Legenda Lahilote dari Gorontalo #lahitole #gorontalo



Alkisah, dahulu kala di daerah Gorontalo, hiduplah seorang pemuda bernama Lahilote. Ia tinggal tidak jauh dari hulu sungai. Pekerjaannya setiap hari mencari rotan di hutan untuk kemudian di jual ke pasar.
          Tidak jauh dari tempat Lahilote tinggal ada sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi. Lahilote bisa mendengar suara canda tawa mereka setiap kali para bidadari itu tengah membersihkan diri dan menikmati segarnya air telaga yang jernih.
          Lahilote kemudian mengambil salah satu selendang milik bidadari tersebut yang diletakkan di tepi telaga lalu ia menyembunyikannya di sebuah tempat rahasia.
          Seusai mandi para bidadari cantik tersebut lalu berpakaian dan terbang kembali ke kahyangan kecuali seorang diantaranya yang selendangnya telah dicuri Lahilote. Ia tidak dapat terbang menyusul saudara-saudaranya yang lain. Bidadari malang tersebut sibuk mencari kesana kemari selendang miliknya.
          “Apa yang sedang kau cari, bidadari? Kenapa kau terlihat bingung sekali?”tanya Lahilote pura-pura tidak tahu. Bidadari tersebut terkejut dengan kehadiran Lahilote secara tiba-tiba.
          “Oh...aku sedang mencari selendangku yang aku letakkan disini tadi. Tapi entah kenapa tiba-tiba hilang. Aku tidak bisa kembali ke tempatku tanpa selendang itu,”jawab bidadari dengan sedih.
          Lahilote kemudian membujuk bidadari itu untuk tinggal saja di rumahnya hingga selendang miliknya bisa ditemukan. Bidadari yang tidak memiliki pilihan lain akhirnya setuju dengan usul Lahilote. Ia malah bersedia dinikahi oleh Lahilote.
          Seiring berjalannya waktu, keinginan bidadari untuk kembali ke kahyanganpun terlupakan hingga pada suatu hari ketika ia tengah membersihkan rumah, bidadari itu tidak sengaja menemukan selendangnya yang telah bertahun-tahun hilang di dalam sebuah tabung bambu. Seketika itu juga, ia segera memakainya dan terbang ke kahyangan tanpa memikirkan lagi suaminya yang tengah mencari rotan di hutan.
          Hari itu, Lahilote mendapat banyak rotan, dua kali lipat dari biasanya. Iapun bergegas pulang untuk memberitahukan kabar gembira itu pada istrinya. Tapi alangkah sedihnya Lahilote, ketika ia tidak menemukan istrinya di rumah. Ia lalu mengambil tabung bambu tempat selendang istrinya disimpan. Tabung itu telah kosong dan itu berarti istrinya telah menemukan selendang miliknya dan kembali ke tempat asalnya di kahyangan.
          Namun kesedihan Lahilote tidak berlangsung lama karena ada seorang lelaki dari suku Polahi yang tinggal di dalam hutan datang menemuinya dengan membawa rotan hutiya mala.
          “Gunakan rotan ini untuk menemui istrimu di kahyangan,”perintah Polahi tersebut kepada Lahilote. Ia lalu terbang ke kahyangan dan bersatu kembali dengan istrinya. Mereka hidup bahagia hingga pada suatu hari ketika istrinya sedang mencari kutu di kepala Lahilote, ia melihat beberapa helai rambut milik suaminya mulai beruban.
          Padahal orang yang beruban tidak boleh tinggal di kahyangan. Para penghuninya akan selalu awet muda. Tidak pernah tua sepanjang masa. Maka orang yang beruban atau berubah menua tidak boleh tinggal di sana.
          Lahilote yang menyadari siapa dirinya, akhirnya kembali turun ke bumi dengan sebilah papan. Manusia seperti dirinya memang tidak pantas menikahi seorang bidadari apalagi memaksakan diri menjadi penghuni kahyangan. Meski sedih, Lahilote tetap mencoba tabah menghadapi cobaan tersebut.
          Ia kemudian bersumpah,”Hingga tua umurku, berbatas pantai Pohe yang berujung kain kafan, telapak kakiku akan terus terpatri disana sepanjang zaman.”
          Hingga sekarang, masyarakat bisa melihat batu seperti telapak kaki di pantai Pohe, Gorontalo, yang menurut kepercayaan warga sekitar merupakan kaki Lahilote yang dibuang dari kahyangan.
         

Posting Komentar untuk "Legenda Lahilote dari Gorontalo #lahitole #gorontalo"