SANGKURIANG, ASAL MULA GUNUNG TANGKUBAN PERAHU #tangkubanperahu #sangkuriang


Alkisah di tengah lebatnya rimba belantara Tanah Pasundan, tinggallah seorang wanita yang sangat cantik bernama Dayang Sumbi. Ia hidup bersama putra semata wayangnya yaitu Sangkuriang.
Dayang Sumbi sesungguhnya adalah anak Raja Sungging Perbangkara yang sengaja mengasingkan diri dari kerajaan karena menjadi rebutan banyak raja maupun pangeran yang ingin mempersuntingnya. Dayang Sumbi tidak ingin terjadi pertumpahan darah maka tidak ada satupun dari para pelamar itu yang dipilihnya.
Ia lalu menyepi ke tengah hutan dengan hanya ditemani oleh anjing kesayangannya bernama Si Tumang yang kemudian menjadi suaminya. Jadi Si Tumang adalah Ayahanda dari Sangkuriang. Namun hal tersebut dirahasiakan dari Sangkuriang agar anak itu tidak kecewa karena mempunyai Ayah seekor anjing.
Awal mula dari pernikahan tersebut terjadi ketika Dayang Sumbi tengah menenun kain, alat tenunnya jatuh ke kolong meja. Karena malas Dayang Sumbi berjanji akan menikahi siapa saja yang bisa membantunya mengambil alat tenun tersebut. Dan ternyata yang mengambil alat tenun itu adalah Si Tumang. Maka mau tidak mau Dayang Sumbi harus menikah dengannya.
“Kau tidak usah ragu menikah denganku Dayang Sumbi karena setiap bulan purnama aku akan kembali ke wujud asliku. Aku sebenarnya seorang Dewa Kahyangan yang telah berbuat salah kemudian di usir ke bumi dalam rupa seekor anjing. Jika masa hukumanku selesai maka aku akan kembali menjadi Dewa,”terang Si Tumang sebelum menikahi Dayang Sumbi. Mereka kemudian menikah dan dikarunia seorang anak bernama Sangkuriang.
Hari ini Sangkuriang diminta oleh Dayang Sumbi untuk berburu kijang. Dayang Sumbi memang sangat suka dengan hati kijang. Ia lalu pergi ke hutan bersama Si Tumang. Di tengah perburuan Sangkuriang melihat ada seekor babi hutan yang besar dan gemuk. Maka ia memerintahkan Si Tumang untuk mengejar dan menangkapnya. Namun Si Tumang menolak karena ia tahu babi itu adalah jelmaan seorang Dewi dari kahyangan yang mendapat hukuman seperti dirinya.
Babi itu bernama Celeng Wayung Hyang. Dia hamil dan mempunyai anak setelah meminum air kencingnya Raja Sungging Perbangkara yang tengah berburu di hutan. Bayinya kemudian ditemukan oleh Raja Sungging Perbangkara dan dibawa ke istana untuk dirawat dengan penuh kasih sayang hingga dewasa. Bayi itu bernama Dayang Sumbi. Ibunda dari Sangkuriang. Itu artinya babi yang besar dan gemuk itu adalah nenek dari Sangkuriang.
Maka meski dipaksa dan ditakut-takuti akan di panah, Si Tumang tetap menolak. Akhirnya Sangkuriang tidak mampu mengendalikan emosinya melihat penolakan Si Tumang. A anjing itu kemudian dibunuh dan hatinya diserahkan kepada Dayang Sumbi untuk dimasak.
Namun Dayang Sumbi tidak bisa ditipu. Ia bisa membedakan mana hati kijang dan mana yang bukan. Apalagi Sangkuriang pulang seorang diri tanpa ditemani Si Tumang yang sesungguhnya adalah ayahnya sendiri.
“Dimana Si Tumang, Nak? Kenapa kamu pulang sendiri? Bukankah tadi kamu perginya dengan Si Tumang?”tanya Dayang Sumbi curiga.
“Si Tumang tadi mengejar seekor babi, Bu. Tapi lama di tunggu dia tidak kembali. Ketika aku cari kemana-mana tidak ketemu akhirnya aku pulang sendiri,”jawab Sangkuriang berbohong. Wajahnya menunduk tidak mau menatap Sang Ibu yang semakin yakin dengan kebohongan anaknya itu.
“Terus ini hati apa? Sepertinya ini bukan hati kijang seperti yang Ibu pesan. Apakah ini hati anjing, Nak?”tanya Dayang Sumbi masih mencoba menahan emosinya.
Sangkuriang diam tidak menjawab. Kepalanya semakin tertunduk tapi akhirnya ia mengangguk lemah mengiyakan dugaan Ibunya. Maka meledaklah amarah Dayang Sumbi. Di pukulnya kepala Sangkuriang dengan sendok dari tempurung kelapa hingga terluka lalu iapun mengusir Sangkuriang dari rumah. Sangkuriang yang begitu heran dengan sikap ibunya tidak bisa berbuat apa-apa. Iapun pergi dari rumah dengan menyimpan berjuta pertanyaan kenapa Ibunya sangat menyayangi Si Tumang sampai mengusir dirinya.
Waktu terus berjalan, hari berganti hari, Sangkuriang mengembara ke berbagai tempat dan berguru pada banyak orang sakti. Sangkuriang menjelma menjadi pemuda yang tampan dan sakti mandraguna.
Sedangkan Dayang Sumbi yang telah menyesali perbuatannya lalu bertapa dan memohon pada Tuhan agar bisa dipertemukan kembali dengan putranya, Sangkuriang. Dayang Sumbi meskipun sudah tua namun kecantikannya tetap terjaga. Ia masih terlihat seperti seorang gadis yang belum memiliki anak.
Hingga akhirnya takdir menemukan keduanya kembali. Sangkuriang terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi. Iapun melamar Dayang Sumbi untuk menjadi istrinya. Mulanya Dayang Sumbi bersedia menjadi istrinya, tapi setelah tahu kalau Sangkuriang adalah putranya iapun menolak ajakan itu. Dayang Sumbi tahu setelah melihat luka di kepala Sangkuriang akibat pukulan darinya beberapa tahun lampau ketika mengusir Sangkuriang karena telah membunuh Si Tumang yang merupakan ayahnya sendiri.
Meskipun demikian Dayang Sumbi tidak bisa begitu saja menolak Sangkuriang karena anaknya tersebut tidak mau menerima perlakuan Dayang Sumbi dan tetap mau menikah dengannya. Akhirnya ia bersiasat agar rencana itu gagal dengan mengajukan syarat yang cukup sulit untuk dipenuhi oleh Sangkuriang.
“Aku bersedia menjadi istrimu jika kamu bisa membuatkan aku perahu dan telaga dalam waktu semalam! Tapi jika ayam jantan telah berkokok, kamu gagal memenuhi permintaanku maka kita tidak jadi menikah....,”pinta Dayang Sumbi. Sangkuriang menerima syarat tersebut karena ia merasa sanggup memenuhi keinginan Dayang Sumbi.
Sangkuriang lalu membuat telaga dengan membendung Sungai Citarum. Pekerjaan tersebut dibantu oleh Jin dan mahluk halus yang merupakan teman-teman Sangkuriang. Dengan mengerahkan bantuan sebanyak mungkin maka menjelang fajar, perahu dan telaga yang diminta Dayang Sumbi hampir selesai dikerjakan.
Melihat hal itu Dayang Sumbi kembali mencari akal agar pekerjaan Sangkuriang gagal. Ia meminta bantuan penduduk untuk menabuh lesung, kentongan dan bunyi-bunyian lain agar ayam-ayam jantan berkokok karena mengira hari telah pagi.
Akibatnya mahluk-mahluk halus yang membantu Sangkuriang mengira hari telah pagi. Mereka satu persatu pergi meninggalkan Sangkuriang seorang diri.
“Hai, mau kemana kalian! Jangan pergi dulu! Pekerjaan tinggal sedikit lagi. Tolong selesaikan sebentar saja....,”jerit Sangkuriang putus asa.
Setelah tahu dia gagal, dengan penuh amarah ditendangnya sumbat Sungai Citarum ke arah timur sehingga menjelma menjadi Gunung Manglayang. Sedangkan perahu yang hampir jadi ditendangnya ke arah utara dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang kemudian mengejar Dayang Sumbi namun ia gagal menangkapnya karena Dayang Sumbi telah berubah menjadi setangkai Bunga Jaksi. Sesampainya di Ujung Berung, Sangkuriang lalu menghilang secara ghaib.


















Posting Komentar untuk "SANGKURIANG, ASAL MULA GUNUNG TANGKUBAN PERAHU #tangkubanperahu #sangkuriang"