Pada jaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Ya, si Istri memang tengah hamil muda. Sesuatu yang sudah cukup lama didambakan. Namun sayangnya, beberapa waktu kemudian, wanita muda itu jatuh sakit. Tentu saja suaminya menjadi sangat cemas karena ia bisa kehilangan istri dan calon anaknya jika penyakit tersebut tidak dapat diobati.
Beruntung
ketika tengah diselimuti kebingungan harus berobat kemana, ada seorang wanita
tua tetangga mereka yang tahu obat dari penyakit istrinya itu.
“Obatnya adalah
daun bunga rampion. Bunga ini hanya tumbuh di atas bukit dekat rumah nenek
penyihir jahat. Disekitar rumahnya ada banyak bunga rampion tumbuh dengan
suburnya. Tapi kau harus berhati-hati jika mau mengambilnya. Jangan sampai
terpergok penyihir jahat itu!”jelas tetangganya. Mendengar hal itu, tanpa
pikir panjang lagi, Si Suami langsung bergegas menuju ke tempat yang dimaksud.
Dengan
mengendap-endap ia mulai mendekati rumah penyihir jahat. Ternyata cerita
tetangganya memang benar. Di sekitar rumah itu tumbuh banyak bunga rampion
dengan suburnya. Iapun mulai memetiki bunga rampion dan memasukkan ke dalam tas
yang dibawanya. Setelah dirasa cukup, dengan hati-hati ia mengendap keluar dari
kebun untuk kembali ke rumahnya. Namun sebuah suara berat dan serak tiba-tiba
mengagetkan dirinya.
“Ouh...oh...ternyata
ada pencuri kurang ajar mengambil bunga rampion kesayanganku! Segera kembalikan
atau aku akan merubahmu menjadi seekor keledai bodoh yang menyedihkan!”ancam
suara tersebut yang ternyata adalah milik nenek penyihir jahat.
“Ampunilah
saya, Nek. Saya terpaksa melakukan ini untuk menyembuhkan istri saya yang
sedang hamil. Hanya bunga rampion inilah yang dapat menyembuhkan sakit istri
saya. Maafkanlah saya, Nek,”jawab Si Suami penuh ketakutan.
“Enak saja
minta maaf begitu! Tidak semudah itu anak muda. Kau bisa mengambil bungaku asal
anakmu kelak jika lahir harus diserahkan padaku. Dia akan aku jadikan anak
angkatku agar aku tidak kesepian terus hidup seorang diri. Bagaimana? Setuju tidak?”terang
Nenek Sihir. Si Suami yang tidak punya pilihan lain akhirnya menyetujui syarat
yang cukup berat tersebut. Iapun diperbolehkan pulang membawa bunga rampion
untuk kesembuhan istrinya.
Dan benar
juga setelah sembuh dan melahirkan anak pertama mereka, Nenek Sihir datang
menagih janji. Mereka tidak punya pilihan lain sehingga dengan sangat terpaksa
menyerahkan bayi malang tersebut. Bayi itu lalu dibawa dan dipelihara oleh
Nenek Sihir. Ia memberinya nama Rapunzel.
Ditangannya
Rapunzel menjadi gadis cantik yang sehat dan cerdas. Ia memiliki rambut indah
keemasan yang sangat panjang. Setelah berusia 12 tahun, Nenek Sihir mengurung
Rapunzel di dalam menara tinggi yang tidak memiliki pintu sama sekali. Udara bisa
masuk hanya melalui jendela kecil di bagian atas samping kamar Rapunzel.
Setiap hari,
Nenek Sihir mendatangi anak angkatnya tersebut untuk membawakan makanan dan
mengecek kesehatannya. Caranya juga cukup unik. Ia tidak menggunakan tangga atau
alat lain untuk naik ke menara tinggi tersebut. Ia meminta Rapunzel menurunkan
rambut emas panjangnya lalu dengan rambut itu ia memanjat naik dan bertemu
Rapunzel.
“Rapunzel,
Rapunzel ulurkanlah rambutmu untukku!”begitu teriak Nenek Sihir setelah sampai
di menara tempat tinggal Rapunzel. Beberapa waktu kemudian Rapunzel akan segera
menurunkan rambut emasnya yang panjang terurai.
Selama
beberapa tahun, cara Nenek Sihir mengurung Rapunzel agar tidak melarikan diri
darinya berlangsung aman dan lancar. Namun kejahatan dirinya tersebut akhirnya
diketahui tanpa sengaja oleh seorang Pangeran tampan yang tengah berburu di
hutan. Ia yang sedang beristirahat terheran-heran mendengar suara merdu
Rapunzel yang sangat suka bersenandung untuk mengusir kejenuhan karena hidup
terisolir di dalam menara. Pangeran lalu bergerak untuk mencari asal suara
tersebut.
Pada saat
bersamaan, Nenek Penyihir tiba di tempat itu lalu meminta Rapunzel mengulurkan
rambutnya. Hari-hari berikutnya, Pangeran selalu datang kembali ke tempat itu
hanya untuk mendengar nyanyian merdu Rapunzel. Setelah berkali-kali datang, ia
lalu memutuskan untuk menemui Rapunzel. Iapun menirukan cara yang dipakai Nenek
Sihir ketika meminta Rapunzel menurunkah rambutnya.
“Rapunzel,
Rapunzel turunkanlah rambutmu untukku!,”teriak Pangeran. Dan karena mengira itu
adalah Nenek Sihir yang datang, Rapunzel langsung menurunkan rambutnya.
Pangeran lalu naik dan tentu saja Rapunzel terkejut serta ketakutan sekali
melihatnya karena selama ini satu-satunya manusia yang ia kenal adalah Nenek
Sihir yang sudah ia anggap sebagai Ibunya sendiri.
“Siapa kamu?
Mau apa datang kemari? Pergi kau atau aku teriak agar Ibuku datang
menghukummu!”usir Rapunzel dengan marahnya. Pangeran lalu berusaha
menenangkannya. Sikapnya yang sopan serta tutur bahasanya yang lembut akhirnya
bisa meluluhkan hati Rapunzel. Mereka lalu berbincang akrab.
Hari-hari
berikutnya, Pangeran jadi makin sering berkunjung. Mereka berdua bahkan jatuh
cinta. Pangeran lalu berniat membawa Rapunzel pergi dari penjara mengerikan
tersebut. Rapunzel lalu meminta Pangeran untuk membawakannya kain yang akan
dijahitnya menjadi tambang untuk turun dari menara dan ikut Pangeran menuju ke
istananya.
Sayangnya,
kehadiran Pangeran ke tempat itu berhasil diketahui oleh Nenek Sihir yang
segera menghukum Rapunzel dengan memotong rambut emas panjangnya. Ia lalu
membuang Rapunzel ke tengah gurun tandus yang panas jauh dari tempat itu.
Nenek Sihir
lalu mengulurkan potongan rambut Rapunzel ketika Pangeran datang hendak
menjemput gadis malang tersebut. Tentu saja Pangeran terkejut bukan main
setelah tahu ia ditipu.
“Ha...ha...ha...kau
salah duga anak muda! Rapunzel kekasihmu sudah tidak ada lagi karena telah aku
buang jauh dari sini. Kau tidak akan bisa bertemu lagi dengan Rapunzel untuk
selamanya! Kau harus bertanggung jawab karena telah merusak hidup putriku!”teriak
Nenek Sihir dengan penuh amarah.
Pangeran yang
kecewa lalu melarikan diri dengan cara melompat keluar dari menara tinggi
tersebut. Namun sayang ketika jatuh kedua matanya tertusuk duri hingga berdarah
dan buta. Pangeran lalu berjalan tak tentu arah dengan sisa-sisa tenaga yang
ada.
Perjalanannya
lalu sampailah di dekat tempat pembuangan Rapunzel. Sayup-sayup ia mendengar
senandung Rapunzel sambil menangis tersedu. Ia memang buta tapi suara merdu itu
dapat dikenalinya dengan baik. Sambil terseok-seok ia berjalan mendekati
Rapunzel. Mereka akhirnya bertemu kembali. Rapunzel begitu sedih melihat
kondisi Pangeran yang lemah dan buta. Ia menangis tersedu-sedu sambil
membersihkan luka di tubuh kekasihnya itu. Air matanya menetes hingga mengenai
kedua mata Pangeran. Secara luar biasa, tiba-tiba mata Pangeran bisa sembuh
kembali.
Setelah
matanya sembuh dan bisa melihat kembali dengan jelas, Pangeran lalu membawa
Rapunzel kembali ke istana. Mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.
(Kisah ini merupakan karya Grimms Bersaudara)
Posting Komentar untuk "RAPUNZEL #rapunzel"