begitu penasaran
dengan tangkapannya kali ini yang begitu aneh.
“Aku akan
tunjukkan siapa sebenarnya diriku,”ucap ikan tersebut. Kemudian iapun berubah
menjadi seorang perempuan cantik sekali. Melihat kecantikan perempuan tersebut,
Toba jatuh cinta.
“Aku tidak
menyangka ternyata kamu seorang gadis yang sangat cantik. Nah, seperti janjimu
tadi yang akan menuruti semua keinginanku jika aku membebaskanmu. Maukah kamu
menikah denganku?”pinta Toba dengan penuh harap. Perempuan cantik jelmaan ikan
aneh itupun tidak dapat mengelak dari janjinya. Ia harus menuruti keinginan
Toba.
“Aku akan menikah
denganmu asalkan seumur hidupmu jangan pernah mengungkit asal usulku yang
berasal dari ikan. Kau bisa?”si perempuan cantik mengajukan syarat. Karena
sudah terlanjut cinta, maka Toba bersedia saja menyetujui syarat dari perempuan
cantik tersebut.
Mereka akhirnya
menikah dan memiliki seorang anak yang diberi nama Samosir. Anak laki-lakinya
tersebut setelah besar sering diminta ibunya untuk mengirim makanan ke Toba di
ladang atau ketika sedang menjala ikan di sungai. Samosir dengan senang hati
melaksanakan tugas tersebut.
“Samosir,
bangunlah, Nak! Bawalah makanan ini ke Ayahmu di ladang. Dia pasti sudah
menunggu karena tadi berangkat belum makan,”perintah ibunya. Samosir bangun dan
mencuci mukanya lalu pergi ke ladang membawa makanan untuk ayahnya. Di tengah
jalan ia berhenti dan merasakan perutnya kelaparan. Samosir lalu memakan
sebagian makanan kiriman untuk ayahnya.
Ketika ayahnya
membuka makanan tersebut, ia sangat terkejut karena sudah tidak utuh lagi. Toba
bertanya kepada Samosir kenapa makanannya berkurang dan Samosir jujur menjawab
kalau dialah yang memakannya karena kelaparan di jalan. Mendengar jawaban itu,
meluaplah emosi Toba.
“Dasar anak kurang
ajar tidak tahu diuntung. Persis seperti ibumu yang seekor ikan. Didikan
ibumulah yang membuatmu begini!”omel Toba tidak mampu mengendalikan ucapannya.
Samosir menangis
sedih mendengar hal itu. Ia lalu pulang dan bercerita kepada ibunya,”Benarkah
ibu seekor ikan?”tanya Samosir seraya mengulang ucapan ayahnya.
Sang Ibu sedih
sekali mendengar hal itu karena berarti suaminya telah melanggar sumpahnya dulu
sebelum mereka menikah untuk tidak pernah mengungkit asal usulnya.
“Sudahlah, Nak.
Tidak usah dipikirkan lagi ucapan ayahmu. Mungkin dia sedang emosi sehingga
kata-katanya tidak terkontrol. Sekarang lebih baik kau pergilah ke puncak bukit
lalu panjatlah pohon yang paling tinggi disana,”suruh Sang Ibu kepada Samosir.
Anak itupun mematuhi perintah ibunya setelah ia diberitahu jika sebentar lagi
akan turun hujan lebat yang bisa mengakibatkan banjir besar.
“Aku akan pergi ke
ladang untuk memberitahu ayahmu. Yang penting kau selamatkan diri dulu. Nanti
kami menyusul,”imbuhnya lagi.
Beberapa waktu
setelah Samosir sampai di bukit dan memanjat pohon tertinggi. Turunlah hujan
disertai angin topan dan petir menyambar-nyambar. Daerah itupun tenggelam dan
menjadi sebuah danau. Toba tidak mampu menyelamatkan diri dan mati tenggelam.
Sedangkan istrinya selamat setelah kembali berubah menjadi seekor ikan seperti
asalnya dulu.
Danau itu lalu
diberinama Danau Toba. Sementara bukit atau daerah yang ada ditengahnya
diberinama Pulau Samosir dan berkembang menjadi pemukiman penduduk yang ramai
hingga sekarang.
Posting Komentar untuk "ASAL USUL DANAU TOBA #danautoba #samosir"