D
Dahulu kala, di
sebuah desa, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Elonen. Suatu hari Elonen
sedang duduk membuat jaring perangkap burung di halaman rumah. Ia membuatnya
dengan penuh ketelitian.
Seekor burung
kecil yang tengah menyaksikan aktivitas Elonen datang mendekat lalu
menggodanya,”Hai, Elonen, daripada duduk-duduk tak berguna seperti itu, coba
kau kejar dan tangkap aku kalau bisa!,”ucapnya menantang.
“Aku sedang
membuat jaring ini untuk menangkapmu, hai burung kecil genit,”jawab Elonen
gusar.
“Benarkah? Kalau
begitu coba kau tangkap aku dengan jaring itu!,”balas burung kecil itu membuat
panas telinga Elonen. Namun Elonen tetap tenang dan tidak terpancing. Ia
berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sementara burung kecil
yang mengganggu Elonen terus menggodanya. Ia heran melihat reaksi Elonen yang
seolah-olah tidak peduli dengan kehadirannya. Burung kecil itu lalu tertidur
hingga Elonen menyelesaikan jaringnya.
Melihat burung
kecil itu tertidur, Elonen langsung melempar jaring buatannya ke atas tubuh si
burung kecil. Ia lalu menangkapnya dan meletakannya di sebuah sangkar burung
yang baru dibuatnya kemarin. Elonen lalu pergi dan berenang di sungai bersama
teman-temannya.
Setelah Elonen
pergi, neneknya yang tidak suka burung lalu menangkap burung kecil yang malang
itu dan menggorengnya untuk lauk makan siang. Ia tidak tahu kalau Elonen sangat
sayang pada burung itu.
Elonen sedih
sekali ketika pulang dari berenang, ia tidak menemukan burung kecil yang baru
saja ia tangkap. Sangkarnya kosong dan pintunya terbuka. Elonen menganggap
burung itu sudah terbang dan tidak mungkin kembali lagi.
Elonen lalu pergi
ke hutan dan berjalan hingga jauh ke dalam hutan. Setelah berjalan cukup lama,
ia lalu menemukan sebuah batu yang sangat besar dan berkata,”Hai, batu besar,
bukalah mulutmu dan makanlah aku!.”
Batu besar
tersebut lalu membelah dan menelan Elonen hidup-hidup. Elonen pun lenyap di
telan batu besar tersebut.
Neneknya di rumah
merasa bersalah sekali dengan kepergian Elonen. Ia lalu mencari ke dalam hutan
dan terkejut sekali ketika sampai di depan batu yang menelan Elonen ia
mendengar sebuah tangisan yang sangat ia kenal. Ya, itu adalah tangisan
cucunya.
Nenek Elonen lalu
berusaha sekuat tenaga untuk membuka batu besar itu, namun tidak berhasil. Ia
lalu membawa kudanya yang menendang batu besar itu kencang-kencang namun juga
gagal. Batu itu tetap utuh dan tidak tergores sedikitpun.
Sang Nenek lalu membawa kerbaunya untuk
menghancurkan batu besar itu dengan tanduknya. Sayang sekali tanduk si kerbau
malah patah. Ia lalu membawa ayam jagonya yang paling kuat untuk membelah batu
besar itu dengan cakarnya yang besar dan tajam tapi hasilnya juga sama.
Akhirnya Nenek
Elonen pulang dengan tangan hampa. Ia gagal membawa kembali cucu tersayangnya
ke dalam pelukannya. Semua karena emosi sesaat. Akhirnya Elonen pergi untuk
selamanya. •
Posting Komentar untuk "ELONEN DI TELAN BATU (Folktales from Philippine)"