Seekor ular tua yang malang telah kehilangan
separuh kekuatannya karena faktor umur yang tak dapat ditolak. Ia tidak segesit
dulu lagi. Otot-ototnya tak sekuat ketika muda dulu. Ia harus kuat menahan
lapar apabila seharian tak mendapatkan mangsa. Ia hanya bisa menangis perih melihat
penderitaannya di hari tua.
Apalagi
anak-anaknya telah pergi entah kemana. Tidak ada yang mau mengurusnya.
Masing-masing ular harus bertanggung jawab pada nasibnya sendiri. Bisa bertahan
hidup menghadapi kerasnya alam maupun serangan para pemangsa saja sudah
bersyukur apalagi harus menghadapi hidup orang lain bahkan seandainya mereka
saudaranya sendiri.
Namun
ular tua itu tidak mau berdiam diri saja menerima nasibnya tersebut.
Bagaimanapun ia harus berusaha sekuat tenaga agar bisa mendapatkan mangsa untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Ular tua harus memutar otak hingga
berkeringat karena ia sudah tidak mampu berburu seperti ketika masih muda dulu.
Ia
akhirnya menemukan cara untuk mendapatkan mangsa dengan mudah. Setelah mengatur
strategi sedemikian rupa, iapun segera pergi ke Kerajaan Kodok yang ada ditepi
telaga di tengah hutan.
Ular
tua itu hanya berbaring tak bergerak sambil memejamkan matanya hingga menarik
perhatian para prajurit kodok yang segera melaporkan hal tersebut kepada panglimanya.
Panglima Kodok lalu masuk ke dalam istana untuk menemui raja.
Raja
Kodok dan Permaisuri lalu datang untuk membuktikan ucapan panglimanya tersebut.
Dan ternyata ucapan mereka benar. Tidak jauh dari gerbang istana nampak
tergeletak seekor ular tua yang diam saja seolah tengah tertidur lelap.
“Coba
kau bangunkan ular itu. Aku ingin tahu apa maksudnya datang kemari?”perintah
Raja penasaran namun terlihat khawatir.
Panglima
lalu menggoyang-goyang tubuh ular tua agar terbangun sehingga bisa ditanyai. Ular
tua lalu memicingkan matanya dan menyaksikan puluhan ekor kodok telah
mengelilinginya dengan tatapan mata penuh curiga.
“Apa
yang sedang kamu lakukan di sini? Kau ingin memangsa kami semua? Jika ya,
pergilah sebelum prajuritku ini menyerangmu!”tanya Raja lantang membuat ular
tua menelan ludahnya. Ia tampak ketakutan. Meskipun lebih besar tubuhnya namun
ia kalah jumlah. Apalagi tidak lama kemudian muncullah beberapa ekor katak
berukuran raksasa dengan berat hampir mencapai tiga kilogram.
“Lihatlah
aku sampai meminta bantuan katak banteng untuk menjaga keamanan kami,”imbuh
Raja tanpa rasa takut.
“Maafkan
saya, Raja, karena telah mengganggu ketentraman kalian. Tapi sesungguhnya aku
datang kemari karena ingin memenuhi janjiku jika nanti umurku sudah mencapai
dua puluh tahun maka aku ingin menggendong para kodok sebagai ucapan permintaan maafku yang sering memangsa
kalian,”jawab ular tua itu. Ia tetap diam tak bergerak.
“Jadi
kamu tidak mau pergi dari tempat ini?”tanya panglima kodok sekali lagi.
“Tidak.
Saya punya niat yang baik untuk menyenangkan kalian,”jawab ular tua setenang
mungkin agar tidak ketahuan niat jahatnya.
Melihat
sikap ular tua yang baik itu, akhirnya Raja Kodok dan Permaisurinya luluh.
Mereka naik ke punggung ular tua dan dibawa berkeliling hutan dengan ditemani
Panglima Kodok yang mengawal di belakang.
Di
tengah perjalanan, ular tua berhenti. Nafasnya tersengal dan keringat bercucuran
di sekujur tubuhnya,”Aku haus dan kelaparan, Raja. Bisakah kau mencarikan aku
seekor kodok untuk aku makan? Jika tidak maka aku tidak bisa membawamu
berkeliling hingga selesai,”pintanya penuh harap.
Raja
Kodok dan Permaisuri turun dari punggung ular tua untuk berembuk sebentar,”Baiklah
jika itu pintamu. Sekarang bawa kami ke tengah kolam kecil dekat air terjun. Nanti
akan kami sediakan banyak makanan untukmu,”jawab Raja sambil tersenyum.
Ular
tua lalu membawa Raja dan Permaisuri Kodok ke tempat yang dimaksud.
“Sekarang kau gigit jariku ini hingga berdarah dan
tunggulah sebentar sampai makananmu berdatangan,” suruh Raja pada ular tua. Setelah
digigit, darah keluar dari ujung jari Raja Kodok dan jatuh ke dalam kolam. Raja
Kodok dan istrinya lalu berenang ke tepian untuk menyaksikan dari kejauhan apa
yang akan terjadi selanjutnya. Sedangkan ular tua menunggu dengan tidak sabar
kodok-kodok makanannya berdatangan.
Namun
ternyata yang datang adalah puluhan bahkan ratusan ikan piranha yang mencium
darah jari Raja Kodok yang digigit ular tua. Ikan-ikan itu lalu memangsa ular
tua beramai-ramai hingga tak bersisa.
“Dia
pikir bisa menipu kita dengan mudah. Sekarang rasakan balasannya,” ucap Raja
Kodok tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil menyelamatkan rakyatnya
dari ancaman berbahaya ular tua yang hendak memangsa mereka.
Posting Komentar untuk "TIPU MUSLIHAT SI ULAR TUA YANG GAGAL #tipumuslihat #ulartua"