Dahulu kala, di daerah Tondano, Sulawesi
Utara, ada seorang ksatria perkasa yang pintar berburu. Alat yang biasa dipakai
untuk berburu berupa tombak sakti. Kemampuannya menombak sudah tidak usah
dipertanyakan lagi. Sigarlaki, nama orang hebat itu sudah terkenal ke seantero
negeri memiliki kehebatan menombak hewan buruan tiada tanding.
Namun
jika berburu ia tidak sendiri. Ada seorang pelayan setia yang selalu
menemaninya. Namanya adalah Limbat. Telah lama Limbat bekerja pada Sigarlaki.
Kecerdasan dan kemampuannya tidak kalah dengan Sigarlaki. Limbat juga terkenal
rajin dan tidak banyak mengeluh. Itulah yang menyebabkan Sigarlaki sangat
menyukainya. Segala tugas yang diberikan selalu dapat diselesaikan dengan baik.
Suatu
ketika, mereka pergi ke hutan untuk berburu karena daging persediaan hampir
habis. Seharian penuh mereka mencari hewan buruan, namun hasilnya kosong. Tak ada
seekorpun yang berhasil ditangkap. Kekesalan Sigarlaki semakin memuncak karena saat
pulang, daging persediaan mereka di rumah di curi orang.
“Limbat,
kamu tadi sempat kembali ke rumah untuk mengambil air minum sebelum kita pergi
berburu. Karena aku tidak melihat ada orang lain yang masuk ke rumahku,
tersangka utama pencuri dagingku pastilah kamu. Ayo, ngaku saja dimana sekarang
daging persediaan yang kau curi itu?”tuduh Sigarlaki kepada Limbat. Pelayan
setia itu hanya melongo mendengar tuduhan semena-mena tersebut. Ia tidak
menyangka sang majikan yang telah diikutinya selama bertahun-tahun tega
melontarkan tuduhan jahat begitu. Selama ini ia selalu jujur dan tidak pernah
macam-macam. Hatinya sakit mendengarnya.
“Saya
berani bersumpah, demi Tuhan bukan saya pelakunya. Tuan juga sudah tahu benar
bagaimana sikap dan sifat saya selama ini. Kejujuran adalah hal utama yang
selalu saya jaga, jika tidak pasti saya tidak akan bertahan lama disini bersama
Tuan,”jawab Limbat mencoba mengelak tuduhan yang diarahkan Sigarlaki padanya.
“Baiklah
jika kamu bukan pelakunya maka kamu harus bisa membuktikan hal tersebut padaku.
Aku akan melempar tombak ini ke dasar kolam. Jika kamu bisa menyambar tombak
ini sebelum menancap ke dasar kolam maka bukan kamu pelakunya,”terang Sigarlaki
sambil bersiap melemparkan tombaknya. Di sisi lain, Limbat segera bersiap
menyelam ke dasar kolam lebih cepat dari lesatan tombak Sigarlaki.
Namun
entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja sebelum Sigarlaki melontarkan tombak
saktinya. Di sudut kolam lain, muncul seekor babi hutan minum di kolam itu. Akibatnya
ia justru mengincar babi hutan bukannya malah menancapkan tombak ke dasar
kolam. Sayangnya, usaha tersebut gagal, lemparannya meleset dan babi hutan
selamat kembali ke hutan. Limbat yang sudah terjun ke dalam kolam seharusnya
sudah selamat dari tuduhan Sigarlaki namun entah kenapa majikannya tersebut
minta pembuktian di ulang kembali. Sebagai pelayan yang lemah posisinya, Limbat
menerima saja keputusan tersebut.
Sigarlaki
pun kembali bersiap. Ia mulai memberi aba-aba hingga hitungan ketiga. Namun entah
darimana lagi datangnya, pada hitungan ketiga, kaki Sigarlaki digigit oleh
seekor kepiting besar hingga terluka parah. Sigarlaki mengerang kesakitan.
Akhirnya
Limbatpun bebas dari semua tuduhan Sigarlaki. Kejadian tersebut menyadarkan
Sigarlaki bahwa Limbat bukanlah pelakunya. Rupanya Tuhan tidak terima ada orang
jujur malah akan dihukum semaunya.
Posting Komentar untuk "SIGARLAKI DAN LIMBAT, SANG PELAYAN SETIA #sigarlaki #limbat"