Si Monyet yang kelaparan melihat ada banyak
pohon pisang yang sudah masak di kejauhan. Perutnya yang lapar sudah tidak bisa
bersabar lagi minta untuk diisi. Masalahnya pisang-pisang itu ada di seberang
sungai. Dan monyet tidak bisa berenang. Kemana ia harus minta bantuan karena di
sungai itu tidak ada jembatan penyeberangan?
Setelah berpikir lama, Monyet melihat ada seekor buaya besar yang hendak naik ke tepi sungai untuk berjemur. Didorong oleh rasa lapar yang teramat sangat, Monyet memberanikan diri menemui Buaya.
“Selamat siang, Tuan Buaya yang baik hati. Maukah Tuan menyeberangkan saya ke tepian sana? Saya mau memetik pohon pisang yang sudah matang di sana. Nanti separuhnya akan saya berikan untuk Tuan,”ucap Monyet memberikan penawaran.
Buaya berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak suka menolong Monyet. Apalagi jika selesai membantu Monyet ia hanya akan diberi hadiah buah pisang. Buaya kan tidak suka pisang. Ia sukanya makan daging. Daging apa saja yang penting bisa dimakan agar perutnya kenyang. Tapi Buaya punya rencana lain, jadi ia menyanggupi permintaan Monyet.
“Naiklah ke punggungku. Dan jangan banyak gerak nanti kamu jatuh ke air. Aku akan mengantarmu ke seberang,”pesan Buaya pura-pura baik.
Monyet lalu naik ke punggung Buaya dengan hati-hati. Ia senang sekali ditolong oleh Buaya. Padahal banyak teman-temannya yang bilang kalau Buaya itu binatang yang jahat. Tapi kenyataannya ternyata tidak. Buaya sangat ramah dan suka menolong. Namun ketika sampai di tengah sungai,
Buaya tiba-tiba berhenti. Hati Monyet langsung cemas. Ia takut Buaya akan menjatuhkannya ke sungai lalu menelannya hidup-hidup.
“Kau bilang akan memberiku pisang jika sudah menyeberangkanmu nanti. Tapi aku minta hadiah yang lain boleh tidak?,”tanya Buaya mencurigakan.
“Ya silahkan saja. Sebutkan apa hadiah yang kamu inginkan? Jika sanggup memenuhinya pasti akan aku berikan,”jawab Monyet tenang.
“Kebetulan Ayahku sekarang sedang sakit parah. Ia minta dicarikan hati Monyet untuk makan malam nanti. Aku takut ini adalah permintaannya yang terakhir. Maukah kau membantuku mencarikan hati Monyet agar Ayahku bahagia?,”terang Buaya penuh harap.
“Baiklah akan aku beri kau hati Monyet. Tapi aku ingin kau mengembalikanku ke tempat semula karena hatiku tadi ketinggalan di bawah pohon besar itu. Akan aku ambil dan kuberikan untuk
Ayahmu,”kata Monyet tidak kehilangan akal. Ia tahu Buaya sesungguhnya sedang mengincar dirinya untuk dijadikan makan malam. Ayahnya yang sakit hanya untuk alasan saja.
Buaya pun menuruti perintah Si Monyet. Setelah sampai di seberang, Monyet turun dari punggung
Buaya lalu naik ke sebuah pohon yang sangat tinggi dan besar. Buaya menjadi heran di buatnya.
“Hei kenapa kau malah naik ke atas pohon. Mana hati Monyetnya?,”tanya Buaya lantang.
“Hai Buaya yang perkasa, kau kuat tapi bodoh. Jika hatiku aku berikan padamu, itu sama saja aku bunuh diri. Aku belum mau mati sekarang. Aku akan pergi dan tidak akan pernah percaya lagi padamu,”jawab Monyet keras.
Ia lalu pergi ke dalam hutan untuk mencari makanan lainnya karena perutnya semakin lapar. Sedangkan Buaya hanya bisa memandang kepergian Si Monyet dengan kecewa.
Setelah berpikir lama, Monyet melihat ada seekor buaya besar yang hendak naik ke tepi sungai untuk berjemur. Didorong oleh rasa lapar yang teramat sangat, Monyet memberanikan diri menemui Buaya.
“Selamat siang, Tuan Buaya yang baik hati. Maukah Tuan menyeberangkan saya ke tepian sana? Saya mau memetik pohon pisang yang sudah matang di sana. Nanti separuhnya akan saya berikan untuk Tuan,”ucap Monyet memberikan penawaran.
Buaya berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak suka menolong Monyet. Apalagi jika selesai membantu Monyet ia hanya akan diberi hadiah buah pisang. Buaya kan tidak suka pisang. Ia sukanya makan daging. Daging apa saja yang penting bisa dimakan agar perutnya kenyang. Tapi Buaya punya rencana lain, jadi ia menyanggupi permintaan Monyet.
“Naiklah ke punggungku. Dan jangan banyak gerak nanti kamu jatuh ke air. Aku akan mengantarmu ke seberang,”pesan Buaya pura-pura baik.
Monyet lalu naik ke punggung Buaya dengan hati-hati. Ia senang sekali ditolong oleh Buaya. Padahal banyak teman-temannya yang bilang kalau Buaya itu binatang yang jahat. Tapi kenyataannya ternyata tidak. Buaya sangat ramah dan suka menolong. Namun ketika sampai di tengah sungai,
Buaya tiba-tiba berhenti. Hati Monyet langsung cemas. Ia takut Buaya akan menjatuhkannya ke sungai lalu menelannya hidup-hidup.
“Kau bilang akan memberiku pisang jika sudah menyeberangkanmu nanti. Tapi aku minta hadiah yang lain boleh tidak?,”tanya Buaya mencurigakan.
“Ya silahkan saja. Sebutkan apa hadiah yang kamu inginkan? Jika sanggup memenuhinya pasti akan aku berikan,”jawab Monyet tenang.
“Kebetulan Ayahku sekarang sedang sakit parah. Ia minta dicarikan hati Monyet untuk makan malam nanti. Aku takut ini adalah permintaannya yang terakhir. Maukah kau membantuku mencarikan hati Monyet agar Ayahku bahagia?,”terang Buaya penuh harap.
“Baiklah akan aku beri kau hati Monyet. Tapi aku ingin kau mengembalikanku ke tempat semula karena hatiku tadi ketinggalan di bawah pohon besar itu. Akan aku ambil dan kuberikan untuk
Ayahmu,”kata Monyet tidak kehilangan akal. Ia tahu Buaya sesungguhnya sedang mengincar dirinya untuk dijadikan makan malam. Ayahnya yang sakit hanya untuk alasan saja.
Buaya pun menuruti perintah Si Monyet. Setelah sampai di seberang, Monyet turun dari punggung
Buaya lalu naik ke sebuah pohon yang sangat tinggi dan besar. Buaya menjadi heran di buatnya.
“Hei kenapa kau malah naik ke atas pohon. Mana hati Monyetnya?,”tanya Buaya lantang.
“Hai Buaya yang perkasa, kau kuat tapi bodoh. Jika hatiku aku berikan padamu, itu sama saja aku bunuh diri. Aku belum mau mati sekarang. Aku akan pergi dan tidak akan pernah percaya lagi padamu,”jawab Monyet keras.
Ia lalu pergi ke dalam hutan untuk mencari makanan lainnya karena perutnya semakin lapar. Sedangkan Buaya hanya bisa memandang kepergian Si Monyet dengan kecewa.
Posting Komentar untuk "MONYET TAHU TIPU DAYA BUAYA"