Kisah
ini terjadi di Negeri Alas (Nangro Aceh Darussalam) yang dipimpin oleh seorang
raja adil bijaksana namun belum memiliki seorang anakpun sebagai penerus tahta
kerajaan. Raja dan istrinya kemudian memanggil para tetua adat serta beberapa
orang pintar untuk memohon petunjuk dan bantuan mereka agar dapat segera di
beri momongan oleh Tuhan.
“Bersabarlah
Baginda. Perbanyaklah doa dan puasa memohon pada Tuhan agar segera mendapatkan
putera. Saya yakin Tuhan akan segera mengabulkan doa hamba-Nya yang
bersungguh-sungguh,”nasehat tetua adat pada Sang Raja. Pesan itu lalu
dilaksanakan sepenuh hati oleh Raja dan Permaisuri. Mereka semakin tekun
beribadah, puasa dan berdoa hampir setiap waktu kepada Tuhan.
Rupanya
Tuhan mendengar doa tersebut. Selang beberapa bulan kemudian, permaisuri
mengandung lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat dan tampan. Sang
putera mahkota diberi nama Amat Mude.
Tidak hanya keluarga kerajaan saja
yang berbahagia karena kelahiran Amat Mude, seluruh rakyat Negeri Alas juga
turut bergembira atas lahirnya sang putera mahkota. Mereka senang karena keberlangsungan
kerajaan akan terus terjamin dengan lahirnya Amat Mude. Mereka juga yakin Amat
Mude akan menjadi penerus yang bijaksana seperti ayahandanya.Akan tetapi kebahagiaan tersebut hanya berlangsung sebentar karena tidak lama setelah Amat Mude lahir, Baginda Raja meninggal dunia. Amat Mude yang masih bayi tentu tidak dapat melanjutkan pemerintahan menggantikan ayahnya. Maka para tetua adat dan keluarga kerajaan sepakat untuk menunjuk adik sang raja atau paman Amat Mude bernama Raja Muda sebagai raja sementara Negeri Alas hingga kelak Amat Mude dewasa dan siap memegang tampuk pemerintahan.
Raja Muda ternyata bukan pemimpin yang baik. Demi mempertahankan tahta kerajaan, iapun menyingkirkan Amat Mude dan Ibundanya ke sebuah daerah terpencil di tepi hutan. Disanalah, permaisuri membesarkan Amat Mude dalam kesederhanaan. Tidak pernah mengeluh hidup seperti rakyat biasa jauh dari gelimang harta dan kesenangan seperti sebelumnya ketika masih tinggal di istana. Permaisuri yakin suatu saat nanti Tuhan akan memberikan kembali hak mereka yang telah dirampas Raja Muda.
Dalam bimbingan penuh kasih sayang Ibunda, Amat Mude tumbuh menjadi pemuda yang sehat dan tampan serta berbudi pekerti baik, halus dan sopan. Ia tidak segan membantu ibunya berkebun ataupun mencari ikan di sungai untuk dijual kembali di pasar desa terdekat.
Nasib mereka berubah drastis ketika suatu hari berjualan ikan di pasar, pembeli mereka ternyata adalah seorang saudagar kaya sahabat almarhum Baginda Raja. Sang Saudagar lalu membeli seluruh ikan permaisuri dan mengajaknya tinggal di rumahnya. Rupanya ia tidak tega melihat permaisuri dan Amat Mude disakiti seperti itu oleh Raja Muda. Saudagar kaya tersebut lalu memerintahkan istrinya untuk memasak ikan yang dibelinya.
“Pak, kemarilah. Ikan-ikan ini ternyata aneh sekali!,”teriak istri saudagar ketika tengah membelah perut ikan untuk dibuang kotorannya. Semua orang datang mendekat dan menyaksikan butiran-butiran emas berada di dalam perut ikan yang akan dimasak tersebut.
Saudagar kaya lalu menyuruh istrinya menjual emas-emas tersebut di pasar dan memberikan seluruh uangnya kepada permaisuri dan Amat Mude. Ia juga turut membantu membuatkan rumah untuk mereka berdua. Maka sejak saat itu, Amat Mude dan ibunya telah menjadi orang yang kaya raya dan disegani oleh penduduk desa.
“Kelak jika waktunya telah tiba, saya ingin permaisuri dan pangeran pergi ke istana untuk mengambil kembali takhta kerajaan yang telah dirampas oleh Raja Muda,”ucap Saudagar kepada permaisuri.
Kebetulan sekali, istri Raja Muda ternyata sedang sakit keras. seluruh orang pintar dan tabib terkenal telah dipanggil untuk mengobatinya namun gagal. Kondisi istrinya semakin parah dari hari ke hari. Raja Muda kemudian bermimpi bertemu seorang sakti yang memberitahukan bahwa obat dari penyakit istrinya itu adalah air kelapa gading yang berada di sebuah pulau yang ada di tengah laut.
Ia
lalu mengirimkan sejumlah panglima perang dan prajuritnya untuk mengambil obat
tersebut namun gagal. Salah seorang prajurit yang selamat memberitahukan bahwa
mereka diserang oleh seekor ikan besar bernama Si Lenggang Raye, seekor buaya
raksasa dan seekor Naga Besar sehingga
hancur tak bersisa. Kejadian tersebut membuat siapapun menolak jika disuruh
untuk mengambil obat bagi istrinya kecuali Amat Mude.
Ia
lalu datang ke istana dan mengutarakan maksudnya kepada Raja Muda. Raja Muda
bukannya senang ada yang mau menolong istrinya, ia malah mengancam Amat Mude
jika ia kembali dengan tangan hampa tanpa buah kelapa gading ditangannya, Amat
Mude akan dibunuh.
“Jika
saya gagal, Baginda boleh menghukum saya. Tapi mudah-mudahan tidak agar istri
Baginda bisa segera sembuh,”jawab Amat Mude tidak takut dengan ancaman Raja
Muda karena ia benar-benar tulus ingin menolong istrinya. Amat Mude kemudian
berpamitan untuk segera pergi ke pulau tempat kelapa gading berada.
Di
tengah perjalanan ia bertemu dengan ikan raksasa Si Lenggang Raye, Raja Buaya
dan seekor Naga Besar yang kemudian berhasil ditaklukannya. Lalu berkat bantuan
ketiganya, sampailah Amat Mude di pulau yang ditumbuhi kelapa gading. Dengan
sigap, Amat Mude memanjat dan memetik buah kelapa gading itu.
Ketika
tengah memetik buah kelapa gading, tiba-tiba dari bawah terdengar suara seorang
gadis,”Petiklah buah itu maka kau akan menjadi suamiku.”
Amat
Mude terkejut sekali mendengarnya, iapun segera turun untuk menemui si pemilik
suara yang ternyata adalah seorang gadis yang sangat cantik.
“Siapakah
dirimu?”tanya Amat Mude takjub.
“Namaku
Puteri Niwer Gading,”jawab gadis itu.
Amat
Mude lalu membawa Puteri Niwer Gading pulang menemui ibunya. Mereka kemudian
menikah. Setelah pernikahan selesai, Amat Mude, istri dan Sang Ibu berangkat ke
istana untuk menyerahkan buah kelapa gading kepada Raja Muda.
Buah
itu kemudian diminum untuk mengobati istri Raja Muda. Raja Muda yang kagum
dengan kesaktian Amat Mude akhirnya tahu jika pemuda yang telah menolongnya itu
adalah keponakannya sendiri yang ia asingkan dulu. Iapun sadar dan meminta maaf
kepada Amat Mude dan Sang Permaisuri. Takhta kerajaan kemudian diserahkan
kepada pemilik yang sesungguhnya yaitu Amat Mude.
Posting Komentar untuk "PUTERI NIWER GADING #niwergading"