KEHEBATAN SEEKOR KUCING (Cerita Rakyat Bengkulu)

Di tengah hutan yang lebat tinggallah seekor kucing betina dan anaknya yang sudah besar. Kucing betina itu sudah tua dan sakit-sakitan. Ia mulai kesulitan mencari makanan karena kecepatannya sudah jauh menurun. Mengetahui kesulitan yang dihadapi maka iapun memanggil anaknya yang malas dan manja.

“Ibu sudah sering sakit-sakitan, Nak. Jadi mulai hari ini, kamu harus belajar berburu makanan sendiri,”ujar Ibu si Kucing memberi nasehat dengan suara pelan dan hati-hati. Namun anaknya malah salah mengartikannya.

“Jadi Ibu mengusirku agar aku pergi dari rumah ini? Baiklah jika kemauan Ibu seperti itu. Aku akan pergi sekarang juga!,”balas si anak kucing dengan ketusnya. Ia jelas tidak mau mencari makanan sendiri karena capek dan melelahkan.

Kucing itu lalu pergi tak tentu arah. Ia melangkah hanya mengikuti kata hatinya. Ketika panas menyengat, ia mendongak ke atas dan melihat mataharilah yang menyebabkan panas itu.

“Wahai, matahari yang hebat, yang mampu menerangi bumi ini, maukah kamu menjadi Ibuku karena Ibuku sudah tidak mau mengakui aku lagi sebagai anaknya,”pinta si anak kucing penuh harap.

“Wahai kucing yang malang. Sebenarnya aku senang bisa menjadi Ibumu tapi tahukah kamu kalau aku ini tidak selalu menang karena ada yang lebih perkasa dari aku. Aku takut kamu akan kecewa jika jadi anakku,”jawab matahari.

“Oh, jadi ada yang lebih kuat darimu? Siapakah itu?”

“Awan. Jika awan datang maka wajahku akan hilang dari pandanganmu. Jadi aku tidak berdaya jika berhadapan dengan awan.”

Mendengar jawaban matahari, maka si kucing langsung pergi menemui awan dan memintanya untuk menjadi ibunya. Namun awan menolak dan memberitahu bahwa ada yang lebih kuat darinya.

“Siapa dia? Aku ingin bertemu dengannya”

“Angin jauh lebih kuat dariku. Angin bisa memporak-porandakan tubuhku”

Kucing lalu menemui angin dan mengutarakan maksudnya. Namun ia kembali mengalami penolakan.
“Aku tidak sehebat yang kau kira. Aku tidak sanggup berjalan lagi jika dihadapanku ada bukit yang kuat dan kokoh. Maka temuilah dia, mungkin bukit mau jadi ibumu”

Kucing lalu melanjutkan kembali pencariannya. Ia segera menemui bukit dan mengungkapkan isi hatinya. Akan tetapi bukit menggeleng pertanda tidak mau menjadi ibunya.

“Kerbau lebih pantas menjadi ibumu. Dia sangat kuat dan mampu merusak tubuhku dengan tanduknya yang besar”

Mendengar jawaban bukit, kucing mengangguk-angguk mengerti. Maka mesti sudah kelelahan, ia segera mencari kerbau. Tidak berapa lama kemudian, ia bertemu dengan seekor kerbau yang sedang memakan rumput di lapangan. Namun ketika kerbau mendengar ucapannya, ia malah tertawa.

“Kau lihat keadaanku sekarang. Aku tidak bisa kemana-mana karena ada tali kuat yang mengikatku. Jadi aku tidak lebih kuat dari tali ini”

Kucing lalu berpaling kearah tali yang melingkar kuat di leher kerbau. Ia berharap tali itu mau menjadi ibunya.

“Jawabanku sama dengan kerbau. Aku memang bisa mengikatnya dengan kencang namun jika berhadapan dengan tikus, aku pasti menyerah. Tikus-tikus sering menggigitiku hingga putus. Aku sering menangis dibuatnya. Jadi aku tidak pantas menjadi ibumu. Aku tidak akan bisa melindungimu jika tikus menyerang”

Kucing muda itu lalu kembali melanjutkan langkahnya yang mulai lemas karena kehabisan tenaga. Ia lalu berhenti di sebuah lubang yang merupakan sarang sepasang tikus dan enam ekor anaknya yang masih kecil. Tikus jelas tidak ingin mendapat beban tambahan dengan mengangkat kucing muda itu sebagai anaknya.

“Maafkan kami karena sesungguhnya hidup kami tidak pernah tenang seperti yang kau kira sebab di tengah hutan sana ada seekor kucing betina yang sangat kuat. Kucing itu suka menangkap dan memangsa anak-anak kami. Namun sekarang kami cukup beruntung karena kucing itu sudah mulai tua dan lambat. Ia juga sering sakit-sakitan. Kami bisa melarikan diri dengan mudah darinya. Sebenarnya kucing tua itu mempunyai seekor anak tapi pemalas sekali. Sekarang anaknya malah pergi entah kemana. Kami berharap anak kucing tua itu tidak pernah kembali agar tidak mengganggu kehidupan kami,”jelas tikus jantan panjang lebar.

Si anak kucing tahu jika ibunyalah yang tengah dibicarakan oleh tikus. Kini hatinya jadi terbuka. Ternyata ibunya sesungguhnya mahluk yang sangat kuat dan juga sangat sayang padanya. Ia berburu mencari mangsa semua demi dirinya.

Anak kucing itu lalu kembali ke rumah dan bertemu dengan ibunya. Ia menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Ia juga berjanji akan merawat dan menggantikan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan untuk berburu mencari mangsa.

Posting Komentar untuk "KEHEBATAN SEEKOR KUCING (Cerita Rakyat Bengkulu)"