Kisah ini menceritakan bagaimana Danau dan Gunung Batur
yang ada di Pulau Bali terbentuk. Ternyata dahulu kala di Bali hiduplah seorang
pemuda bertubuh raksasa yang suka menolong penduduk desa dengan cara membuat
rumah, memperbaiki jalan, mengangkat batu besar, menebang kayu, membuat sumur
dan lain-lain. Karena kekuatan raksasa yang ia miliki maka segala pekerjaan itu
dapat diselesaikan dengan mudah. Penduduk merasa sangat terbantu dengan
kehadiran Kebo Iwa. Apalagi ia hanya meminta imbalan makanan saja untuk mengisi
perutnya. Jika perut kenyang ia sudah cukup senang.
Sebenarnya
segalanya tidak jadi masalah jika penduduk sedang berlebih panennya. Mereka
masih sanggup menyediakan makanan Kebo Iwa yang setara dengan makanan untuk
seratus orang sekali makan. Apalagi meski sudah tidak ada pekerjaan, mereka
tetap harus menyediakan makanan untuknya. Jika rasa laparnya menyerang dan
tidak ada makanan untuknya, Kebo Iwa bisa mengamuk dan menghancurkan apa saja
yang ada dihadapannya. Ia baru berhenti jika makanan yang ia harapkan sudah ada
dihadapannya.
Pada
suatu waktu, desa tersebut dilanda musim kemarau yang sangat panjang. Sumber
air menjadi kering sehingga panen penduduk baik padi maupun palawija banyak
yang mati. Akibatnya para penduduk kesulitan mencari makan. Hal itu turut
berakibat pada persediaan makanan untuk Kebo Iwa. Ia hanya mendapat sedikit
makanan saja. Jauh dari biasanya yang bisa membuatnya tidur kekenyangan.
Namun
kondisi buruk tersebut tidak terlalu dipikirkan oleh Kebo Iwa. Ia hanya ingin
jika sedang lapar, ada makanan cukup untuknya. Tidak peduli bagaimana caranya,
penduduk harus bisa memberikan makanan yang cukup untuknya. Akibatnya, ia
menjadi murka. Makanan yang diberikan penduduk tidak bisa membuatnya kenyang.
Maka dengan perut masih terasa lapar. Ia mengamuk dan menghancurkan apa saja
yang ada dihadapannya. Rumah-rumah hancur bahkan pura tempat beribadah
masyarakat ikut dihancurkan juga. Untuk menghilangkan lapar diperutnya, ia
memangsa hewan ternak milik warga seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau.
Masyarakat
yang ketakutan terpaksa melarikan diri ke tempat yang aman. Meski demikian,
mereka yang marah dan kecewa dengan sikap Kebo Iwa tersebut lalu menyusun
rencana balas dendam. Mereka sudah tidak tahan lagi dan ingin menyingkirkan
Kebo Iwa dari desa untuk selamanya. Kepala Desa sendiri yang turun tangan. Ia
mendatangi Kebo Iwa yang sedang duduk di lapangan desa sehabis menyantap seekor
sapi.
Kepala
Desa membawa segerobak penuh makanan untuk Kebo Iwa. Melihat hal itu, Kebo Iwa
jadi curiga.
“Untuk
apa makanan sebanyak itu, Pak? Kalian ingin meracuniku, ya?”tanya Kebo Iwa
curiga.
“Oh,
jangan salah sangka, Kebo Iwa. Makanan ini justru sebagai ungkapan permintaan
maaf kami karena kemarin tidak bisa
menyediakan makanan yang cukup untukmu,”jawab Kepala Desa sedikit ketakutan.
Kebo Iwa tidak menanggapi lagi. Ia menatap Kepala Desa dengan penuh keheranan.
“Kami
juga minta bantuanmu untuk memperbaiki rumah dan pura yang rusak. Kami akan
membuatkan makanan yang enak untukmu sebagai imbalannya,”imbuh Kepala Desa
penuh harap. Mendengar kata makanan, Kebo Iwa jadi tertarik. Ia sudah bosan
makan binatang yang hanya dibakar saja tanpa dibumbui apapun sehingga rasanya
tidak sedap.
“Baiklah
jika itu benar permintaan kalian. Akan kuperbaiki semua kerusakan yang telah
kuperbuat. Tapi ingat kali ini jangan memberiku sedikit makanan lagi sehingga
aku kembali marah!”ucap Kebo Iwa menerima permintaan penduduk meski dengan
setengah mengancam.
“Oh, ya,
kami juga minta dibuatkan sumur yang dalam untuk menyirami ladang dan sawah
kami yang kini kering,”kata Kepala Desa lagi menambahi permintaan sebelumnya.
Kebo Iwa tidak menolak permintaan itu.
Ia
langsung bekerja memperbaiki semua kerusakan rumah dan pura yang sebelumnya ia
hancurkan. Terakhir ia sibuk menggali sumur di tengah persawahan penduduk yang
kini mengering. Sementara ia terus menggali hingga dalam. Kepala Desa
memerintahkan semua penduduk baik pria maupun wanita, tua muda, dewasa maupun
anak-anak untuk mengumpulkan batu sebanyak-banyaknya.
Mereka
lalu menurunkan makanan yang lezat ke dalam sumur untuk dimakan Kebo Iwa.
Raksasa itu yang kelelahan dan kekenyangan menjadi mudah tertidur. Dengkurnya
yang keras terdengar hingga ke atas sumur.
Mengetahui
hal itu, Kepala Desa lalu memimpin penduduk melemparkan batu-batu yang sudah
dikumpulkan ke dalam sumur untuk mengubur Kebo Iwa hidup-hidup. Kebo Iwa
sendiri terbangun karena tubuhnya kini telah terendam air. Ia coba naik ke atas
namun tangannya tidak mampu menjangkau bibir sumur. Belum lagi hantaman
bebatuan yang dijatuhkan penduduk membuat tubuhnya terluka. Iapun tenggelam dan
meninggal di dalam sumur buatannya sendiri.
Tidak lama kemudian dari sumur itu
munculah air yang semakin deras hingga membentuk sebuah danau dan
menenggelamkan seluruh desa. Danau itu lalu diberi nama Danau Batur sementara
gundukan tanah galian sumur yang tinggi berubah menjadi gunung yang diberi nama
Gunung Batur.
Posting Komentar untuk "Asal-Usul Gunung Batur #gunungbatur #bali"