LEGENDA BATU MENANGIS (Cerita dari Kalimantan Barat) #batumenangis #kalbar



Cinta seorang ibu kepada anaknya tiada bertepi. Terus abadi sepanjang masa. Namun bagaimana jika cinta suci tersebut dibalas dengan sebuah penghinaan? Kisah berikut mungkin bisa menjadi contoh pada semua agar jangan berani semena-mena pada sang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita penuh kasih sayang.
          Alkisah, di bumi Kalimantan Barat, tinggal seorang wanita dan anak perempuannya yang sangat cantik. Penampilan keduanya bagai langit dan bumi. Si Ibu terlihat tua dan keriput dengan pakaian kumalnya yang menyedihkan sementara sang anak yang bernama Darmi, berpenampilan bak putri raja. Rambutnya hitam panjang terurai, kulitnya halus dan wajahnya putih bersinar dengan pakaian indah menawan yang selalu ia kenakan setiap harinya.
          Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Tentu saja bisa karena sejak sang Ayah meninggal, Si Ibulah yang harus berjuang mencari nafkah untuk mencukupi segala kebutuhan mereka berdua. Apa saja dilakukan agar bisa mendapatkan uang. Dari mulai berkebun, mencuci baju tetangga hingga menjadi penjual sayur mayur di pasar semua dikerjakan sepenuh hati. Akibatnya wajah wanita malang tersebut terlihat lebih tua dari umur aslinya. Ia tidak sempat merawat diri. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana caranya agar bisa makan hari ini serta membahagiakan putri satu-satunya yang sangat ia sayangi.
          Celakanya, Darmi bukanlah gadis yang tahu balas budi. Ia lebih banyak bersolek dan merawat dirinya daripada turun tangan mengurangi beban penderitaan sang ibu dalam mencari nafkah. Apabila meminta sesuatu, maka keinginannya tersebut harus dipenuhi. Jika tidak dia akan memarahi Ibunya habis-habisan dengan mengucapkan kata-kata kotor yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang anak pada Ibunya sendiri.
          “Dengar ya, Ibu, aku selalu merawat diri agar tampil cantik begini demi Ibu juga. Bayangkan jika ada pemuda kaya raya tertarik dan melamar diriku, maka Ibu juga akan senang bukan? Kehidupan kita pasti akan berubah. Ibu tidak perlu lagi bekerja keras setiap hari!”omel Darmi ketika ia meminta dibelikan baju baru namun tidak langsung dituruti oleh Ibunya karena belum memiliki cukup uang. Sang Ibu yang kelelahan sepulang dari ladang memetik sayur mayur untuk di jual ke pasar hanya diam berpasrah diri. Ia sudah terbiasa mendengar umpatan dari Darmi.
          Melihat reaksi Ibunya tersebut, kejengkelan Darmi semakin tersulut. Ia lalu mengancam akan pergi dari rumah untuk selamanya jika tidak segera dibelikan baju baru hari itu juga.
          “Sabarlah, Nak. Janganlah bersikap begitu. Ibu diam bukannya tidak mau menuruti keinginanmu tapi Ibu masih capek dan letih setelah seharian bekerja. Sebentar ya, Ibu berganti baju dulu lalu segera kita ke pasar untuk membeli baju kesukaanmu,”balas Ibu mencoba menenangkan emosi putrinya.
          “Ibu tidak perlu berganti baju. Kelamaan. Nanti kita kehujanan di jalan. Ayo berangkat sekarang juga!”kata Darmi ketus.
          Mereka berdua akhirnya berangkat juga ke pasar. Darmi yang malu melihat penampilan Ibunya yang kotor dan kumal karena belum sempat membersihkan diri tersebut meminta Ibunya berjalan di belakangnya. Ia tidak ingin orang-orang menertawainya karena memiliki Ibu seperti itu.
          Sang Ibu dengan sabar mengikuti dari belakang. Di pasar ia terpaksa menjual cincin pemberian almarhum suaminya agar bisa membelikan baju baru yang diinginkan putrinya yang sangat manja tersebut. Ia juga tidak marah ketika orang-orang bertanya pada Darmi siapakah wanita berpakaian kumal dan kotor yang selalu mengikutinya.
          “Dia itu pembantu baruku. Aku sedang mengajarinya cara berbelanja yang benar di pasar,”jawab Darmi tanpa rasa bersalah telah merendahkan orang yang telah melahirkannya sedemikian rupa.
          Namun kesabaran seseorang pasti ada batasnya. Sepulangnya dari pasar, Sang Ibu yang berjalan di belakang sambil kerepotan membawa barang-barang belanjaan Darmi seperti bedak, pakaian, makanan dan alat-alat kecantikan lainnya terjatuh bukannya dibantu malah dimarahi habis-habisan.
          “Kalau jalan sambil lihat-lihat ya, Bu. Baju baruku belum kucoba sudah rusak dulu karena kecerobohan Ibu!”umpat Darmi dengan nada tinggi.
          Mendengar kemarahan Darmi, Sang Ibu yang memang sudah sangat keletihan karena belum sempat istirahat dari tadi akhirnya berdoa dalam hati,”Ya Tuhan jika aku sudah tidak mampu lagi mendidik anakku ini, berilah dia hukuman yang setimpal agar dia mau menyadari kesalahannya,”ucap Sang Ibu dengan air mata bercucuran.
          Bersamaan dengan doa dalam hati Ibu, tiba-tiba langit berubah menjadi gelap gulita, angin bertiup kencang disusul hujan badai dan petir menggelegar bersahut-sahutan tiada henti. Darmi yang ketakutan mencoba berlari ke pelukan Ibunya namun langkahnya terhenti karena kakinya tidak dapat digerakan. Perlahan-lahan kakinya berubah menjadi batu kemudian naik ke perut, leher dan terakhir kepalanya juga berubah sempurna menjadi sebongkah batu utuh. Hanya tangis penyesalan Darmi yang masih terdengar oleh Sang Ibunda. Permohonan maaf yang sempat terlontar dari bibir Darmi sudah tidak ada gunanya lagi.

Posting Komentar untuk "LEGENDA BATU MENANGIS (Cerita dari Kalimantan Barat) #batumenangis #kalbar"