Dimas terus
memperhatikan ke sebelah kiri jalan di mana berjejer banyak toko bunga di sana.
Ia sedang memilih mana yang pas di hatinya. Hari ini ia ingin membelikan bunga
untuk Ibunya yang sedang berulang tahun untuk tambahan kado yang telah ia
persiapkan.
Di depan sebuah
toko dua tingkat dengan tatanan bunga yang rapi di depannya, ia berhenti untuk
memarkirkan mobil merahnya. Dimas membuka pintu kemudian melangkah tenang
menuju ke toko tersebut. Namun kaki-kakinya tak kuat melanjutkan ketika
dilihatnya ada seorang gadis kecil yang menutup wajah di pojok kanan toko bunga
tersebut.
“Kamu kenapa, Dik?
Kenapa di sini saja jika ingin membeli bunga? Masuklah dan pilihlah bunga yang
kamu suka?,”tanya Dimas lembut. Hatinya bergetar ketika gadis kecil tersebut
membuka tangan yang menutupi wajahnya. Matanya merah dan sembab. Air mata
mengalir membasahi pipinya yang tirus.
“Aku ingin membeli
bunga untuk Ibu, Kak. Tapi uangku tidak cukup. Bunga pilihanku seharga Rp.
25.000,00 sedangkan aku hanya punya uang Rp.10.000,00. Mungkin lain kali saja
aku datang jika uangku sudah cukup,”jawab Gadis kecil itu sambil menyeka air
mata yang membasahi wajahnya. Badannya terangkat hendak melangkah pergi sebelum
Dimas mencegahnya.
“Jangan pergi
dulu, Dik. Kamu ikutlah dengan Kakak ke dalam dan ambillah bunga yang kamu suka
untuk Ibumu. Kamu tidak usah membayar. Simpan uangmu untuk keperluanmu yang
lain. Kakak belikan khusus untuk kamu dan Ibumu,”balas Dimas sambil meraih
pundak Gadis Kecil itu lalu membimbingnya masuk ke dalam toko.
Setelah masuk,
Gadis Kecil itu lalu mengambil setangkai mawar merah sebagai pilihannya yang
akan ia persembahkan untuk Sang Ibu. Namun ketika ia pamit untuk pergi, Dimas
kembali mencegahnya karena ia ingin sekalian mengantar Gadis Kecil tersebut ke
rumahnya.
Setelah Dimas
mendapatkan bunga pilihannya kemudian ia membayar semuanya di kasir, mereka
segera berlalu dari toko itu. Gadis Kecil itu memberi petunjuk ke mana ia akan
pergi. Dimas mengikuti saja tanpa banyak bertanya. Di sebuah tempat pemakaman,
Gadis Kecil itu minta berhenti. Ia mencium tangan Dimas lalu keluar dari mobil.
“Terimakasih, Kak,
sudah mengantarkan aku. Bunga ini akan aku berikan untuk Ibu. Rumahku tidak
jauh dari tempat ini, jadi Kakak tidak perlu lagi mengantar aku. Aku hanya bisa
berdoa semoga Tuhan membalas kebaikan Kakak,”jelas Gadis Kecil seraya berlalu
pergi menuju ke sebuah kuburan yang belum lama dibuat.
Gundukan tanah
merah di atasnya terlihat masih basah. Gadis Kecil itu lalu meletakkan bunga
yang ia bawa di atasnya. Ia kemudian berdoa dengan khusuk untuk Ibunya yang
baru saja meninggal tiga hari yang lalu.
Tidak terasa air
mata Dimas menetes menyaksikan pemandangan luar biasa tersebut. Ia lalu ingat
Sang Ibu yang berada bermil-mil jauhnya di sana. Dimas kemudian memacu mobilnya
dengan cepat agar ia bisa sampai dan segera memeluk Sang Ibu dengan penuh
sayang.
Posting Komentar untuk "BUNGA UNTUK IBU"