Seorang Petani Tua
yang hanya memiliki seekor kuda untuk membantunya mengurus sawah sedih sekali
karena semalam kuda satu-satunya tersebut kabur dan pergi menuju ke puncak
bukit.
Para tetangga
bergunjing ramai sekali membicarakan hal tersebut. Rata-rata menyesalkan nasib
buruk yang dialami oleh Si Petani Tua, namun dia yang kehilangan tetap
menanggapinya dengan santai,”Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang
tahu?,”gumamnya lirih.
Sorenya ketika ia
mencoba mencari kuda tersebut di bukit, justru menangkap dan membawa pulang
kuda liar yang tegap dan gagah. Kali ini para tetangga memuji betapa
beruntungnya Si Petani Tua karena ia mendapat ganti yang jauh lebih baik.
Petani Tua tetap santai dan berkata,”Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang
tahu?,”ucapnya dingin.
Kuda liar itu
kerap diajak berkeliling desa oleh putra semata wayangnya sehingga membuat iri
banyak orang. Mata mereka memandang tak berkedip dan bibir mereka terus
berdecak kagum menyaksikan kuda tunggangan yang sangat gagah tersebut. Kuda itu
telah lama hidup bebas di bukit. Bertahun-tahun hidup liar tanpa aturan
membuatnya berontak dan marah. Ia mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi
kemudian lari ke arah bukit. Si Anak Petani terjatuh dengan keras. Tubuhnya
lecet-lecet dan kakinya patah.
Semua orang
menangisi kejadian tersebut dan ikut berbela sungkawa. Mereka menganggap Si
Petani Tua orang yang sangat malang karena mendapatkan musibah bertubi-tubi.
Namun ia hanya berdesis lirih,”Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang tahu?.”
Selama menunggu
kesembuhan kakinya, Si Pemuda hanya bisa berdiam diri di rumah. Jika ingin
berjalan ia harus dibantu dengan tongkat. Semua orang menatapnya dengan sedih.
Sebagian besar dari mereka menyalahkan Si Petani Tua yang ceroboh menangkap
kuda liar untuk dipelihara. Namun Si Petani Tua tetap santai menanggapinya. Ia
sama sekali tidak marah.
Beberapa hari
kemudian ada kabar bahwa kerajaan telah diserang oleh musuh. Banyak prajurit
yang berguguran di medan perang. Raja membutuhkan prajurit baru untuk mengganti
prajurit yang telah tewas itu agar kerajaan tidak jatuh ke tangan musuh. Maka
ia merekrut para pemuda yang masih sehat untuk ikut berperang mempertahankan
kerajaan. Ia memerintahkan kepada Panglima Perangnya untuk mencari calon
prajurit baru ke seluruh pelosok negeri.
Maka ketika Sang
Panglima Perang tiba di desa Si Petani Tua, ia hanya mengambil pemuda yang
sehat jasmani maupun rohani saja untuk berperang. Anak Si Petani Tua yang
sedang cedera selamat dan tetap tinggal di desa. Para penduduk melihat
keberuntungan Si Petani Tua dan anaknya sungguh luar biasa. Mereka yang anak
atau saudaranya ikut berperang pasti sangat sedih karena belum tentu anaknya
bisa kembali dengan selamat.
Posting Komentar untuk "NASIB BAIK MELAWAN NASIB BURUK"