Sudah lama Monyet
dikenal sebagai binatang yang cerdas tapi juga licik. Mereka pintar seperti
manusia. Namun mereka juga tamak dan rakus sehingga Monyet sering mendapatkan
masalah karena sifat buruknya tersebut.
Ayam Jago
mengetahui semuanya namun entah kenapa dia masih mau berteman dengan Monyet.
Padahal Kepiting, sahabatnya yang lain, sudah berulang kali mengingatkan untuk
berhati-hati dan menjauhi Monyet.
“Monyet tidak
segan-segan mencelakai temannya sendiri demi mewujudkan cita-citanya. Kau harus
menjaga jarak dengannya. Berteman boleh tapi jangan terlalu dekat,”begitu
nasehat Si Kepiting.
“Ya, aku akan
selalu waspada, Teman. Percayalah. Aku bisa jaga diri. Lagipula aku lihat
selama ini Monyet baik dan tidak bertingkah aneh-aneh padaku,”balas Ayam Jago
percaya sekali pada kemampuan dirinya. Kepiting menarik napas dalam-dalam
mendengar jawaban tersebut.
Suatu hari, Monyet
mengajak Ayam Jago pergi ke hutan untuk mencari makanan. Ayam Jago berjalan di
depan sementara Monyet mengikutinya di belakang. Setelah berjalan
berputar-putar mencari makanan, Ayam Jago kelelahan. Begitu juga dengan Monyet.
Mereka lalu duduk untuk beristirahat. Setelah berkurang lelahnya, mereka
kembali melanjutkan perjalanan mencari makanan.
Monyet yang selalu
berjalan di belakang Ayam Jago, tiba-tiba timbul ide jahat di kepalanya.
Melihat tubuh Ayam Jago yang gemuk dan segar. Monyet malah berniat memangsa
Ayam Jago.
“Manusia saja
sangat suka makan sate ayam atau ayam bakar, kenapa aku tidak?”pikir Monyet
penuh kemenangan. Senyum jahat merekah di bibirnya. Ia terus mengikuti Ayam
Jago dari belakang, menunggu sasarannya tersebut lengah.
Di depan sebuah
pohon pisang yang telah masak, Ayam Jago berhenti. Ia lalu meminta Monyet untuk
memetik pisang tersebut. Namun Monyet menghilang. Ayam Jago kebingungan
mencarinya.
“Monyet kamu
dimana? Aku telah menemukan makanan yang kita cari. Kemarilah! Tolong kau petik
pisang ini,”pinta Ayam Jago dengan suara keras agar di dengar oleh Si Monyet.
“Aku di sini
teman!”jawab Monyet dari atas pohon kenari lalu meloncat turun untuk menyergap
Ayam Jago yang terkejut dan tidak siap menerima serangan mendadak tersebut.
Monyet lalu mematahkan leher Ayam Jago, mencabuti bulunya dan membakarnya
hingga matang untuk dijadikan santapan terlezat yang pernah dinikmatinya.
Untuk
menghilangkan jejak, bulu dan tulang belulang Ayam Jago dibuangnya ke sungai.
Monyet takut ada teman Ayam Jago yang mengetahuinya.
Sementara itu,
Kepiting yang tengah asyik bermain di antara bebatuan sungai dikejutkan oleh
puluhan bulu ayam yang terapung-apung mengikuti arus air. Melihat bulu-bulu
ayam itu, perasaan Kepiting jadi tidak enak. Bulu-bulu itu mirip sekali dengan
bulu milik Si Ayam Jago sahabatnya. Apalagi datangnya dari atas atau dari hutan
tempat ia diajak Monyet mencari makanan pagi tadi.
Maka untuk
menghilangkan rasa penasaran di hatinya, Kepiting lalu berjalan menyusuri tepi
sungai naik menuju hutan yang ada di punggung bukit. Sesampainya di hulu sungai
bagian atas, ia melihat Monyet yang tengah tertidur pulas di atas pohon kenari.
Di bawah pohon ada potongan kayu maupun arang bekas pembakaran dan bau daging
terbakar yang belum hilang sepenuhnya.
Monyet tertidur
sambil memegangi sesuatu yang dibungkus daun pisang. Namun karena terlalu pulas
tidurnya, benda tersebut terlepas dari genggamannya dan jatuh tepat di hadapan
kepiting. Betapa terkejutnya Kepiting karena benda yang dibungkus daun pisang
tersebut adalah potongan kepala Ayam Jago sahabatnya.
Dengan perasaan
sedih bercampur marah, Kepiting kembali ke rumahnya. Ia berjanji akan membalas
perbuatan jahat Monyet kepada sahabatnya Si Ayam Jago.
Keesokan harinya,
Kepiting datang ke rumah Monyet mengajaknya pergi mencari makanan di seberang
sungai. Monyet yang kelaparan mudah saja dibujuk untuk ikut dengannya. Apalagi
kata Kepiting di seberang sungai sekarang sedang musim rambutan dan pisang
kesukaannya.
“Tapi aku tidak
bisa berenang. Bagaimana kita bisa sampai ke seberang sungai?”tanya Monyet
sedih dan bingung.
“Tenang saja, aku
sudah membuatkan perahu yang akan membawa kita menuju ke seberang sungai. Kamu
tinggal naik saja,”ucap Kepiting mencoba menenangkan kekhawatiran Monyet.
Tanpa prasangka
buruk, Monyet lalu naik ke atas perahu dan mulai mendayung perahu itu
menggunakan kayuh menuju ke seberang sungai. Sedangkan Kepiting diam-diam mulai
melubangi perahu dengan capitnya yang kuat sehingga lama kelamaan perahu itu
kemasukan air dan tenggelam ke dalam sungai.
Monyet yang sangat
takut dengan air hanya bisa berteriak-teriak minta tolong. Namun tidak ada
satupun yang datang menolongnya. Kepiting sendiri dapat menyelamatkan diri
menuju ke tepian sungai. Ia senang bisa memberi pelajaran pada Monyet yang
jahat.
Posting Komentar untuk "AKAL LICIK SI MONYET #monyet #licik"