CIUNG WANARA #ciungwanara



Kisah ini terjadi di Jawa Barat pada masa Kerajaan Galuh Pakuan yang diperintah oleh Prabu Permana Kusumah. Sang Prabu memerintah kerajaan tersebut dengan penuh bijaksana bersama kedua istrinya yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep.
Pada suatu hari Sang Prabu kedatangan seorang tamu bernama Aria Kebonan yang merupakan salah seorang menterinya. Ia datang untuk melaporkan kejadian yang tengah berlangsung di kerajaan.
Ketika menunggu kedatangan Sang Prabu, Aria Kebonan memperhatikan kondisi istana dengan seksama.”Jika aku menjadi raja, maka aku akan sangat kaya dan memiliki kekuatan untuk melakukan apapun yang aku inginkan,”gumamnya dalam hati setelah menyaksikan betapa megahnya Istana Kerajaan Galuh Pakuan.
“Berhati-hatilah jika berbicara karena ada beberapa orang sakti yang mampu mendengar ucapanmu meski itu hanya di dalam hati,”tegur Sang Prabu mengagetkan Aria Kebonan.
“Maksud Baginda?”jawab Aria Kebonan heran.
“Maksudku kau ingin jadi raja di istana ini bukan?”lanjut Sang Prabu. Wajah Aria Kebonan bersemu merah Karena malu dan juga kaget mengetahui kemampuan Sang Prabu yang dapat melihat isi hati orang lain.
“Tidak usah berkilah lagi. Aku tahu apa yang ada di dalam pikiranmu meski kau tidak mengatakannya langsung padaku. Lagipula aku memang berniat memintamu untuk menggantikan aku sementara waktu karena aku akan pergi bertapa untuk menyucikan hati dan pikiranku,”terang Prabu Permana Kusumah.
“Aku akan merubahmu agar bisa mirip denganku sehingga rakyat tidak tahu kalau sebenarnya kamulah yang menjadi raja sementara di Galuh Pakuan. Tapi ingat jangan pernah menyentuh atau mengganggu kedua istriku selama kau menjadi raja. Dan jangan pernah bertindak sewenang-wenang kepada rakyat kecil,”lanjut Sang Prabu sebelum pamit untuk bertapa di suatu tempat rahasia yang jauh dari kehidupan ramai.
Mimpi Aria Kebonanpun menjadi nyata. Meskipun bukan raja yang sesungguhnya tapi itu sudah cukup baginya. Ia kini bisa merasakan bagaimana nikmatnya menjadi seorang raja. Tinggal di istana megah. Dikelilingi banyak pelayan dan prajurit yang selalu siap menjaganya kapanpun. Serta mendapat penghormatan luar biasa dari seluruh rakyat Galuh Pakuan apabila dia turun ke tengah masyarakat Galuh Pakuan.
Pada awalnya semua berjalan baik dan normal seperti biasa. Namun kenikmatan dunia membuat hati dan pikiran Aria Kebonan menjadi buta. Ia melupakan pesan Prabu Permana Kusumah. Ia memerintah kerajaan dengan sewenang-wenang serta mulai mengganggu kedua istri Prabu Permana Kusumah. Dewi Pangrenyep tergoda sedangkan Dewi Naganingrum tidak. Ia tetap mencintai Prabu Permana Kusumah.
Suatu hari kedua istri Prabu Permana Kusuma bermimpi bulan jatuh menimpa mereka. Mimpi itupun terdengar di telinga Aria Kebonan yang membuatnya menjadi khawatir karena hal itu adalah pertanda bahwa kedua wanita tersebut sebentar lagi akan memiliki anak. Tentu saja ia takut sekali karena meskipun menyukai Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum namun ia tidak pernah melakukan apapun pada mereka berdua. Aria Kebonan lalu menanyakan hal tersebut kepada Bathara Lengser, pengawal kepercayaan Prabu Permana Kusumah yang mengusulkan akan membawa orang sakti untuk mengetahui arti mimpi kedua istri Prabu Permana Kusuma tersebut.
Bathara Lengser lalu membawa Ajar Sukaresi yang ternyata adalah jelmaan Prabu Permana Kusumah.Dihadapan Ajar Sukaresi, Aria Kebonan langsung menanyakan arti dari mimpi para istri Prabu Permana Kusuma.
“Menurut penerawangan saya, mimpi tersebut merupakan pertanda bahwa sebentar lagi Baginda akan segera memiliki anak,”jawab Ajar Sukaresi tenang.
“Perempuan atau laki-laki?”tanya Aria Kebonan penasaran.
“Kedua istri Baginda akan melahirkan bayi laki-laki. Jadi Baginda akan memiliki dua orang putra sekaligus,”jawab Ajar Sukaresi lagi. Namun tanggapan Aria Kebonan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Emosinya langsung tersulut mendengar keterangan Ajar Sukaresi. Maka dicabutnya keris yang terselip dipinggang lalu ditusukkan ke tubuh Ajar Sukaresi. Meskipun tidak terluka bahkan keris tersebut bengkok, Ajar Sukaresi sempat terjatuh. Aria Kebonan dengan sekuat tenaga menendang tubuh Ajar Sukaresi hingga terpental jauh ke dalam hutan dan berubah menjadi seekor naga yang bernama Nagawiru.
Beberapa bulan kemudian, Dewi Pangreyep melahirkan seorang putra bernama Hariang Banga. Disusul pula oleh kelahiran bayi Dewi Naganingrum yang ketika masih dalam kandungan telah mampu berbicara dengan Aria Kebonan.
“Kau telah melupakan semua janjimu dulu kepada Prabu Permana Kusuma. Kau juga telah bertindak sewenang-wenang kepada rakyat, maka kau akan menerima balasan yang setimpal dan takhta yang kau duduki tidak lama lagi akan lenyap, Aria Kebonan,”ucap bayi dalam perut Dewi Naganingrum yang membuat Aria Kebonan terkejut, marah dan juga dendam kepada Dewi Naganingrum dan bayinya. Maka dengan dibantu Dewi Pangreyep, mereka lalu membuang bayi Dewi Naganingrum ke Sungai Serayu agar kelak tidak mengganggu kekuasaan Aria Kebonan.
Kekejaman Aria Kebonan dan Dewi Pangrenyep tidak cukup sampai di situ. Mereka bahkan memerintahkan Bathara Lengser untuk membunuh Dewi Naganingrum di hutan. Namun hal itu tidak dilaksanakan. Bathara lengser yang tahu betul situasi istana saat ini, justru membuatkan rumah untuk Dewi Naganingrum. Ia membawa pakaian yang dipakai Dewi Naganingrum yang telah dilumuri darah ayam untuk bukti ke istana bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sementara itu, bayi Dewi Naganingrum yang dihanyutkan di Sungai Serayu berhasil ditemukan oleh sepasang suami istri yang baik hati bernama Aki dan Nini Balatantrang. Mereka memberinya nama Ciung Wanara. Kedua suami istri yang sudah tua tersebut merawat dan membesarkan Ciung Wanara seperti anaknya sendiri. Lewat kalung yang dikenakan Ciung Wanaralah, mereka tahu bahwa anak itu adalah seorang pangeran yang berasal dari Galuh Pakuan. Ciung Wanara tumbuh menjadi anak yang tampan dan cerdas serta berbudi pekerti yang baik.
Setelah dirasa tepat, Aki dan Nini Balatantrang lalu memberitahu asal-usul Ciung Wanara dan ia diminta untuk mencari tahu kedua orang tuanya di Kerajaan Galuh Pakuan.
“Namun sebelum pergi, ambilah telur yang ada di keranjang tempat kamu dihanyutkan dulu. Bawalah telur tersebut ke hutan untuk ditetaskan,”perintah Aki Balatantrang kepada Ciung Wanara.
Maka pergilah Ciung Wanara ke hutan untuk menetaskan telur tersebut. Ia mencari ayam betina ke seluruh pelosok hutan namun tidak ketemu. Ia justru bertemu dengan seekor naga yang baik hati bernama Nagawiru yang sesungguhnya adalah ayahnya sendiri. Nagawiru lalu mengerami telur yang dibawa Ciung Wanara hingga menetas. Sungguh ajaib meskipun baru menetas, ayam kecil tersebut cepat tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang besar dan gagah.
Ciung Wanara lalu pergi ke Ibukota Galuh Pakuan dan mengikuti pertandingan sabung ayam yang sangat terkenal di sana. Ayamnya selalu menang sehingga banyak orang yang tidak berani bertarung dengannya. Kabar tersebut lalu sampai ke telinga Aria Kebonan yang juga mempunyai seekor ayam jago petarung. Ayamnya juga tidak pernah kalah.
“Jika ayam itu bisa mengalahkan ayamku ini, maka separuh kerajaan ini akan menjadi milikmu,”tantang Aria Kebonan dengan sombongnya. Ia yakin sekali dengan kekuatan ayam aduannya yang akan dapat memenangkan pertarungan tersebut. Maka sabung ayam itupun dimulai dengan disaksikan oleh rakyat banyak. Namun meskipun ayam Aria Kebonan sedikit lebih besar, ayam itu berhasil dikalahkan oleh ayam milik Ciung Wanara. Maka separuh kerajaan Galuh Pakuan menjadi milik Ciung Wanara.
Ciung Wanara lalu bertemu dengan Bathara Lengser. Dari cerita prajurit kesayangan Prabu Permana Kusuma itu, ia jadi tahu asal-usulnya dan segala kejahatan yang telah dilakukan oleh Aria Kebonan dan Dewi Pangrenyep. Ciung Wanara lalu menangkap dan memasukan keduanya ke dalam penjara sebagai hukuman atas kejahatan yang telah mereka lakukan. Namun Hariang Banga tidak menerima perlakuan Ciung Wanara tersebut kepada ibunya. Ia pun melawan dan mengumpulkan banyak tentara untuk membebaskan ibunya dari penjara. Maka perang besar pun pecah hingga berbulan-bulan lamanya. Keduanya sama-sama sakti dan pintar sehingga perang terus berlangsung demikian lama.
Prabu Permana Kusuma dan Bathara Lengser akhirnya muncul untuk menghentikan perang tersebut. Mereka sudah tidak tahan lagi dengan kekacauan yang ada.
“Kalian berdua sesungguhnya adalah putraku. Jadi hentikanlah perang antar saudara yang tidak berguna ini. Hariang Banga pergilah ke timur dan bangunlah kerajaanmu di sana, sementara Ciung Wanara mendapatkan wilayah kekuasaan di daerah barat. Untuk Aria Kebonan dan Dewi Pangrenyep kalian tidak perlu membela mereka. Biarlah mereka merasakan akibat dari kejahatan yang telah dilakukan selama ini, “begitulah pesan dari Prabu Permana Kusuma yang akhirnya mampu membuat peperangan berhenti.
Hariang Banga lalu pindah ke timur dan lebih dikenal sebagai Jaka Susuruh. Kerajaannya menjadi asal mula masyarakat Jawa. Sedangkan Ciung Wanara meneruskan pemerintahan kerajaan Galuh Pakuan dengan adil dan bijaksana. Rakyatnya merupakan nenek moyang masyarakat Sunda. Sejak saat itu kedua wilayah tersebut menjadi makmur kembali seperti pada masa pemerintahan Prabu Permana Kusuma.

Posting Komentar untuk "CIUNG WANARA #ciungwanara"