Asal-Usul Gunung Batur #gunungbatur #bali



Kisah ini menceritakan bagaimana Danau dan Gunung Batur yang ada di Pulau Bali terbentuk. Ternyata dahulu kala di Bali hiduplah seorang pemuda bertubuh raksasa yang suka menolong penduduk desa dengan cara membuat rumah, memperbaiki jalan, mengangkat batu besar, menebang kayu, membuat sumur dan lain-lain. Karena kekuatan raksasa yang ia miliki maka segala pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan mudah. Penduduk merasa sangat terbantu dengan kehadiran Kebo Iwa. Apalagi ia hanya meminta imbalan makanan saja untuk mengisi perutnya. Jika perut kenyang ia sudah cukup senang.
          Sebenarnya segalanya tidak jadi masalah jika penduduk sedang berlebih panennya. Mereka masih sanggup menyediakan makanan Kebo Iwa yang setara dengan makanan untuk seratus orang sekali makan. Apalagi meski sudah tidak ada pekerjaan, mereka tetap harus menyediakan makanan untuknya. Jika rasa laparnya menyerang dan tidak ada makanan untuknya, Kebo Iwa bisa mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ada dihadapannya. Ia baru berhenti jika makanan yang ia harapkan sudah ada dihadapannya.
          Pada suatu waktu, desa tersebut dilanda musim kemarau yang sangat panjang. Sumber air menjadi kering sehingga panen penduduk baik padi maupun palawija banyak yang mati. Akibatnya para penduduk kesulitan mencari makan. Hal itu turut berakibat pada persediaan makanan untuk Kebo Iwa. Ia hanya mendapat sedikit makanan saja. Jauh dari biasanya yang bisa membuatnya tidur kekenyangan.
          Namun kondisi buruk tersebut tidak terlalu dipikirkan oleh Kebo Iwa. Ia hanya ingin jika sedang lapar, ada makanan cukup untuknya. Tidak peduli bagaimana caranya, penduduk harus bisa memberikan makanan yang cukup untuknya. Akibatnya, ia menjadi murka. Makanan yang diberikan penduduk tidak bisa membuatnya kenyang. Maka dengan perut masih terasa lapar. Ia mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ada dihadapannya. Rumah-rumah hancur bahkan pura tempat beribadah masyarakat ikut dihancurkan juga. Untuk menghilangkan lapar diperutnya, ia memangsa hewan ternak milik warga seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau.
          Masyarakat yang ketakutan terpaksa melarikan diri ke tempat yang aman. Meski demikian, mereka yang marah dan kecewa dengan sikap Kebo Iwa tersebut lalu menyusun rencana balas dendam. Mereka sudah tidak tahan lagi dan ingin menyingkirkan Kebo Iwa dari desa untuk selamanya. Kepala Desa sendiri yang turun tangan. Ia mendatangi Kebo Iwa yang sedang duduk di lapangan desa sehabis menyantap seekor sapi.
          Kepala Desa membawa segerobak penuh makanan untuk Kebo Iwa. Melihat hal itu, Kebo Iwa jadi curiga.
          “Untuk apa makanan sebanyak itu, Pak? Kalian ingin meracuniku, ya?”tanya Kebo Iwa curiga.
          “Oh, jangan salah sangka, Kebo Iwa. Makanan ini justru sebagai ungkapan permintaan maaf  kami karena kemarin tidak bisa menyediakan makanan yang cukup untukmu,”jawab Kepala Desa sedikit ketakutan. Kebo Iwa tidak menanggapi lagi. Ia menatap Kepala Desa dengan penuh keheranan.
          “Kami juga minta bantuanmu untuk memperbaiki rumah dan pura yang rusak. Kami akan membuatkan makanan yang enak untukmu sebagai imbalannya,”imbuh Kepala Desa penuh harap. Mendengar kata makanan, Kebo Iwa jadi tertarik. Ia sudah bosan makan binatang yang hanya dibakar saja tanpa dibumbui apapun sehingga rasanya tidak sedap.
          “Baiklah jika itu benar permintaan kalian. Akan kuperbaiki semua kerusakan yang telah kuperbuat. Tapi ingat kali ini jangan memberiku sedikit makanan lagi sehingga aku kembali marah!”ucap Kebo Iwa menerima permintaan penduduk meski dengan setengah mengancam.
          “Oh, ya, kami juga minta dibuatkan sumur yang dalam untuk menyirami ladang dan sawah kami yang kini kering,”kata Kepala Desa lagi menambahi permintaan sebelumnya. Kebo Iwa tidak menolak permintaan itu.
          Ia langsung bekerja memperbaiki semua kerusakan rumah dan pura yang sebelumnya ia hancurkan. Terakhir ia sibuk menggali sumur di tengah persawahan penduduk yang kini mengering. Sementara ia terus menggali hingga dalam. Kepala Desa memerintahkan semua penduduk baik pria maupun wanita, tua muda, dewasa maupun anak-anak untuk mengumpulkan batu sebanyak-banyaknya.
          Mereka lalu menurunkan makanan yang lezat ke dalam sumur untuk dimakan Kebo Iwa. Raksasa itu yang kelelahan dan kekenyangan menjadi mudah tertidur. Dengkurnya yang keras terdengar hingga ke atas sumur.
          Mengetahui hal itu, Kepala Desa lalu memimpin penduduk melemparkan batu-batu yang sudah dikumpulkan ke dalam sumur untuk mengubur Kebo Iwa hidup-hidup. Kebo Iwa sendiri terbangun karena tubuhnya kini telah terendam air. Ia coba naik ke atas namun tangannya tidak mampu menjangkau bibir sumur. Belum lagi hantaman bebatuan yang dijatuhkan penduduk membuat tubuhnya terluka. Iapun tenggelam dan meninggal di dalam sumur buatannya sendiri.
          Tidak lama kemudian dari sumur itu munculah air yang semakin deras hingga membentuk sebuah danau dan menenggelamkan seluruh desa. Danau itu lalu diberi nama Danau Batur sementara gundukan tanah galian sumur yang tinggi berubah menjadi gunung yang diberi nama Gunung Batur.

Catatan : Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kab. Bangli, Bali. Gunung ini terletak di barat laut Gunung Agung yang memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 bernama Danau Batur.

Posting Komentar untuk "Asal-Usul Gunung Batur #gunungbatur #bali"