PUTRI BUNGSU (CERITA RAKYAT KALIMANTAN TIMUR) #putribungsu #ceritarakyat


Dahulu kala di daerah Berau berdiri sebuah kerajaan yang aman dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja bernama Aji Diangkat. Ia memiliki seorang permaisuri bernama Aji Tangga Benua.
Dari istrinya tersebut ia mendapatkan tujuh orang anak. Akan tetapi Raja sangat sedih karena ketujuh anaknya tersebut semua perempuan sehingga tidak ada anak laki-laki yang akan mewarisi takhta kerajaan jika ia sudah tiada nanti.
Ketujuh putrinya sangat cantik namun Putri Bungsulah yang menjadi idola kedua orang tua dan seluruh rakyat karena perangainya yang halus, santun dan perhatian kepada semua orang. Sedangkan enam kakaknya sangat tidak disukai karena sifat buruk mereka yang sombong dan tidak menghargai orang lain apalagi jika berasal dari rakyat biasa.
Pada suatu hari, Putri Bungsu yang jago memasak mendapati kepala pisau kesayangannya rusak karena tertimpa lesung di dapur. Iapun meminta ayahandanya untuk membuat kepala pisau yang baru.
Baginda Raja yang sangat sayang pada Putri Bungsu segera memerintahkan seluruh ahli ukir untuk membuat kepala pisau terbaik kemudian diserahkan kepada Putri Bungsu untuk dipilih satu yang berkenan di hati. Namun dari sekian banyak kepala pisau yang diserahkan, tak ada satupun yang Putri Bungsu sukai.
Baginda Raja tidak menyerah dan putus asa. Ia memanggil siapa saja yang lewat di depan istana dan diminta untuk membuatkan kepala pisau seperti para ahli ukir sebelumnya. Bahkan ketika di depan istana lewat seorang pemuda miskin bernama Maniki yang hendak memanen padi di sawah, Baginda Raja memanggilnya dan meminta Maniki untuk membuat kepala pisau.
Tak disangka ternyata hasil karya Maniki sangat disukai Putri Bungsu. Maka Baginda Raja memberikan hadiah yang cukup besar kepada Maniki karena telah mengobati kesedihan Putri Bungsu akibat kerusakan pada kepala pisau kesayangannya.
Putri Bungsu membawa kemanapun kepala pisau barunya tersebut bahkan ketika tidur sekalipun, benda tersebut tidak pernah lepas dari tangannya. Hingga pada suatu hari semua orang menyadari perubahan yang telah terjadi pada Putri Bungsu. Perutnya semakin membesar dan ia dinyatakan hamil padahal Putri Bungsu belum pernah menikah.
Kerajaan menjadi gempar. Keenam kakak Putri Bungsu yang merasa dianak tirikan tentu saja menjadi pihak yang paling keras bereaksi atas keanehan tersebut. Mereka menuduh Putri Bungsu telah berbuat dosa dengan seseorang.
Kepada sang Ayah, mereka meminta Putri Bungsu agar diasingkan sebagai hukuman atas perbuatan memalukan tersebut. Namun Baginda Raja menolak. Ia masih sayang pada Putri Bungsu. Ia tetap tinggal di istana hingga bayinya lahir.
“Aku percaya pada Putri Bungsu bahwa ia tidak pernah berbuat zina dengan siapapun. Putri Bungsu tetap tinggal di istana bersama kita. Aku akan mencari tahu siapa ayahnya yang sesungguhnya,”jawab Baginda Raja dengan tegas.
Untuk mengetahui siapa ayah dari bayi tersebut, atas saran dukun kerajaan, Baginda Raja mengumpulkan seluruh laki-laki dan memberi mereka sebuah pisang masak. Hal itu akan menarik perhatian bayi Putri Bungsu untuk merangkak dan mendekati ayahnya yang sesungguhnya.
Tak disangka ternyata bayi tersebut justru memilih seorang pemuda miskin si pembuat kepala pisau Putri Bungsu. Sang bayi merangkak kemudian masuk ke dalam pelukan Maniki.
Baginda Raja senang sekali karena akhirnya berhasil menemukan ayah dari cucunya. Ia lalu menikahkan Putri Bungsu dengan Maniki kemudian mengangkat menantunya tersebut menjadi pengganti dirinya. 


Raja baru yang berasal dari rakyat biasa ternyata mampu memerintah dengan adil dan bijaksana. Kerajaan semakin besar dan maju. Rakyat hidup tentram dan bahagia dibawah pemerintahan Raja Maniki.

Posting Komentar untuk "PUTRI BUNGSU (CERITA RAKYAT KALIMANTAN TIMUR) #putribungsu #ceritarakyat"