Suta adalah
seorang pelayan di Kabupaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugasnya adalah
melayani atau mengurus kuda-kuda milik Adipati Kutaliman. Suta pelayan yang
rajin dan jujur. Selama bekerja ia tidak pernah membuat masalah. Hasil
pekerjaannya selalu memuaskan. Kuda-kuda milik Adipati Kutaliman sehat dan
gagah karena dirawat dengan baik oleh Suta.
Untuk mengusir
penat selepas bekerja, Suta sering bepergian ke telaga yang ada di tengah
hutan. Suatu hari ketika ia tengah menikmati indahnya pemandangan, Suta
mendengar teriakan seorang wanita di dekat telaga. Ketika sudah mendekati
sumber suara, ia melihat Putri Adipati Kutaliman sedang berhadapan dengan
seekor ular raksasa yang siap menerkamnya.
Meskipun takut
juga menghadapi ular raksasa tersebut, namun Suta memberanikan diri untuk
menyelamatkan nyawa Sang Putri. Dengan sekuat tenaga ia menyerang ular tersebut
dengan sebatang kayu sampai ular itu tersebut pergi dari hadapan Sang Putri.
“Terimakasih,
Suta. Kamu telah menyelamatkan nyawaku,”ucap Sang Putri bahagia karena telah
lolos dari maut.
“Sudah menjadi
kewajiban saya menyelamatkan nyawa Tuan Putri. Sekarang marilah kita kembali
Kadipaten,”jawab Suta.
Sejak saat itu,
keduanya menjadi semakin dekat. Mereka bahkan saling jatuh cinta. Suta atas
dorongan Sang Putri lalu memberanikan diri menghadap Adipati Kutaliman untuk
melamar Sang Putri.
Mendengar hal itu,
Adipati Kutaliman langsung menolak lamaran Suta. Ia malah memasukkan Suta ke
dalam penjara karena saking marahnya. Ia tidak sudi putrinya menikah dengan
seorang pelayan.
“Suta hanyalah
seorang pelayan. Apa kata orang jika melihat kamu menikah dengan pembantunya
sendiri. Kalian beda kasta maka Ayah tidak mengijinkanmu menikah dengan Suta
sampai kapanpun!”jelas Adipati Kutaliman dengan nada tinggi kepada putrinya.
Sang Putri sedih
sekali melihat Suta dipenjara dan tidak diberi makan hingga berhari-hari.
Dengan bantuan seorang emban yang bekerja di Kadipaten, ia berhasil membebaskan
Suta dari penjara.
Mereka kemudian
melarikan diri jauh meninggalkan Kadipaten menuju ke lereng Gunung Slamet lalu
berhenti di tepi sebuah sungai. Mereka kemudian memutuskan untuk menikah dan
membangun daerah tersebut yang kemudian diberi nama Baturraden. “Batur” berarti
“Pembantu” yang menjadi lambang bagi Suta sedangkan “Raden” berarti “Bangsawan”
yang merupakan lambang bagi Sang Putri yang menjadi majikan dari Suta.
Posting Komentar untuk "ASAL MULA BATURRADEN #baturaden"