Pada jaman dahulu
kala, di Banten, hiduplah orang yang sangat kaya raya. Namun ia sangat dibenci
penduduk di sekitarnya karena orangnya sangat sombong dan juga kikir. Ia merasa
orang miskin disekitarnya tidak pantas bergaul dengan dirinya. Ia takut
kemiskinan mereka akan menular kepada dirinya.
Pada suatu sore
ada seorang pengemis tua yang datang ke rumahnya untuk meminta sedikit makanan karena
sejak pagi perutnya belum diisi makanan sedikitpun. Sambil menahan sakit di
perut, ia meminta dengan penuh iba,”Kasihanilah saya, Tuan. Saya minta makanan
sedikit saja karena sejak tadi pagi belum makan.”
Namun jawaban yang
diterimanya justru jauh dari harapan. Juragan kaya tersebut malah mengusirnya
pergi dengan kasar,”Jika ingin makanan, kamu harus bekerja! Jangan kerjanya
meminta-minta terus seperti itu! Sampai kapanpun kamu akan jadi orang miskin
jika malas begini,”hardik Juragan dengan kesal.
“Saya hendak
mengumpulkan daun pisang untuk dijual ke pasar. Tapi saya tidak kuat bekerja
karena seharian belum makan, Tuan. Bantulah sedikit Tuan,”jawab Pengemis itu
memelas.
“Tidak. Aku tidak
akan membantu orang pemalas yang pura-pura sakit sepertimu! Pergilah dari
rumahku sekarang juga atau kuseret kamu keluar!”bentak Juragan dengan kasar.
Pengemis itu
akhirnya mengalah. Iapun keluar rumah dengan berlinang air mata. Namun sebelum
ia pergi, ada pesan yang ia sampaikan pada Juragan itu,”Kelak jika sesuatu
terjadi padamu, maka kamu akan tahu bahwa apa yang kamu lakukan hari ini adalah
suatu kesalahan besar, Tuan.”
Beberapa hari
kemudian, Juragan itu bangun dari tidurnya namun kakinya tidak mampu digerakkan
sama sekali. Kakinya lumpuh dan itu membuatnya begitu sedih. Ia lalu memanggil
para pembantunya.
“Tolong carikan
aku orang atau tabib terbaik untuk menyembuhkan penyakitku ini,”pesan Si
Juragan kepada mereka semua. Maka didatangkanlah banyak orang sakti, ahli
pengobatan maupun dukun terkenal dari berbagi tempat untuk mengobati kakinya
yang lumpuh, namun semuanya gagal. Kakinya tetap sulit untuk digerakkan.
Akhirnya, ia
membuat sayembara bagi siapapun yang sanggup mengobati kakinya, ia akan
memberikan separuh harta kekayaan yang ia miliki kepada orang tersebut.
Sayembara itupun menyebar ke segala penjuru sehingga banyak orang datang untuk
mencoba membantunya. Namun lagi-lagi usaha mereka gagal semua.
Hingga pada suatu
hari, ia kedatangan pengemis tua yang dulu pernah diusirnya. Juragan tidak
punya pilihan lain, didorong oleh keinginan untuk sembuh ia bersedia menerima
pengemis itu dan berharap mungkin sakitnya bisa disembuhkan oleh pengemis itu.
“Tuan tentu masih
ingat ucapan saya dulu sebelum pergi? Sebenarnya itu adalah gambaran yang Tuan
alami sekarang. Sifat kikir dan sombong adalah penyebab sakit yang Tuan derita
sekarang,”jelas Si Pengemis Tua.
“Terus apa yang
harus aku lakukan agar sembuh?”tanya Juragan dengan suara lemah di atas
ranjangnya yang megah.
“Jika ingin sembuh
Tuan harus merubah sifat kikir dan sombong itu. Bergaulah dengan siapapun tanpa
membedakan pangkat maupun asal usul mereka. Dan jika sembuh nanti Tuan harus
membagi separuh kekayaan yang dimiliki kepada masyarakat tidak mampu yang ada
di daerah ini seperti janji yang diucapkan dulu,”ucap Si Pengemis Tua
menjelaskan syarat-syarat yang harus dijalani oleh Juragan itu agar bisa sembuh
kembali. Setelah Juragan itu setuju, Pengemis Tua lalu menyuruh Sang Juragan
untuk bertapa di atas Batu Cekung atau Batu Kuwung di kaki Gunung Karang selama
satu minggu penuh.
Akhirnya Si
Juragan melaksanakan perintah Pengemis Tua tersebut. Pada hari terakhir
pertapaan menyemburlah air hangat dari bawah Batu Kuwung yang kemudian
digunakan untuk mandi oleh Juragan. Setelah mandi ia begitu takjub dengan kaki-kakinya
yang bisa digerakkan kembali. Ia bisa berjalan normal seperti biasanya.
Ia lalu
melaksanakan semua perintah Si Pengemis Tua sesuai perjanjian mereka dulu jika
sembuh. Juragan itu sekarang telah berubah menjadi orang yang lebih baik.
Ringan tangan membantu siapapun yang membutuhkan. Harta kekayaan yang dimiliki
digunakan untuk membantu mereka yang kesusahan. Penduduk sangat senang dengan
perubahan tersebut. Mereka menjadi hormat dan sayang pada Sang Juragan yang
dermawan dan baik hati.
Posting Komentar untuk "BATU KUWUNG #batukuwung #banten"