Kehidupan
para pensil di etalase kaca sebuah toko peralatan sekolah selalu diwarnai tawa
ceria setiap hari. Apabila tidak ada satupun yang laku diambil pembeli, mereka
tetap bersabar dan saling mendoakan. Mereka juga tidak pernah kesepian karena
jika keranjang wadah pensil-pensil itu mulai kosong, pemilik toko akan
menambahkannya lagi dengan pensil-pensil baru yang beraneka ragam bentuk dan
warna.
Dari sekian banyak pensil yang ada di toko itu, ada sebuah pensil yang
sudah lama berada disana. Warna merah di tubuhnya sudah mulai pudar. Bentuknya
yang sederhana dan ada beberapa bagian tubuhnya yang tergores cacat membuat
pembeli malas dan tidak tertarik untuk memilihnya. Teman-teman memanggilnya
Pensil Raja meskipun nasibnya tidak semujur seorang raja. Nama itu untuk
menghormati dirinya sebagai pensil yang paling lama berada di tempat itu.Ketika ada pembeli masuk ke toko maka para pensil akan bergaya habis-habisan untuk memikat pembeli. Sementara itu Pensil Raja hanya terdiam seperti batu. Malah sering didapati dia tengah tertidur pulas selama berjam-jam hingga toko tutup kembali. Sepertinya pensil malang itu sudah menyerah pasrah pada nasib. Pensil Raja justru lebih senang mendoakan rekan-rekannya agar cepat terbeli.
“Syukurlah, akhirnya Pensil Kupu-Kupu laku juga,”ucap Pensil Raja bahagia ketika ada gadis kecil mengambil pensil berbentuk kupu-kupu cantik itu. Pensil-pensil yang lain terdiam. Mereka tahu dibalik ketegaran Pensil Raja terselip luka di hati yang begitu dalam karena sekian lamanya tidak orang yang berminat membelinya.
“Teman-teman semua, mari kita berkumpul di sini menyatukan tangan kita dan memohon pada Tuhan,”perintah Pensil Beruang yang sudah tidak tahan lagi melihat keadaan tersebut. Ia belum lama datang ke toko itu, tapi ia sudah mengetahui nasib Pensil Raja dari teman-temannya yang terlebih dahulu berada disana.
“Pensil Raja begitu baik pada kita. Jika ada yang bersedih, dia selalu menghibur kita dan bisa membuat kita tertawa lagi. Jika ada yang bertengkar, dia selalu melerai dan menasehati agar kita bisa rukun kembali. Dan bila ada pensil yang belum terjual, dia selalu mendoakan agar cepat dibeli orang. Sedangkan jika ada yang pergi, Pensil Raja tidak lupa berdoa agar mereka mendapat kebahagiaan lebih diluar sana,”lanjut Pensil Beruang mencoba menggugah perasaan teman-temannya.
“Maka untuk semua kebaikan Pensil Raja tersebut, kita wajib membalasnya dengan cara berdoa dan memberikan jalan selebar-lebarnya agar ada pembeli yang bersedia memilih Pensil Raja.”imbuh Pensil Beruang yang langsung diangguki oleh teman-temannya.
“Saya setuju denganmu. Saya ada usul, bagaimana kalau kita make over Pensil Raja agar terlihat lebih menarik. Bagaimanapun penampilan adalah faktor utama bagi pembeli. Jika penampilan Pensil Raja bagus di mata mereka, maka pembeli pasti akan memilihnya,”timpal Pensil Barbie yang cantik.
Setelah toko tutup. Para pensil berbagi tugas untuk memperindah penampilan Pensil Raja. Pensil Gunting yang pintar mengukir bertugas membuang goresan cacat di tubuh Pensil Raja. Ia membuat ukiran menarik di tubuh Pensil Raja agar cacat di tubuhnya tersamarkan.
Pensil Daun bertugas membuat baju khusus agar Pensil Raja benar-benar terlihat seperti seorang raja. Sedangkan Pensil Palu bertugas membuat topeng dan mahkota agar Pensil Raja terlihat berwibawa. Setelah semua selesai, Pensil Bendera mengecat dan mewarnai tubuh Pensil Raja agar tidak terlihat kusam dan kotor.
Ketika toko dibuka kembali keesokan harinya. Para pensil mengalah dan tidak bergaya untuk menarik pembeli seperti biasanya. Mereka diam saja dan mempersilahkan Pensil Raja yang sudah berdandan rapi untuk tampil sendiri.
“Ayah...aku suka pensil ini. Bentuknya gagah seperti seorang raja. Bolehkan aku memilikinya?,”pinta seorang anak lelaki berkepala gundul pada ayahnya.
“Tidak boleh, Nak. Pensilmu dirumah masih banyak. Untuk apa membeli lagi,”jawab Sang Ayah sambil menarik tangan putranya meninggalkan toko.
Seluruh pensil yang mendengar percakapan tersebut diam tapi penuh harap. Namun ketika anak itu pergi dan tidak jadi membeli, perasaan tegang berubah menjadi kekecewaan mendalam. Hari itupun berlalu dengan kegagalan.
“Pensil merah kusam yang aku lihat minggu lalu sih kemana ya, Bunda?”tanya seorang anak perempuan yang berpakaian sederhana sekali keesokan harinya.
“Coba kau cari lebih teliti. Mungkin terselip diantara pensil-pensil bagus itu,”saran Si Ibu yang juga berpenampilan sederhana. Mereka sepertinya berasal dari keluarga miskin.
“Ehm...sayang sekali, Bunda. Pensil itu sudah tidak ada lagi. Padahal uangku hanya cukup untuk membeli pensil itu karena pensil yang lain harganya terlalu mahal. Lihatlah pensil berbentuk seorang raja ini, harganya mencapai lima belas ribu rupiah. Uangku tidak cukup untuk membelinya,”ucap sang anak kecewa.
“Sudahlah, Nak. Kita beli ditempat lain saja. Mungkin ada seperti harapanmu,”saran Sang Ibu sambil berlalu meninggalkan toko.
Menangislah hati Pensil Raja mendengar ucapan gadis kecil itu. Ternyata meskipun bentuknya buruk, masih ada yang menginginkannya. Justru hati Pensil Raja akan senang sekali jika bisa menolong gadis miskin tadi.
Keberuntungan sepertinya memang tidak berpihak padanya. Sepeninggal gadis kecil tadi, datanglah seorang anak laki-laki yang ceroboh. Ketika sedang memilih-milih pensil, ia tidak sengaja menjatuhkan wadah pensil. Pensil-pensil berhamburan kemana-mana. Tidak sampai disitu saja kecerobohannya, iapun tidak sengaja menginjak Pensil Raja hingga patah.
Meskipun
sudah patah, si anak laki-laki tetap diharuskan membayarnya oleh pemilik toko
sebab peraturan di toko adalah siapa merusak maka sama dengan membeli.
Sayangnya setelah dibayar anak ceroboh itu tidak mau membawanya pulang. Pensil
Raja dibuangnya ke tempat sampah. Ia sudah punya penggantinya yang lebih baik
yaitu Pensil Beruang.
Dari
balik genggaman tangan Si anak ceroboh, Pensil Beruang hanya bisa melihat
Pensil Raja yang coba ditolongnya bernasib tragis. Tubuhnya di buang ke truk
sampah dan nasibnya berakhir sudah.
Posting Komentar untuk "KETIDAK SABARAN YANG MEMBAWA PETAKA #sabar"