Hari sudah siang,
tapi Kemal masih saja meringkuk di ranjang empuk kesayangannya. Maklum hari
Minggu. Para siswa libur dan bisa beristirahat sepuasnya. Tidak ketinggalan
pula dengan Kemal. Namun meski hari libur, tidaklah sehat jika hanya
bermalas-malasan saja di atas tempat tidur.
Kemal adalah siswa
SD Merpati kelas empat yang paling malas mandi. Mandi hanya sekali sehari. Di
kelas ia duduk sendiri karena tidak ada yang tahan duduk dengannya. Alasannya
satu yaitu Kemal bau. Maklumlah tidak jarang ia berangkat sekolah tanpa mandi terlebih
dahulu. Hanya cuci muka dan gosok gigi.
“Orang tuamu pasti
senang denganmu, ya, Mal?”tanya Eko. Satu dari sedikit sahabat karib Kemal
yang tahan berdekatan dengannya. Temannya yang lain banyak yang tidak kuat.
Mereka akan menutup hidung lalu pergi menjauh karena tidak tahan dengan bau
badan Kemal.
“Maksudmu apa? Aku
tidak paham,”jawab Kemal dengan kening berkerut.
“Maksudku mereka
pasti senang karena jarang beli sabun. Sabun di rumah pasti awet karena jarang
kamu pakai. Jadi uang untuk beli sabun bisa ditabung atau digunakan untuk hal
lain,”jelas Eko sambil tersenyum geli membayangkan hal tersebut jika menimpa
dirinya.
“Oh, ya, jelas
dong! Buktinya mulai bulan kemarin uang saku aku naik dua ribu rupiah. Mungkin
karena aku hemat dalam pemakaian air maupun sabun. Jadi orang tuaku sangat
terbantu dengan sikapku ini,”jawab Kemal tanpa dosa menanggapi sindiran Eko.
“Memangnya orang
tuamu senang kalau kamu jarang mandi dan bau begini?”cecar Eko sambil bergidik
ngeri. Aneh sekali jika ada orang tua setuju dengan sikap anaknya seperti yang
dilakukan Kemal.
“Ehm....mungkin
kurang setuju juga, sih. Soalnya tadinya hampir tiap hari mereka mengingatkanku
mandi. Tapi akunya saja yang malas jadi mungkin mereka sudah bosan ngomong
terus. Lama-kelamaan aku dibiarkan saja. Mau mandi atau tidak sekarang mereka
jarang menegurku,”jelas Kemal dengan santainya.
Mendengar jawaban
Kemal, Eko jadi tertantang untuk merubah kebiasaan buruk sahabatnya itu. Ia
tidak ingin menjauhinya. Eko justru ingin sekali sahabatnya itu berubah lebih
baik.
“Besok aku mau
melihat Air Terjun Cibambu dengan Wahyu dan Dimas. Kau mau ikut tidak. Daripada
tidur-tiduran di rumah mending jalan-jalan naik sepeda agar badan lebih segar
dan sehat,”ajak Eko penuh antusias. Kali ini Kemal setuju dengan ajakan
sahabatnya itu. Tapi sepertinya hari ini dia lupa dengan kesepakatan tersebut.
Buktinya ketika Eko, Wahyu dan Dimas datang, ia masih santai memeluk guling di
kasur.
“Sebentar, ya,
Nak. Ibu bangunkan dulu Kemal. Kalian masuk dulu ke rumah,”pinta Ibunya Kemal
yang menerima ketiga anak tersebut. Eko, Dimas dan Wahyu mengangguk sabar. Ibu
yang tahu akan sangat sulit membangunkan Kemal langsung masuk ke kamar dengan
segayung air di tangan. Kepala dan wajah Kemal langsung disiramnya dengan air
di dalam gayung tersebut.
Kemal terkejut
bukan main. Ia langsung bangun dan mengusap wajahnya yang basah kuyup oleh air.
“Ada apa sih, Bu. Kok, Ibu tega sekali membangunkan aku dengan cara seperti
ini. Ibukan bisa membangunkan aku dengan cara yang lebih baik,”protes Kemal
kecewa sekali dengan tindakan yang dilakukan Ibunya.
“Tidak usah marah.
Dari tadi Ibukan sudah memintamu untuk bangun karena kemarin katanya kamu ada
janji dengan teman-temanmu. Sudah dibangunkan baik-baik tapi kamu malah tambah
pulas tidurnya. Sudah, lebih baik kamu temui dulu teman-temanmu di ruang tamu.
Setelah itu mandi dan sarapan. Baru kalian bisa pergi ke Air Terjun
Cibambu,”perintah Ibu tegas dengan raut wajah berkerut tanda tidak suka dengan
sikap putranya itu.
Akhirnya setelah
mandi dan sarapan, Kemal berangkat juga ke Air Terjun Cibambu dengan
menggunakan sepeda. Mereka bersepeda menikmati asrinya suasana perkampungan
penduduk. Hijaunya pemandangan sawah sepanjang mata memandang serta segarnya
arus air sungai di sepanjang jalan setapak yang mereka lalui.
Setibanya di
tempat tujuan, mereka langsung menceburkan diri ke dalam kolam di bawah air
terjun yang jernih. Namun Kemal tidak ikut. Ia hanya memperhatikan keasyikan
teman-temannya dari tepi kolam. Kemal tidak suka air. Sejernih apapun
bentuknya.
“Masak jauh-jauh
ke sini hanya melihat saja. Apa enaknya? Ayo kita gotong ramai-ramai lalu
ceburin ke kolam. Bagaimana? Setuju?”usul Dimas. Kedua temannya setuju. Mereka
lalu mendekati Kemal. Lalu secepat kilat mereka mengangkatnya beramai-ramai dan
melemparnya ke dalam kolam. Kemal yang tidak menduga ulah jahil teman-temannya
tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Kemal ikut berenang bersama mereka.
Sejak saat itu,
Kemal jadi ketagihan berenang di air terjun. Ia juga jadi rajin mandi. Kemal
tidak takut lagi dengan air. Ternyata air sangat menyegarkan. Teman-teman yang
tadinya menjauhi sekarang kembali akrab dengannya. Kebersihan memang selalu
mendatangkan keuntungan bagi siapa saja yang menjaganya.
Posting Komentar untuk "MALAS MANDI #mandi"