Belum lepas dari
kemiskinan dan kelaparan, penduduk Kota Hamelin, Jerman, mendapatkan cobaan
baru berupa serangan hama tikus di mana-mana. Waktu itu tahun 1284, binatang
pengerat yang rakus dan jorok itu bersarang dan beranak pinak di hampir semua
rumah penduduk, di terowongan-terowongan, got, gudang, liang-liang tanah dan di
mana saja yang bisa ditempati.
Mereka mencuri
makanan, menghancurkan bangunan, pakaian dan perabotan rumah serta meninggalkan
kotoran di mana-mana sehingga banyak penduduk yang terjangkit penyakit serius.
Berbagai usaha
telah di lakukan seperti memasang perangkap tikus atau berburu tikus secara
beramai-ramai, akan tetapi binatang itu tidak berkurang justru semakin
bertambah banyak.
Walikota akhirnya
menggelar sayembara kepada siapapun yang bisa mengusir tikus itu dari kota
Hamelin akan diganjar hadiah besar.
“Pemerintah telah
menyiapkan uang sebanyak 1000 koin emas bagi siapa saja yang dapat melenyapkan
tikus-tikus menjijikkan ini dari Kota Hamelin!”janji Walikota ketika
mengumumkan sayembara di depan kantornya.
Ribuan orang yang
hadir sangat terpukau dengan besarnya hadiah yang disiapkan pemerintah.
Namun tidak ada
satupun yang berani naik ke atas panggung untuk mengikuti sayembara tersebut.
Semuanya diam. Semuanya hanya berdiri tertegun menyaksikan keputusasaan yang
tergurat jelas di wajah Sang Walikota.
Hingga akhirnya
ada seorang pengembara berpakaian warna warni seperti badut naik ke atas
panggung kemudian berkata dengan penuh keyakinan di depan Walikota dan Penduduk
Hamelin,”Saya akan mengusir tikus-tikus yang ada di kota ini secepatnya.
Seorang diri tanpa bantuan siapapun. Sekarang saya ingin semua orang kembali
dan menutup rapat pintu rumahnya masing-masing agar saya bisa bekerja dengan
tenang,” ucap Sang Pengembara tersebut.
Maka setelah semua
penduduk masuk ke dalam rumah, Si Pengembara mulai meniup seruling ajaib yang
dibawanya sejak tadi. Aneh tapi nyata. Tikus-tikus dari berbagai penjuru keluar
dari sarangnya dan mengikuti langkah Si Pengembara yang terus meniup seruling ajaibnya.
Jumlahnya mencapai ribuan sehingga para penduduk yang menyaksikan arak-arakan
tikus tersebut dari balik kaca maupun pintu rumah pasti akan bergidik ngeri.
Tikus-tikus itu
berlalu menuju Sungai Weser lalu menceburkan diri ke dalamnya. Mati tenggelam
dan terbawa arus sungai yang deras. Hanya ada satu ekor tikus yang tersisa.
Kini Kota Hemelin telah kembali ke kehidupan normal tanpa gangguan dari hama
tikus yang sangat mengganggu.
Si Pengembara lalu
menemui Walikota untuk meminta bayaran atas usahanya mengusir tikus. Namun
harapannya pudar karena bayaran yang ia terima dari Walikota tidak sesuai
dengan janjinya dulu yaitu seribu keping uang emas. Dengan alasan kas
Pemerintah sedang kosong, Walikota hanya memberikan beberapa keping uang emas
kepada Si Pengembara.
“Jika Pemerintah
tidak mempunyai uang sebanyak yang dijanjikan kemarin, sebaiknya kalian diam.
Aku akan menerima berapapun hadiah yang kalian beri. Tapi kalian telah berjanji
akan memberikan aku uang sebanyak itu, maka kalian wajib menepati janji
tersebut sebab jika tidak kalian pasti akan sangat menyesal kelak,”keluh Si
Pengembara kepada Walikota dan anak buahnya yang ada di dalam gedung balaikota.
Namun semua yang ada di ruangan tersebut tetap diam tanpa reaksi. Tidak ada
yang berusaha untuk membayar Si Pengembara sesuai sayembara yang diumumkan
sebelumnya.
Maka dengan
perasaan kecewa dan marah, Si Pengembara lalu keluar dari balaikota dan mulai
meniup serulingnya kembali tapi dengan irama yang berbeda. Kali ini lebih cepat
dan riang. Adegan berikutnya sungguh membuat Warga Kota Hamelin tercengang.
Ratusan anak baik laki-laki maupun perempuan berdansa riang mengikuti langkah
kaki Si Pengembara. Tidak ada satu orangpun yang mampu mencegahnya. Anak-anak
tersebut seperti terhipnotis oleh alunan merdu suara seruling ajaib Si
Pengembara.
Arak-arakan
tersebut terus bergerak meninggalkan kota menuju ke sebuah goa yang ada di
puncak bukit. Setelah masuk ke dalamnya, pintu gua lalu tertutup rapat
meninggalkan seorang anak yang pincang kakinya sehingga ia tertinggal dari yang
lain dan tidak sempat masuk ke dalam gua. Ia lalu kembali ke kota dan
menceritakan kejadian tersebut kepada Warga Hamelin.
Wargapun
menyalahkan Walikota yang tidak bisa membayar Si Pengembara sesuai janjinya
dulu. Walikota yang merasa bersalah akhirnya pergi meninggalkan Hamelin yang
kini menjadi murung dan sunyi tanpa suara tangis dan canda riang anak-anak
lagi.
Posting Komentar untuk "PENIUP SERULING DARI HAMELIN #peniupseruling #hamelin"