PENGEMIS KAYA #pengemiskaya



Hari ini, Minggu yang cerah, Paman Ilham mengajak Asep ke Rumah Sakit Daerah di Kabupaten untuk menengok Agus, sahabat semasa kecilnya dulu yang dirawat akibat kecelakaan ketika berangkat ke tempat kerja. Sepeda motornya diserempet bus Kopaja hingga ia terjatuh dan kepalanya menghantam trotoar. Asep sendiri mau ikut menemani sang Paman karena sekolah sedang libur.
          Namun sebelum berangkat mereka mencari warung makan untuk mengisi perut. Paman Ilham memesan ayam bakar kampung dan teh manis hangat sedangkan Asep memesan bebek goreng dan jus buah naga kesayangannya. Setelah menunggu beberapa menit, hidangan yang dipesan pun datang. Tanpa pikir panjang lagi keduanya langsung menyikat habis makanan yang ada di atas meja tersebut. Apalagi keduanya memang belum sarapan sedari tadi.
          Ketika tengah asyik menikmati hidangan, masuklah sepasang suami istri pengemis ke dalam warung. Sang istri menuntun suaminya yang tidak bisa melihat. Paman Ilham tanpa pikir panjang langsung memberi uang dua ribu rupiah begitu lelaki tua itu menyodorkan tangannya meminta sedekah.
          “Terimakasih, Pak atas sedekahnya. Saya doakan Bapak ditambah rejekinya dan dijaga selalu kesehatannya, amin!”ucap si istri sambil berlalu pergi menyeret suaminya yang buta tersebut.
          Usai sarapan pagi, Paman Ilham dan Asep keluar untuk kembali melanjutkan perjalanan. Asep sempat melihat di ujung jalan, sepasang pengemis tadi yang masuk ke warung tengah menyeberang jalan. Kali ini si istri sudah tidak menuntun lagi suaminya karena terlihat ia lebih sehat sekarang. Badannya tidak membungkuk kepayahan dan satu lagi ia bisa memungut botol bekas air kemasan di tepi jalan tanpa bantuan siapapun!
          Melihat pemandangan ganjil tersebut, Asep langsung mencolek pinggang paman dan menceritakan kejadian yang baru saja dilihatnya. Paman Ilham hanya tersenyum saja melihatnya.
          “Tidak usah heran, Sep, dengan kelakuan para penipu seperti itu. Paman sebenarnya sudah curiga dari tadi tapi tetap memberi karena niatnya memang ingin membantu. Tuhan Maha Tahu. Pasti sedekah kita tetap akan mendapat balasan setimpal dari-Nya,”jawab Paman Ilham yang membuat hati Asep kembali dingin.
          Satu jam kemudian, mereka telah sampai di simpang lima yang merupakan pintu masuk ke kabupaten. Itu artinya kurang dari setengah jam mereka akan sampai di Rumah Sakit tujuan. Ramai kendaraan berhenti menunggu lampu lalu lintas menyala hijau. Seorang nenek tua dengan baju kumal seadanya membawa botol air mineral plastik yang disodorkan kepada para pengendara yang tengah berhenti tersebut. Beberapa dari mereka memberi seikhlasnya. Namun nenek itu tidak sempat mendekati Asep dan Paman Ilham karena lampu telah menyala hijau. Ia segera menyingkir ke tepi jalan menghindari keramaian.
          Setelah sampai di Rumah Sakit dan memarkir sepeda motor. Keduanya langsung saja menuju ke kamar  tempat teman Paman Ilham dirawat. Disana mereka bertemu dengan beberapa orang yang juga punya tujuan sama. Hampir satu jam lamanya mereka berada di dalam kamar.
          “Waktu itu aku mencoba menghindari seorang pengemis yang tengah memunguti uang hasil mengemisnya yang berjatuhan di tepi jalan. Eh, malah muncul bus kopaja dengan kecepatan tinggi menyerempet stang motorku dari belakang sehingga aku terjatuh,”cerita Paman Agus ketika di tanya urutan kejadian yang membuatnya masuk rumah sakit.
          Setelah cukup lama menjenguk dan rasa capek berangsur hilang. Paman Ilham dan Asep pun pamit. Sebelum berangkat, mereka kembali makan di kantin Rumah Sakit sehingga rasa kantuk Paman Ilham bisa hilang. Sangat berbahaya jika mengendarai motor dalam keadaan mengantuk.
          Di perjalanan pulang mereka kembali berhenti di simpang lima yang merupakan gerbang menuju kabupaten. Sambil menunggu lampu menyala hijau, Asep melihat di tepi kiri jalan, nenek pengemis tadi tengah beristirahat seraya menghitung uang hasil mengemisnya. Ada beberapa lembar uang lima puluh ribuan yang membuat mata Asep terbelalak.
          Ketika Asep menceritakan hal tersebut kepada Paman Ilham, beliau hanya tersenyum,” Paman punya teman yang kerjaannya mengemis. Dia tidak sakit dan fisiknya sehat, tapi malas bekerja. Akhirnya memilih jalan mengemis yang mudah dan tidak membutuhkan modal besar. Tahu apa yang dia punya sekarang? Dia bisa beli sawah, membuat rumah dan menyekolahkan anak-anaknya dari hasil mengemis itu. Sangat menarik tapi Paman tidak tertarik karena selagi Paman sehat mengemis adalah jalan yang dilarang,”jelas Paman menanggapi pernyataan Asep. Asep hanya mengangguk-angguk kagum dengan cerita Paman Ilham.
          Mendekati rumah, mereka sempat berhenti karena ada keramaian di tepi jalan. Rupanya baru saja terjadi kecelakaan terhadap seseorang. Darah berceceran menandakan korban mengalami luka yang cukup serius. Dari ucapan orang-orang yang mencoba menolong, rupanya si penabrak menggunakan sepeda motor dengan kecepatan tinggi sehingga tidak sempat mengerem ketika ada sepasang suami istri yang sudah tua menyeberang jalan.
          Paman Ilham dan Asep tidak tertarik untuk turun karena sudah ada polisi dan sebuah mobil yang hendak membawa para korban. Paman berjalan pelan sambil memperhatikan dengan seksama siapakah orang yang tengah bernasib malang tersebut. Rupanya beliau juga penasaran sama seperti Asep. Setelah itu, Paman Ilham kembali memacu kendaraannya agar cepat sampai di rumah. Rupanya beliau sudah ingin sekali istirahat setelah seharian berkendara.
          Setelah lepas dari kerumunan, Asep bertanya kepada Paman Ilham,”Bukankah orang yang kecelakaan tadi adalah sepasang suami istri pengemis yang menemui kita ketika sarapan tadi, Paman?”
          Paman Ilham tidak menjawab. Beliau hanya mengangguk.

           
           

Posting Komentar untuk "PENGEMIS KAYA #pengemiskaya"