Pada jaman
dahulu, di daerah Kahayan Hilir, Kalimantan Tengah, ada sebuah Kerajaan yang
berdiri di Pulau Mintin. Rajanya seorang yang arif bijaksana. Ia juga cerdas
dan sangat memperhatikan rakyatnya. Sehingga Kerajaan Pulau Mintin tumbuh
menjadi daerah yang makmur. Rakyat aman sejahtera.
Masalah baru muncul saat istri raja
yang sangat ia cintai jatuh sakit lalu meninggal dunia. Bagi Sang Raja,
Permaisuri adalah pendukung utamanya di saat senang ataupun sedih. Orang yang
memberinya semangat saat ia menghadapi masalah sesulit apapun. Permaisuri
selalu menghiburnya di saat sedih dan merawatnya ketika sakit. Cinta Raja pada
Permaisuri tidak ada bandingannya. Maka ketika beliau pergi untuk selamanya,
betapa terpukulnya hati Sang Raja. Berhari-hari ia mengurung diri di istana. Terus
menangisi kepergian istri tercintanya. Akibatnya pemerintahan mulai terganggu.
Rakyat resah melihat kenyataan tersebut.
Beruntung Raja segera menyadari
kesalahannya tersebut. Ia tidak ingin rakyat menderita gara-gara masalah yang
tengah ia hadapi itu. Raja lalu memutuskan untuk berhenti dahulu dari
pemerintahan. Ia ingin berlayar mengelilingi dunia untuk mengobati luka hatinya
dengan harapan jika kelak telah kembali, kejiwaannya telah siap untuk memimpin lagi
Kerajaan Pulau Mintin.
Untuk menjalankan roda pemerintahan,
ia menunjuk putra kembarnya, si Buaya dan si Naga. Selama beberapa hari ia
terus mengajari keduanya dengan berbagai macam ilmu pemerintahan hingga
mengerti. Setelah keduanya dirasa siap, iapun pamit pada mereka.
“Ayah pergi untuk menenangkan diri
dulu agar tidak terus teringat almarhum Ibu kalian. Nanti jika hati Ayah sudah
tenang, Ayah akan kembali memimpin kerajaan. Saat ini aku pasrahkan segalanya
pada kalian. Bekerja samalah yang baik. Saling melengkapi dan saling
mengingatkan jika ada suatu kesalahan,”pesan Raja kepada si Naga dan si Buaya.
Keduanya mengangguk patuh.
Namun keadaan tersebut hanya
berjalan sebentar. Setelah Raja pergi, si Naga berbuat seenaknya sendiri. Kerjanya
hanya bersenang-senang sepanjang hari. Berpesta menghamburkan kekayaan hingga
lupa waktu. Sedangkan si Buaya memiliki sifat berkebalikan dari saudara
kembarnya itu. Ia hidup sederhana dan sangat peduli pada rakyatnya. Si Buaya
memohon agar si Naga mau berubah. Tapi bukannya berterimakasih sudah
diingatkan, si Naga malah menantang si Buaya berkelahi karena telah berani
mencampuri urusannya.
Pertarungan berlangsung sengit dan
seru karena keduanya ikut juga mengerahkan pasukannya masing-masing. Akibatnya
korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Kerugian harta benda dan juga
nyawa tidak terhitung. Rakyat menjadi resah dan takut sepanjang hari. Mereka berharap
sekali Baginda Raja segera kembali dari perjalanan panjangnya untuk
menghentikan pertikaian tidak berguna itu.
Sedangkan nun jauh disana, setelah
berlayar selama beberapa minggu. Raja memutuskan untuk kembali karena perasaannya
jadi tidak enak. Ia terus terbayang kedua putra kembarnya. Raja lalu memutuskan
untuk pulang dan tidak melanjutkan lagi perjalanannya. Ketika tiba di istana,
ia dikagetkan dengan pertikaian yang tengah berlangsung antara si Naga dan si
Buaya. Istana rusak parah. Asap membubung tinggi dan beberapa tubuh prajurit
yang sudah tewas tergeletak begitu saja tanpa ada yang mengurus.
Murka Raja tidak terbendung lagi
melihat hal tersebut. Kedua putra kembarnya segera dicari lalu diseret ke
istana secara paksa. Si Naga dan si Buaya tidak mampu melawan karena
kesaktiannya kalah jauh dari Baginda Raja.
“Kalian telah ingkar janji padaku. Bukannya
mengurus kerajaan dengan benar, kalian malah sibuk mengurus dirinya sendiri. Akibatnya
banyak prajurit tak berdosa yang jadi korban. Melihat betapa besar kesalahan
kalian, maka aku tidak akan mengampuni kalian lagi,”usai berkata demikian, Raja
lalu merubah si Buaya menjadi seekor buaya sesungguhnya sedangkan si Naga
menjadi seekor Naga raksasa.
“Kau, Buaya, tetap tinggal disini
untuk menjaga Pulau Mintin karena
kesalahanmu tidak terlalu besar. Sedangkan
si Naga kau pergilah ke sungai Kapuas untuk menjaga sungai tersebut,”kutuk Raja
kepada kedua putra kembarnya. Meski berat hati namun ia tetap mengambil
keputusan tersebut demi ketentraman bersama.
Posting Komentar untuk "LEGENDA RAJA PULAU MINTIN #pulaumintin"