Dahulu kala, nun jauh di negeri Italia sana, atau tepatnya disebuah desa
bernama Florentina. Seorang kakek pemahat bernama Gepetto yang baru saja
selesai memahat kayu pinus pemberian tetangganya, Tuan Cherry, terkejut bukan
main ketika melihat boneka kayu yang dibuatnya sedang melompat-lompat sambil
berteriak kepanasan di dekat kompor yang ada di dapur. Kaki kanannya tampak
membara terbakar api yang tidak berhenti menyala.
Kakek Gepetto lalu mengambil kain yang sudah dibasahi
terlebih dahulu untuk memadamkan api yang membakar kaki kanan boneka kayu
buatannya. Setelah api padam, ia membawa boneka kayu itu kembali ke gudang tempat
kerjanya dan mendudukannya diatas meja.
“Aku tidak menyangka kamu bisa
bicara seperti manusia. Mulai saat ini kau akan jadi anakku. Kamu kuberi nama
Pinokio. Mengenai kakimu yang terbakar, jangan khawatir karena aku akan membuat
lagi yang baru,”ujar Kakek Gepetto kepada Pinokio.
“Benarkah? Oh, terimakasih, Ayah.
Aku akan membalas semua kebaikanmu dengan menjadi anak yang baik dan patuh,”jawab
Pinokio dengan mata berbinar-binar.
Kakek Gepetto lalu membuatkan kaki
baru untuknya. Ia juga segera pergi ke pasar untuk membeli pakaian, buku, tas,
sepatu dan peralatan tulis untuk Pinokio. Kakek Gepetto ingin Pinokio bisa
sekolah seperti anak-anak lainnya.
Keesokan harinya Pinokio berangkat
sekolah. Kakek Gepetto telah mendaftarkannya di sekolah terdekat. Ia senang sekali bisa sekolah. Namun ditengah
perjalanan, ia berbelok ke arah yang berbeda. Pinokio tertarik dengan
pertunjukan boneka yang sedang berlangsung di lapangan desa. Ia lalu menjual
buku tulis dan tas sekolahnya untuk membeli karcis. Pinokio lalu masuk dan
menyaksikan pertunjukkan boneka di dalam tenda besar. Pada saat itu ia melihat
sebuah boneka perempuan sedang dikejar-kejar oleh penjahat yang akan
merampoknya. Pinokio lalu naik ke atas panggung untuk menolong perempuan
tersebut. Boneka penjahat ia tendang jauh-jauh sehingga membuat si pemilik
pertunjukkan marah besar. Pinokio diseretnya ke belakang panggung dan mengancam
akan menghancurkannya menjadi kepingan tak berguna.
“Ampuni aku, Pak. Jika aku
dihancurkan, Ayahku pasti sedih sekali. Dia sudah tua dan memintaku pergi ke
sekolah tapi aku malah datang kemari,”mohon Pinokio kepada pemilik
pertunjukkan. Orang itupun menjadi iba. Ia lalu membebaskan Pinokio dan
memberinya lima keping uang tembaga kepadanya sebagai bekal pulang ke rumah.
“Kembalilah ke rumah dan jangan
ulangi lagi perbuatanmu ini,”pesan pemilik pertunjukkan. Maka Pinokiopun segera
keluar dari tenda pertunjukkan untuk pulang ke rumah. Namun ditengah perjalanan
ia bertemu dengan Rubah dan Kucing yang jahat.
“Aku lihat kau baru saja mendapatkan
uang yang banyak. Tapi kami bisa membuatmu lebih kaya dengan memperbanyak uang
itu dan merubahnya menjadi kepingan emas,”rayu Rubah sambil tersenyum licik.
“Oh, ya? Bagaimana caranya? Apa
mungkin uang tembaga bisa menjadi emas?”tanya Pinokio penasaran.
“Bisa saja dan mudah sekali. Kami sudah
sering melakukannya. Kau cukup menanamnya dibawah pohon ajaib milik kami. Setelah
itu kau bisa tidur dan biarkan pohon ajaib yang bekerja. Jika sudah bangun, kau
bisa mengambil kembali uang emasmu,”imbuh Kucing mencoba memperdayai Pinokio.
Pinokio lalu pergi bersama kedua
teman barunya tersebut. Menanam lima koin tembaga miliknya lalu tidur disamping
pohon ajaib tersebut. Ketika ia terlelap tidur. Kucing dan Rubah segera
menggali dan mengambil uang yang baru saja ditanam Pinokio. Mereka lalu kabur
dan menggantung Pinokio di atas pohon. Angin yang bertiup kencang segera
membangunkan Pinokio dari tidurnya. Ia berteriak-teriak minta tolong untuk
diturunkan dari pohon yang tinggi itu.
“Diamlah, Nak. Aku akan membantumu
turun,”tiba-tiba disamping Pinokio muncul Peri Biru yang baik hati. Dengan
kibasan tongkat sihirnya, ia dapat menurunkan Pinokio dengan mudah. Sebenarnya
Peri Biru inilah yang menghidupkan Pinokio sehingga ia bisa bicara seperti
manusia. Ia kasihan dengan kakek Gepetto yang sudah tua dan hidup sendirian. Ia
berharap Pinokio bisa menjadi anak baik yang bisa membantu merawat dirinya. Tapi
ternyata Pinokio tumbuh menjadi anak yang bandel.
“Kenapa kamu tidak pergi ke sekolah
Pinokio? Bukankah Ayahmu sudah membelikanmu peralatan sekolah yang baru?”tanya
Peri Biru lembut.
“Aku tadi sudah berangkat tapi
ditengah jalan ada anak gelandangan yang kelaparan. Aku menjual buku dan tasku
untuk membelikannya makanan. Jadi aku tidak bisa berangkat lagi ke sekolah
tanpa semua peralatan itu,”jawab Pinokio yang mulai pandai berbohong. Hidungnya
langsung memanjang selesai ia berbicara. Pinokio terkejut sekali.
“Kenapa hidungku ini! Kenapa jadi
panjang begini?”tanya Pinokio panik.
“Itu semua karena kau bicara bohong.
Setiap kali kau melakukannya, hidungmu akan terus memanjang Pinokio. Jangan
diulangi lagi ya?”pinta Ibu Peri yang segera mengibaskan tongkat sihirnya
untuk merubah hidung Pinokio seperti semula.
“Maafkan aku. Aku janji akan selalu
berkata jujur,”jawab Pinokio dengan kepala tertunduk.
Peri Biru lalu memerintahkannya
kembali ke rumah,”Ceritakan semua yang kau alami pada Ayahmu. Berjanjilah untuk
menjadi anak yang baik. Anak yang pintar dan mau pergi ke sekolah,”pesan Peri
Biru.
Namun ditengah perjalanan ia bertemu
dengan beberapa anak yang mengajaknya menonton pertunjukan sirkus. Mula-mula Pinokio menolak tapi akhirnya ia
luluh oleh bujukan anak-anak tersebut yang ternyata membolos tidak sekolah. Pinokio
telah melupakan pesan Ibu Peri. Ia lebih senang bermain-main di tempat sirkus
hingga berhari-hari lamanya.
Mereka tidak dipungut bayaran oleh
pemilik sirkus sehingga betah berlama-lama tinggal di tempat itu. Setelah
bermain si pemilik sirkus lalu memberi mereka makan. Pinokio yang lapar ikut
makan dengan lahapnya. Namun seusai makan kejadian mengerikan terjadi pada
anak-anak itu. Tubuh mereka berubah menjadi keledai. Begitu juga dengan Pinokio.
Ia memiliki kuping dan ekor seperti keledai. Ternyata si pemilik sirkus
memiliki ilmu sihir yang jahat.
Keledai-keledai itu dilatih untuk
mengikuti pertunjukkan sirkus. Melompat-lompat melewati lingkaran api, menari
dan berdansa serta pertunjukkan lain yang melelahkan. Jika menolak, pawang sirkus
akan mencambuk tubuhnya. Pinokio sedih sekali jika ingat Ayahnya Kakek Gepetto.
Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa hingga suatu hari, si pemilik sirkus marah
karena ia tidak bisa lagi mengikuti pertunjukkan setelah kakinya patah ketika
tengah melompati lingkaran api.
“Buang boneka kayu bodoh ini ke
laut. Kita cari anak-anak lainnya sebagai pengganti!”seru si pemilik sirkus
pada anak buahnya. Pinokio diceburkan ke laut dan digigiti ikan-ikan hingga
kuping dan ekor keledainya menghilang.
Ketika ia mencoba berenang ke tepi
pantai, seekor ikan paus raksasa menelan Pinokio. Pinokio terombang-ambing di
dalam perut Paus yang luas. Pinokio terduduk sedih memikirkan betapa buruk
nasibnya. Semua karena kesalahan dirinya yang tidak mau mematuhi perintah
Ayahnya.
Ketika tengah merenungi nasib,
tiba-tiba sebuah tepukan dipunggung, mengagetkan Pinokio. Di hadapannya kini
berdiri seseorang yang sudah sangat ia kenal. Dia adalah Kakek Gepetto.
“Ayah? Kok Ayah bisa berada di
sini?”tanya Pinokio heran sekaligus bahagia. Ia memeluk Kakek Gepetto
erat-erat.
“Ayah mencarimu kemana-mana, Nak.
Hingga akhirnya memutuskan untuk pergi ke negeri seberang dengan menaiki
perahu. Tapi perahu Ayah hancur diterjang badai dan Ayah lalu ditelan oleh Paus
raksasa ini. Ayah kangen sekali padamu, Nak,”jelas Kakek Gepetto.
Pinokio lalu membantu Kakek Gepetto
membuat perahu dari kayu-kayu yang ikut tertelan oleh ikan paus. Pinikio lalu
menggelitiki perut ikan paus hingga bersin dan membuat mereka terlempar keluar
dari perut ikan tersebut.
Mereka lalu mengayuh perahu menuju
ke daratan dan kembali ke rumah. Pagi harinya, Pinokio bangun dari tidur dan
mendapati dirinya telah berubah menjadi anak manusia seutuhnya bukan lagi
sebuah boneka kayu yang rapuh. Peri Biru yang tahu Pinokio telah berubah,
memberinya hadiah yang sangat luar biasa. Ia merubah Pinokio menjadi manusia
sesungguhnya. Pinokio berlari dan berteriak kencang membangunkan Kakek Gepetto.
Mereka berpelukan sangat erat.
Sejak saat itu, Pinokio berangkat sekolah dan berubah menjadi
anak baik dan penurut. Ia merawat Kakek Gepetto dan mulai menggantikannya
memahat kayu untuk mencari penghasilan.
Posting Komentar untuk "PINOKIO, BONEKA KAYU YANG BISA BICARA #pinokio #tukangbohong"