Di tengah hutan
yang lebat tinggallah seekor kucing betina dan anaknya yang sudah besar. Kucing
betina itu sudah tua dan sakit-sakitan. Ia mulai kesulitan mencari makanan
karena kecepatannya sudah jauh menurun. Mengetahui kesulitan yang dihadapi maka
iapun memanggil anaknya yang malas dan manja.
“Ibu sudah sering
sakit-sakitan, Nak. Jadi mulai hari ini, kamu harus belajar berburu makanan
sendiri,”ujar Ibu si Kucing memberi nasehat dengan suara pelan dan hati-hati.
Namun anaknya malah salah mengartikannya.
“Jadi Ibu
mengusirku agar aku pergi dari rumah ini? Baiklah jika kemauan Ibu seperti itu.
Aku akan pergi sekarang juga!,”balas si anak kucing dengan ketusnya. Ia jelas
tidak mau mencari makanan sendiri karena capek dan melelahkan.
Kucing itu lalu
pergi tak tentu arah. Ia melangkah hanya mengikuti kata hatinya. Ketika panas
menyengat, ia mendongak ke atas dan melihat mataharilah yang menyebabkan panas
itu.
“Wahai, matahari
yang hebat, yang mampu menerangi bumi ini, maukah kamu menjadi Ibuku karena
Ibuku sudah tidak mau mengakui aku lagi sebagai anaknya,”pinta si anak kucing
penuh harap.
“Wahai kucing yang
malang. Sebenarnya aku senang bisa menjadi Ibumu tapi tahukah kamu kalau aku
ini tidak selalu menang karena ada yang lebih perkasa dari aku. Aku takut kamu akan
kecewa jika jadi anakku,”jawab matahari.
“Oh, jadi ada yang
lebih kuat darimu? Siapakah itu?”
“Awan. Jika awan
datang maka wajahku akan hilang dari pandanganmu. Jadi aku tidak berdaya jika
berhadapan dengan awan.”
Mendengar jawaban
matahari, maka si kucing langsung pergi menemui awan dan memintanya untuk
menjadi ibunya. Namun awan menolak dan memberitahu bahwa ada yang lebih kuat
darinya.
“Siapa dia? Aku
ingin bertemu dengannya”
“Angin jauh lebih
kuat dariku. Angin bisa memporak-porandakan tubuhku”
Kucing lalu
menemui angin dan mengutarakan maksudnya. Namun ia kembali mengalami penolakan.
“Aku tidak sehebat
yang kau kira. Aku tidak sanggup berjalan lagi jika dihadapanku ada bukit yang
kuat dan kokoh. Maka temuilah dia, mungkin bukit mau jadi ibumu”
Kucing lalu
melanjutkan kembali pencariannya. Ia segera menemui bukit dan mengungkapkan isi
hatinya. Akan tetapi bukit menggeleng pertanda tidak mau menjadi ibunya.
“Kerbau lebih
pantas menjadi ibumu. Dia sangat kuat dan mampu merusak tubuhku dengan
tanduknya yang besar”
Mendengar jawaban
bukit, kucing mengangguk-angguk mengerti. Maka mesti sudah kelelahan, ia segera
mencari kerbau. Tidak berapa lama kemudian, ia bertemu dengan seekor kerbau
yang sedang memakan rumput di lapangan. Namun ketika kerbau mendengar
ucapannya, ia malah tertawa.
“Kau lihat
keadaanku sekarang. Aku tidak bisa kemana-mana karena ada tali kuat yang
mengikatku. Jadi aku tidak lebih kuat dari tali ini”
Kucing lalu
berpaling kearah tali yang melingkar kuat di leher kerbau. Ia berharap tali itu
mau menjadi ibunya.
“Jawabanku sama
dengan kerbau. Aku memang bisa mengikatnya dengan kencang namun jika berhadapan
dengan tikus, aku pasti menyerah. Tikus-tikus sering menggigitiku hingga putus.
Aku sering menangis dibuatnya. Jadi aku tidak pantas menjadi ibumu. Aku tidak
akan bisa melindungimu jika tikus menyerang”
Kucing muda itu
lalu kembali melanjutkan langkahnya yang mulai lemas karena kehabisan tenaga.
Ia lalu berhenti di sebuah lubang yang merupakan sarang sepasang tikus dan enam
ekor anaknya yang masih kecil. Tikus jelas tidak ingin mendapat beban tambahan
dengan mengangkat kucing muda itu sebagai anaknya.
“Maafkan kami
karena sesungguhnya hidup kami tidak pernah tenang seperti yang kau kira sebab
di tengah hutan sana ada seekor kucing betina yang sangat kuat. Kucing itu suka
menangkap dan memangsa anak-anak kami. Namun sekarang kami cukup beruntung
karena kucing itu sudah mulai tua dan lambat. Ia juga sering sakit-sakitan.
Kami bisa melarikan diri dengan mudah darinya. Sebenarnya kucing tua itu
mempunyai seekor anak tapi pemalas sekali. Sekarang anaknya malah pergi entah
kemana. Kami berharap anak kucing tua itu tidak pernah kembali agar tidak
mengganggu kehidupan kami,”jelas tikus jantan panjang lebar.
Si anak kucing
tahu jika ibunyalah yang tengah dibicarakan oleh tikus. Kini hatinya jadi
terbuka. Ternyata ibunya sesungguhnya mahluk yang sangat kuat dan juga sangat
sayang padanya. Ia berburu mencari mangsa semua demi dirinya.
Anak kucing itu
lalu kembali ke rumah dan bertemu dengan ibunya. Ia menceritakan semua kejadian
yang dialaminya. Ia juga berjanji akan merawat dan menggantikan ibunya yang
sudah tua dan sakit-sakitan untuk berburu mencari mangsa.
Posting Komentar untuk "KEHEBATAN SEEKOR KUCING (Cerita Rakyat Bengkulu)"