MALIN KUNDANG, SI ANAK DURHAKA #malinkundang #durhaka



Kisah tentang seorang anak muda yang berharap bisa membahagiakan Ibunya yang sudah renta dan bertahun-tahun berjuang sebagai tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya yang pergi merantau ke tanah seberang namun tak pernah kembali hingga sekarang.
“Ibu tidak setuju dengan keinginanmu untuk mencari uang di tanah seberang, Nak. Ibu masih trauma dengan kejadian yang menimpa ayahmu. Dimana dan bagaimana dia sekarang, kita tidak pernah tahu. Ibu takut hal serupa akan terjadi padamu. Ibu lebih senang dengan keadaan sekarang. Biarpun serba kekurangan tapi Ibu bahagia bisa melihat anak Ibu setiap saat,”jelas Si Ibu kepada Malin Kundang, si anak muda yang ingin berbakti kepada orang tuanya. Malin berharap dapat sukses di negeri seberang untuk kemudian membahagiakan Sang Ibu tersayang.
“Ibu tidak usah khawatir. Kisah yang dialami Bapak mudah-mudahan tidak menimpa Malin juga. Malin minta doa restu dari Ibu agar bisa mencari kehidupan yang lebih baik di negeri rantau. Kelak jika sukses, Malin akan jemput Ibu secepatnya,”ucap Malin Kundang sebelum pergi. Sang Ibu yang sudah tidak mampu lagi menahan keinginan mengebu-gebu anaknya untuk pergi merantau, akhirnya dengan berat hati mengijinkan. Lambaian tangan dan linangan air mata Ibunda mengalir mengiringi laju kapal Malin semakin menjauhi dermaga.
Firasat tak baik dari Ibunya menjadi kenyataan. Di tengah perjalanan, kapal Malin Kundang di hantam badai besar. Kapal kecil tersebut terombang-ambing di goncang gelombang di tengah lautan biru maha luas untuk akhirnya hancur berkeping-keping ditelan ganasnya laut. Malin Kundang adalah satu dari sedikit penumpang yang selamat. Ia selamat karena berpegangan erat pada potongan kayu yang terus membuatnya tetap mengapung di permukaan dan menyeretnya ke bibir pantai di sebuah daerah yang belum pernah dikenalnya.
Malin Kundang kemudian diselamatkan oleh seorang lelaki yang ternyata saudagar kaya di daerah itu. Saudagar tersebut sangat terkesan dengan kegigihannya sehingga dapat selamat dari badai hebat yang menghancurkan kapalnya. Tanpa ragu ia menunjuk Malin Kundang sebagai tangan kanannya untuk mengatur semua bisnis yang dimilikinya. Ia sendiri memiliki sejumlah kapal dagang dan mempunyai tempat pelelangan ikan yang besar.
Di bawah kendali Malin Kundang bisnis tersebut semakin maju dan sukses. Malin Kundang kemudian dinikahkan oleh Sang Saudagar dengan anak perempuannya. Malin Kundang sendiri mengaku bahwa ia anak yatim piatu yang sudah tidak punya apa-apa.
Sementara itu nun jauh di sana, Ibunya yang sudah semakin tua terus berharap dapat bertemu kembali dengan putra tercintanya. Ia sudah kehilangan suaminya, maka ia tidak ingin kehilangan putra tersayangnya juga. Wanita tua tersebut sering sekali pergi ke dermaga dan berharap bisa menyambut Malin Kundang yang turun dari kapalnya. Namun sekian lama waktu berjalan, semua harapannya tersebut tidak pernah terwujud. Malin Kundang belum juga kembali hingga sekarang.
Hingga pada suatu hari, tetangganya yang bekerja di dermaga datang ke rumah dan memberitahu berita bagus yang selama ini selalu di tunggunya.
“Malin sudah pulang, Bi. Tadi pagi kapalnya bersandar di dermaga. Besar dan megah sekali. Sepertinya ia sudah jadi saudagar kaya sekarang. Ia datang bersama istrinya yang cantik jelita. Tadi aku sempat berbicara dengannya. Waktu aku tanya kapan dia akan pulang menemui ibunya, katanya nanti kalau ada waktu karena ia harus melanjutkan perjalanan ke pulau lain. Mungkin lebih baik Bibi saja yang ke sana menemui Malin,” jelas tetangganya tersebut.
Ibu Malin Kundang bahagia sekali mendengarnya. Tanpa basa-basi lagi ia minta diantar tetangganya tersebut untuk menemui putranya. Setelah berdandan seadanya, mereka lalu menuju ke dermaga tempat Malin Kundang dan istrinya beristirahat.
“Malin Kundang anakku, kau sudah pulang, Nak. Ibu kangen sekali padamu!,”ucap Ibu Malin setengah berteriak saking senangnya melihat putranya yang kini tampak gagah dan berwibawa. Ia lalu naik ke kapal hendak menemui Malin.
“Ibu? Katanya kedua orang tuamu sudah meninggal semua, suamiku? Tapi kenapa wanita itu mengaku sebagai Ibumu?,”tanya istrinya penuh keheranan. Malin Kundang yang menyaksikan dari atas kapal kebingungan melihat Ibunya datang mendekat.
“Kedua orang tuaku memang sudah meninggal semua istriku. Wanita itu mungkin sedang kebingungan menunggu anaknya yang tidak pernah pulang. Jadi ketika melihatku, dia menganggap aku sebagai anaknya,”jawab Malin Kundang berbohong. Malin Kundang malu mempunyai Ibu seperti itu.
Maka ketika Ibunya sudah naik dan berada dihadapannya, Malin Kundang lalu mengusir Ibunya dengan kasar. Ketika Ibunya datang dan mencoba memeluknya, Malin Kundang mendorong tubuh wanita lemah itu hingga terjatuh.
“Pergi kau, wanita pengemis! Lihat baik-baik wajahku ini! Aku bukan anakmu! ,” bentak Malin Kundang yang membuat Ibunya merana. Dengan nelangsa ia meninggalkan kapal besar tersebut yang sebentar lagi akan berlayar kembali.
Wanita tua tersebut lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdoa kepada Tuhan,”Ya Tuhan, jika benar dia Malin Kundang anakku, aku rela jika dia berubah menjadi batu,”kutuk Ibu Malin Kundang.
Bersamaan dengan itu, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Hujan dan badai diiringi petir menggelegar lalu datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Tubuh anak durhaka tersebut lalu berubah menjadi batu.
Di Pantai Air Asin, Padang, ada batu berbentuk manusia yang dianggap sebagai penjelmaan Malin Kundang. Masyarakat banyak yang berdatangan ke tempat itu untuk melihatnya.

Posting Komentar untuk "MALIN KUNDANG, SI ANAK DURHAKA #malinkundang #durhaka"