Kisah ini terjadi pada masa peperangan antara
Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Maya dan Kerajaan Baka yang
dipimpin oleh Prabu Baka. Pertikaian dipicu oleh keinginan Prabu Baka yang
bertubuh raksasa dan suka memangsa manusia untuk memperluas wilayah
kerajaannya. Maka iapun memerintahkan tentaranya dibawah komando Patih Gupala
untuk menguasai kerajaan tetangganya yaitu Pengging.
Pada awalnya kekalahan berada di pihak Pengging yang mengakibatkan banyak prajurit dan rakyat Pengging tewas serta kehilangan harta bendanya. Melihat situasi yang berbahaya tersebut, Prabu Damar Maya segera memanggil putranya Joko Bandung yang sakti mandraguna untuk membantu melawan Prabu Baka.
“Aku ingin kau menggantikan Ayah memimpin peperangan ini. Kalahkan Prabu Baka agar dia tidak bisa meneruskan nafsu angkara murkanya,”pesan Prabu Damar Maya kepada putranya sebelum berlaga ke medan perang.
Joko Bandung dan bala tentaranya lalu bergerak maju untuk menggempur Kerajaan Baka. Namun di tengah perjalanan ia mendapat gangguan seorang raksasa bernama Bandawasa. Berkat kesaktiannya, Bandawasa berhasil dibunuh. Sebelum tewas, roh Bandawasa berhasil menyatu ke dalam tubuh Joko Bandung. Maka sejak saat itu nama Joko Bandung berubah menjadi Bandung Bandawasa.
Singkat cerita, setelah peperangan sengit selama berhari-hari, Prabu Baka berhasil ditaklukan dan dibunuh oleh Bandung Bandawasa. Patih Gupala yang berhasil meloloskan diri segera kembali ke Kerajaan Baka untuk melaporkan kekalahan tersebut kepada Putri Rara Jonggrang.
Putri Rara Jonggrang adalah anak satu-satunya Prabu Baka. Meskipun keturunan seorang raksasa, namun Putri Rara Jonggrang sangat cantik jelita. Mendengar ayahnya telah tewas, maka menangislah Rara Jonggrang. Ia tahu hal buruk pasti akan segera terjadi padanya.
Tidak berapa lama kemudian, Bandung Bandawasa tiba di Istana Baka. Iapun bertemu dengan Rara Jonggrang dan langsung jatuh cinta pada gadis cantik tersebut. Bandung Bandawasa lalu melamar Rara Jonggrang untuk dijadikan istrinya, namun lamaran tersebut ditolak karena ia tidak ingin menikah dengan pembunuh Ayahnya.
“Jika kau tidak mau menjadi istriku, maka akan aku hancurkan seluruh istana ini. Bagaimana? Tidak ada lagi yang bisa melindungimu karena Ayahmu sudah tidak ada,”ancam Bandung Bandawasa.
Mendapat ancaman seperti itu, Rara Jonggrang mau tidak mau harus menuruti keinginan Bandung Bandawasa karena ia tidak ingin ada korban lagi di pihaknya. Namun Rara Jonggrang cukup cerdik dengan mengajukan sejumlah syarat yang maha berat kepada Bandung Bandawasa.
“Buatkan aku sumur Jalatunda dan seribu candi dalam waktu semalam,”ucap Rara Jonggrang. Bandung Bandawasa menyanggupinya. Ia sangat yakin dengan kesaktian yang dimilikinya. Sumur pesanan Rara Jonggrang mampu dibuatnya dengan mudah.
Setelah selesai, Rara Jonggrang meminta Bandung Bandawasa untuk mengukur kedalaman sumurnya apakah sesuai dengan permintaannya atau tidak. Bandung Bandawasa menurutinya. Ia lalu masuk ke dalam sumur. Rara Jonggrang lalu memerintahkan Patih Gupala untuk menimbun Bandung Bandawasa dengan batu. Namun Bandung Bandawasa berhasil keluar dengan menendang batu-batu tersebut. Ia marah sekali karena sudah diperdaya sedemikian rupa.
Ia kembali tenang setelah Rara Jonggrang memberitahu bahwa batu-batu itu jatuh sendiri karena gerakan tubuhnya ketika masuk ke dalam sumur membuat tanah di sekitar sumur bergetar.
Bandung Bandawasa kemudian berusaha menyelesaikan syarat kedua yaitu membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam. Mengingat singkatnya waktu yang diberikan, iapun meminta bantuan pada jin dan mahluk halus yang pernah ia taklukan ketika dulu mencari kesaktian di berbagai tempat.
Dengan penuh kerja keras, satu persatu candi yang diminta Rara Jonggrang berhasil dibuat. Hingga akhirnya 999 candi berdiri dengan megah. Maka Bandung Bandawasa hanya membutuhkan satu candi lagi untuk bisa memenuhi syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Patih Gupala yang diperintahkan untuk mengawasi jalannya pembuatan candi segera melaporkan hal tersebut kepada Rara Jonggrang.
“Bandung Bandawasa hampir selesai membangun seribu candi, Putri. Hanya kurang satu candi lagi,”kata Patih Gupala.
“Kita harus menggagalkannya. Jangan sampai candi tersebut jadi pagi ini. Panggilah para dayang dan warga desa untuk menumbuk lesung. Kemudian bakarlah jerami di sisi timur agar para jin yang membantu Bandung Bandawasa mengira matahari telah terbit,”jelas Rara Jonggrang memberi petunjuk. Patih Gupala segera menjalankan perintah tersebut.
Kejadian berikutnya sudah bisa ditebak. Para Jin dan mahluk halus yang membantu Bandung Bandawasa segera kembali ke sarangnya masing-masing karena menyangka hari telah pagi. Maka gagal sudah rencana Bandung Bandawasa membuat candi sisanya yang tinggal satu.
Bandung Bandawasa akhirnya tahu jika semua itu adalah tipu daya Rara Jonggrang. Ia mengutuk Rara Jonggrang menjadi Arca Durga yang kemudian diletakkan di ruang utara Candi Prambanan. Arca dimaksudkan untuk melengkapi candi buatan Bandung Bandawasa yang kurang satu. Sedangkan 999 candi yang tidak selesai diberi nama Candi Sewu.
Pada awalnya kekalahan berada di pihak Pengging yang mengakibatkan banyak prajurit dan rakyat Pengging tewas serta kehilangan harta bendanya. Melihat situasi yang berbahaya tersebut, Prabu Damar Maya segera memanggil putranya Joko Bandung yang sakti mandraguna untuk membantu melawan Prabu Baka.
“Aku ingin kau menggantikan Ayah memimpin peperangan ini. Kalahkan Prabu Baka agar dia tidak bisa meneruskan nafsu angkara murkanya,”pesan Prabu Damar Maya kepada putranya sebelum berlaga ke medan perang.
Joko Bandung dan bala tentaranya lalu bergerak maju untuk menggempur Kerajaan Baka. Namun di tengah perjalanan ia mendapat gangguan seorang raksasa bernama Bandawasa. Berkat kesaktiannya, Bandawasa berhasil dibunuh. Sebelum tewas, roh Bandawasa berhasil menyatu ke dalam tubuh Joko Bandung. Maka sejak saat itu nama Joko Bandung berubah menjadi Bandung Bandawasa.
Singkat cerita, setelah peperangan sengit selama berhari-hari, Prabu Baka berhasil ditaklukan dan dibunuh oleh Bandung Bandawasa. Patih Gupala yang berhasil meloloskan diri segera kembali ke Kerajaan Baka untuk melaporkan kekalahan tersebut kepada Putri Rara Jonggrang.
Putri Rara Jonggrang adalah anak satu-satunya Prabu Baka. Meskipun keturunan seorang raksasa, namun Putri Rara Jonggrang sangat cantik jelita. Mendengar ayahnya telah tewas, maka menangislah Rara Jonggrang. Ia tahu hal buruk pasti akan segera terjadi padanya.
Tidak berapa lama kemudian, Bandung Bandawasa tiba di Istana Baka. Iapun bertemu dengan Rara Jonggrang dan langsung jatuh cinta pada gadis cantik tersebut. Bandung Bandawasa lalu melamar Rara Jonggrang untuk dijadikan istrinya, namun lamaran tersebut ditolak karena ia tidak ingin menikah dengan pembunuh Ayahnya.
“Jika kau tidak mau menjadi istriku, maka akan aku hancurkan seluruh istana ini. Bagaimana? Tidak ada lagi yang bisa melindungimu karena Ayahmu sudah tidak ada,”ancam Bandung Bandawasa.
Mendapat ancaman seperti itu, Rara Jonggrang mau tidak mau harus menuruti keinginan Bandung Bandawasa karena ia tidak ingin ada korban lagi di pihaknya. Namun Rara Jonggrang cukup cerdik dengan mengajukan sejumlah syarat yang maha berat kepada Bandung Bandawasa.
“Buatkan aku sumur Jalatunda dan seribu candi dalam waktu semalam,”ucap Rara Jonggrang. Bandung Bandawasa menyanggupinya. Ia sangat yakin dengan kesaktian yang dimilikinya. Sumur pesanan Rara Jonggrang mampu dibuatnya dengan mudah.
Setelah selesai, Rara Jonggrang meminta Bandung Bandawasa untuk mengukur kedalaman sumurnya apakah sesuai dengan permintaannya atau tidak. Bandung Bandawasa menurutinya. Ia lalu masuk ke dalam sumur. Rara Jonggrang lalu memerintahkan Patih Gupala untuk menimbun Bandung Bandawasa dengan batu. Namun Bandung Bandawasa berhasil keluar dengan menendang batu-batu tersebut. Ia marah sekali karena sudah diperdaya sedemikian rupa.
Ia kembali tenang setelah Rara Jonggrang memberitahu bahwa batu-batu itu jatuh sendiri karena gerakan tubuhnya ketika masuk ke dalam sumur membuat tanah di sekitar sumur bergetar.
Bandung Bandawasa kemudian berusaha menyelesaikan syarat kedua yaitu membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam. Mengingat singkatnya waktu yang diberikan, iapun meminta bantuan pada jin dan mahluk halus yang pernah ia taklukan ketika dulu mencari kesaktian di berbagai tempat.
Dengan penuh kerja keras, satu persatu candi yang diminta Rara Jonggrang berhasil dibuat. Hingga akhirnya 999 candi berdiri dengan megah. Maka Bandung Bandawasa hanya membutuhkan satu candi lagi untuk bisa memenuhi syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Patih Gupala yang diperintahkan untuk mengawasi jalannya pembuatan candi segera melaporkan hal tersebut kepada Rara Jonggrang.
“Bandung Bandawasa hampir selesai membangun seribu candi, Putri. Hanya kurang satu candi lagi,”kata Patih Gupala.
“Kita harus menggagalkannya. Jangan sampai candi tersebut jadi pagi ini. Panggilah para dayang dan warga desa untuk menumbuk lesung. Kemudian bakarlah jerami di sisi timur agar para jin yang membantu Bandung Bandawasa mengira matahari telah terbit,”jelas Rara Jonggrang memberi petunjuk. Patih Gupala segera menjalankan perintah tersebut.
Kejadian berikutnya sudah bisa ditebak. Para Jin dan mahluk halus yang membantu Bandung Bandawasa segera kembali ke sarangnya masing-masing karena menyangka hari telah pagi. Maka gagal sudah rencana Bandung Bandawasa membuat candi sisanya yang tinggal satu.
Bandung Bandawasa akhirnya tahu jika semua itu adalah tipu daya Rara Jonggrang. Ia mengutuk Rara Jonggrang menjadi Arca Durga yang kemudian diletakkan di ruang utara Candi Prambanan. Arca dimaksudkan untuk melengkapi candi buatan Bandung Bandawasa yang kurang satu. Sedangkan 999 candi yang tidak selesai diberi nama Candi Sewu.
Posting Komentar untuk "BANDUNG BANDAWASA DAN RORO JONGGRANG (Cerita dari Yogyakarta) #bandungbandawasa #rorojonggrang"