Sepasang suami
istri, Abo Mamongkuroit dan istrinya Putri Monondeaga, yang tinggal di
tengah-tengah hutan, meskipun hidup rukun dan saling menyayangi terpaksa harus
berpisah sementara karena Abo minta ijin untuk mencari rejeki ke negeri orang.
Monondeaga dengan berat hati mengijinkan kepergian suaminya untuk memperbaiki
ekonomi mereka.
Tidak jauh dari
tempat itu, ada seorang raksasa pemangsa manusia bernama Tulap. Mengetahui
suami Monondeaga tidak di rumah, Tulap langsung datang untuk membawa wanita
cantik itu ke rumahnya.
“Kamu tidak usah
khawatir dan takut padaku. Aku tidak akan memangsamu, Monondeaga. Aku punya
cukup persediaan makanan di rumah. Kamu pasti akan betah tinggal di rumahku
sampai suamimu pulang kembali,”bujuk Tulap agar Monondeaga bersedia ikut
dengannya.
“Aku sebenarnya
senang sekali jika diajak ke rumahmu yang besar dan megah. Tapi hari ini aku
mau mencuci rambut. Mungkin besok saja aku bisa ke rumahmu,”balas Monondeaga
memberi alasan agar Tulap tidak memangsanya. Tulap lalu pergi dan berharap bisa
membawa Monondeaga keesokan harinya.
Namun bayangan
Tulap tidak seindah kenyataannya. Keesokan harinya, ia kembali gagal membawa
Monondeaga.
“Aku tidak bisa
ikut denganmu sekarang karena kakiku sedang sakit tertusuk duri ketika
membersihkan rumput tadi. Jika besok kakiku sudah sembuh mungkin aku bisa ikut
denganmu,”ucap Monondeaga memberi alasan. Maka Tulap kembali pulang dengan
tangan hampa.
Hari berganti
hari, setiap kali Tulap datang, ada saja alasan yang diberikan Monondeaga untuk
mencegah rencana Tulap mengambil dirinya. Monondeaga terus mengulur waktu
sembari berharap Abo, suaminya, segera kembali untuk menyelamatkan dirinya dari
ancaman Tulap.
Sebenarnya Tulap
bisa saja mengambil Monondeaga secara paksa. Namun ia tidak melakukannya karena
Abo adalah teman baiknya sejak kecil. Jika terjadi keributan, ia takut tetangga
akan memberitahu suami Monondeaga itu. Tulap ingin bisa membawa Monondeaga
secara baik-baik.
“Kau datanglah
lagi besok karena aku belum mandi,”kilah Monondeaga ketika Tulap kembali
mendatangi dirinya. Kali ini kesabaran Tulap sudah habis. Ia tidak lagi mau
menerima alasan dari Monondeaga.
Dengan entengnya,
ia membopong tubuh Monondeaga menuju rumahnya di tengah hutan lalu memasukkan
tubuh wanita malang tersebut ke dalam kurungan besi yang ada di kolong rumahnya
bersama dengan manusia lain yang akan dijadikan mangsa Tulap dan istrinya.
Sejak berada di
dalam kurungan Tulap, tubuh Monondeaga menjadi kurus dan lemah. Wajahnya sayu
dan terlihat tua karena terus memikirkan nasibnya yang berada di ujung tanduk.
Ia juga terus memikirkan nasib sang suami di rantau sana. Apakah dia masih
hidup atau sudah tidak bernyawa lagi sehingga tidak pulang ke rumah.
Kira-kira satu
bulan setelah kepergiannya, Abo akhirnya pulang ke rumah dengan selamat. Namun
hatinya langsung bergetar setelah tahu istrinya tidak ada di rumah. Bermacam
dugaan muncul di dalam pikirannya. Apakah Monondeaga ikut menyusul dirinya ke
seberang atau justru sudah tidak ada karena dimakan binatang buas.
Abo kemudian
berkemas-kemas untuk mencari sang istri tercinta. Dengan membawa bekal
secukupnya, ia berjalan menembus lebatnya hutan hingga tiba di rumah Tulap,
teman masa kecilnya dulu. Tulap bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu di
antara mereka. Ia menyambut Abo dengan senang hati dan menjamunya dengan
makanan yang enak-enak. Bahkan ia mengajak Abo untuk memainkan pertandingan
masa kecil mereka dulu yaitu adu betis.
Tulap memulai
serangan dengan penuh semangat. Suara betis beradu kuat terdengar hingga jauh.
Namun meskipun tubuhnya lebih besar, Tulap tidak mampu merobohkan Abo. Justru
ia yang berkali-kali terpelanting ke tanah. Hingga tiba giliran Abo, ia
menendang Tulap sekuat tenaga hingga tubuhnya terbang ke atas pohon dan menggelepar
kesakitan lalu mati. Istri Tulap yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
marah lalu menyerang Abo dengan kalap. Namun nasibnya berakhir sama seperti
sang suami. Abo menghajar istri Tulap hingga terkapar tak berdaya kemudian mati
secara mengenaskan.
Abo kemudian
berhasil menemukan banyak orang yang dikurung di jeruji besi kolong rumah
Tulap. Istrinya yang lemah terlihat bersama mereka. Mereka kemudian bebas dan
dapat kembali ke rumah dengan selamat. Abo lalu berjanji untuk tidak
meninggalkan lagi istrinya untuk selamanya. Mereka pun hidup bahagia tanpa ada
gangguan apa-apa lagi.
Posting Komentar untuk "PUTRI MONONDEAGA (Cerita Dari Sulawesi Utara) #monondeaga #sulawesiutara"