Toko
milik pembuat sepatu miskin itu sehari-harinya selalu sepi pelanggan. Permasalahannya
terletak pada jumlah sepatu yang tersedia di dalamnya. Karena kekurangan modal,
Si Tukang Sepatu dan istrinya hanya mampu membuat sepasang sepatu setiap
minggunya.
Seperti malam ini, dengan wajah lesu, Si
Tukang Sepatu mencoba menggunting bahan
kulit yang baru saja ia beli untuk dibentuk dan dijahit menjadi sepasang sepatu
keesokan harinya. Setelah selesai ia kembali ke rumah dan meninggalkan bahan
kulit tersebut di ruang kerjanya.
Pada
pagi harinya ia bergegas menuju bengkel untuk mulai membuat sepatu sementara
istrinya memasak seadanya di dapur untuk sarapan mereka pagi itu. Namun betapa
terkejutnya ia ketika melihat bahan kulit yang ia siapkan semalam sudah tidak
ada. Sebagai gantinya di atas meja kerja terdapat sepasang sepatu yang sangat
indah dengan jahitan rapi dan menawan serta sudah di warnai mengkilat.
Tidak
lama setelahnya, seorang wanita masuk ke toko Si Tukang Sepatu. Dari
penampilannya sepertinya ia wanita kaya.
”Saya
membutuhkan sepatu kulit yang cantik, apakah Tuan punya?,”tanyanya anggun.
“Ya.
Tapi hanya sepasang. Saya tidak punya yang lain. Kalau berminat silahkan di
coba dulu,”jawab Si Tukang Sepatu sambil menyodorkan sepatu yang dimaksud.
Wanita
itu menerima dengan senang hati lalu mencobanya dan tampak puas dengan
hasilnya. Ketika ia menanyakan harganya, Si Tukang Sepatu tampak kebingungan.
“Baiklah
aku bayar 10 keping perak tunai. Sepatu ini layak dihargai mahal karena bagus
sekali. Terimalah uangnya,”ucapnya seraya menyodorkan uang ke Si Tukang Sepatu
yang dengan senang hati menerimanya. Itu merupakan pembayaran tertinggi yang
pernah ia terima dari pembeli.
Hari
itu ia dan istrinya bisa membeli cukup makanan dan bahan kulit untuk empat
pasang sepatu lainnya. Ia segera bekerja mengguntingi bahan kulit untuk dibuat
sepatu keesokan harinya. Setelah itu ia berangkat tidur.
Ajaibnya,
kejadian yang sama berulang kembali. Ketika Si Tukang Sepatu masuk ke ruang
kerjanya esok hari, di sana telah tersedia empat pasang sepatu lainnya. Empat
pasang sepatu itu telah tertata rapi dan mengkilat dengan jahitannya yang kecil
dan cantik.
Nasib
baik rupanya tengah menghampiri Si Tukang Sepatu karena siangnya ada hartawan
yang datang dan tertarik dengan sepatu-sepatu tersebut. Ia lalu memborong
semuanya sehingga ia bisa membeli bahan kulit untuk delapan pasang sepatu. Ia
lalu memotong dan meletakannya di ruang kerjanya sebelum berangkat tidur. Esok
paginya ia kembali menemukan bahan kulit tersebut telah berubah menjadi delapan
pasang sepatu yang indah dan menawan. Begitu terus berulang-ulang hingga ia dan
istrinya berubah menjadi orang yang kaya raya karena pelanggannya rata-rata
adalah orang kaya yang bersedia membayar mahal untuk sepatu kesukaannya.
Suatu
malam, Si Tukang Sepatu berkata kepada istrinya, "Kita menjadi seperti sekarang
ini karena bantuan seseorang yang belum kita ketahui sosoknya. Bagaimana jika malam
ini kita sembunyi di ruang kerja untuk mencari tahu sosok yang telah baik hati
menolong kita?, "usul istrinya yang langsung disetujui oleh Si Tukang
Sepatu.
Jadi,
setelah makan malam, mereka lalu pergi ke ruang tempat suaminya biasa bekerja
membuat sepatu. Mereka bersembunyi dibelakang meja besar dan panjang sehingga aman dari penglihatan orang. Setelah beberapa menit berlalu, pintu pun
terbuka dan dua kurcaci kecil berlari masuk. Pakaian mereka dekil dan lusuh. Mereka lalu mengambil kulit yang
diletakkan di meja, dan mulai bekerja hingga pagi hari.
Mereka
menjahit lalu memukul-mukul dengan palu
sampai semua sepatu selesai dibuat. Kemudian mereka mengecatnya hingga mengkilap ketika
tertimpa cahaya bulan. Setelah semua selesai dua kurcaci tersebut lalu pergi
keluar.
Keesokkan
paginya, Si Tukang Sepatu berkata kepada istrinya,"Kurcaci-kurcaci itu
telah bekerja sangat keras untuk kita. Kita harus membalas semua kebaikan
mereka? Kamu ada ide?"
"Ya, aku tahu!"
jawab sang istri. "Kita buatkan saja mereka satu setel pakaian yang layak.
Juga sepatu baru, syal, rompi, kaos kaki, tas dan topi kecil."
Semua
hadiah itu dibungkus rapi lalu di letakan di tempat mereka biasa bekerja. Maka
saat tengah malam, kedua kurcaci pun datang siap untuk mulai bekerja. Tapi betapa
terkejutnya mereka karena yang mereka
temukan hanya bungkusan hadiah banyak sekali. Keduanya senang sekali menerima
hadiah-hadiah tersebut. Mereka lalu membukanya dan mencobanya apakah cocok atau
tidak. Ternyata semuanya bagus sehingga mereka tertawa penuh kebahagiaan.
"Oh,
betapa gagahnya kita sekarang! Dan itu berarti kita tak akan mengerjakan sepatu
lagi!"ucap mereka sambil berlalu pergi.
Malam
itu menjadi kemunculan terakhir kalinya kedua kurcaci pembuat sepatu. Tetapi Si
Tukang Sepatu tetap bersyukur karena berkat mereka berdua, mereka bisa menjadi
orang yang kaya raya sekarang.
Keterangan : Kisah ini adalah buah karya Jacob dan Wilhelm Grimm.
Posting Komentar untuk "KURCACI DAN PEMBUAT SEPATU #kurcaci #sepatu"