AJI SAKA (Asal Usul Aksara Jawa) #ajisaka #aksarajawa



Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa ada sebuah Kerajaan bernama Medangkamulan yang diperintah oleh seorang raksasa bernama Prabu Dewatacengkar.
Prabu Dewatacengkar sebenarnya seorang raja yang arif bijaksana. Dia mampu mensejahterakan dan melindungi rakyatnya dengan baik. Namun suatu kesalahan terjadi ketika juru masak istana teriris jarinya sehingga darah dan potongan jarinya tersebut masuk ke dalam masakan yang dihidangkan kepada raja justru membuat Prabu Dewatacengkar sangat menyukainya.
“Kau tambahkan bumbu apa pada masakanmu kali ini? Masakanmu jadi enak sekali. Aku sangat puas dengan hasil kerjamu hari ini,”tanya Prabu Dewatacengkar kepada juru masak istana yang dijawab dengan jujur tentang apa yang ia alami sebelumnya di dalam dapur bahwa darah dan jarinya sempat masuk ke dalam hidangan tersebut.
Prabu Dewatacengkar lalu mengambil kesimpulan bahwa darah dan daging manusia ternyata enak dimakan. Maka sejak saat itu, ia selalu minta hidangan daging manusia untuk makanannya sehari-hari. Kerajaan Medangkamulan berubah menjadi murung dan menakutkan karena setiap hari ada saja rakyatnya yang menjadi santapan rajanya sendiri.
Pintu-pintu rumah penduduk selalu tertutup rapat. Pasar yang tadinya ramai menjadi sepi. Ladang dan sawah terbengkalai menjadi lahan tidak produktif karena rakyat sangat ketakutan keluar rumah. Mereka yang masih selamat berusaha keluar dari kerajaan untuk mencari tempat aman di daerah lain.
Pada suatu hari kerajaan tersebut kedatangan seorang pertapa sakti yang masih muda bernama Aji Saka. Ia ditemani oleh seorang abdi setianya bernama Dora. Mereka datang ke istana sengaja untuk menghentikan kekejaman Prabu Dewatacengkar.
“Mau apa kau datang kemari anak muda?”tanya Prabu Dewatacengkar yang baru saja memarahi Patih Jugul Muda karena hari ini belum berhasil memberinya makan daging manusia.
“Saya datang kemari untuk menyenangkan hati Paduka Raja. Karena rakyat paduka saya lihat sudah habis maka saya bersedia untuk menjadi santapan Paduka Raja,”jawab Aji Saka dengan tenangnya. Prabu Dewatacengkar tertawa senang mendengarnya. Ketika yang lain kabur darinya karena ketakutan, Aji Saka malah datang menyodorkan nyawanya.
“Tapi saya punya satu permintaan sebelum Paduka memakan saya,”ucap Aji Saka.
“Ehm...asal tidak merepotkan, akan aku kabulkan. Apa permintaanmu, anak muda?”balas Prabu Dewatacengkar.
“Tidak sulit Paduka. Saya hanya ingin diberikan tanah seluas ikat kepala saya. Tapi harus Paduka sendiri yang mengukurnya,”jawab Aji Saka mulai menjalankan strateginya untuk menyingkirkan Prabu Dewatacengkar.
Prabu Dewatacengkar lalu membuka gulungan ikat kepala Aji Saka dan mengulurnya jauh hingga ke ujung Pantai Selatan. Aji Saka lalu menyabetkan ikat kepala itu hingga membuat Prabu Dewatacengkar terpental ke tengah laut. Tubuh Prabu Dewatacengkar lalu berubah menjadi seekor buaya putih dan ia tidak dapat kembali lagi ke darat.
Aji Saka kemudian menggantikan posisinya sebagai Raja Medangkamulan. Rakyat yang mengungsi ke daerah lain akhirnya kembali ke rumah. Kehidupanpun berjalan normal seperti biasanya. Jauh dari rasa takut dan ancaman Prabu Dewatacengkar.
Aji Saka ingat bahwa sebelum ia pergi ke Medangkamulan, ia punya senjata keris sakti yang disimpan di rumahnya di Desa Majethi. Keris pusaka ia titipkan pada abdi setianya yang lain bernama Sembada agar dijaga dan jangan diserahkan kepada siapapun kecuali Aji Saka sendiri yang datang dan memintanya secara langsung.
Maka ketika Dora datang karena diutus Aji Saka untuk mengambil pusaka tersebut, Sembada menolaknya. Sesuai pesan Aji Saka ia tidak akan menyerahkan keris tersebut kecuali Aji Saka sendiri yang datang langsung memintanya.
Dora sendiri telah berjanji tidak akan pulang ke Medangkamulan sebelum tugasnya terlaksana. Maka pertarungan sengit antara kedua abdi setia Aji Saka tersebut tidak dapat dielakkan. Keduanya sama-sama kuat dan sakti mandraguna. Setelah pertarungan selama berhari-hari akhirnya keduanyapun meninggal karena luka-luka yang diderita serta kelelahan teramat sangat.
Aji Saka sedih sekali mengetahui tewasnya kedua abdi setia tersebut demi mempertahankan tugas masing-masing. Ia lalu membuat sebuah tulisan yang kelak akan dipakai secara turun temurun oleh Masyarakat Jawa hingga sekarang. Tulisan Jawa tersebut dibuat sebagai penghormatan kepada dua abdi setianya yaitu Sembada dan Dora.
Inilah tulisan dan juga artinya : - Ha Na Ca Ra Ka (ada dua orang) - Da Ta Sa Wa La (Keduanya berkelahi) - Pa Dha Ja Ya Nya (Sama-sama kuat) - Ma Ga Ba Tha Nga (Keduanyapun tewas)

Posting Komentar untuk "AJI SAKA (Asal Usul Aksara Jawa) #ajisaka #aksarajawa"