Pengorbanan Gadis Yang Malang (Cerita dari Tabanan - Bali)



      
  Dahulu kala di daerah Tabanan, Bali, tinggal sepasang suami istri yang belum memiliki anak. Namanya Pan Tuwung Kuning dan Men Tuwung Kuning. Kondisi rumah tangga mereka tidak begitu baik karena kegemaran sang suami, Pan Tuwung Kuning yang suka mengadu ayam dan berjudi.
        Entah sudah berapa kali Pan Tuwung Kuning bertaruh adu jago lalu kalah sehingga hartanya banyak yang terkuras. Ayam jagonya yang banyak jumlahnya juga sering membuat kesal istrinya yang diberi tugas untuk mengurus ayam-ayam jago itu.
        Keadaan makin bertambah buruk karena istrinya tak kunjung melahirkan anak dambaan mereka. Keduanya jadi sering bertengkar.
        “Istriku jika nanti kamu punya anak laki-laki maka dia akan jadi penerusku. Menjadi tukang adu ayam, namun jika yang lahir anak perempuan, maka dia akan aku sembelih untuk jadi makanan ayam-ayam jagoku,”ucap Pan Tuwung Kuning suatu hari. Mendengar hal itu, Men Tuwung Kuning hanya bisa mengelus dada.
        Apalagi beberapa waktu kemudian ia hamil betulan. Men Tuwung Kuning selalu teringat ucapan suaminya tersebut yang membuat hatinya selalu cemas dan gelisah. Ia takut akan melahirkan bayi perempuan karena pasti akan dibunuh dan dijadikan makanan ayam jago kesayangan suaminya. Karena itu hampir setiap saat ia berdoa agar anaknya lahir laki-laki.
        Namun Tuhan berkata lain, ia yang ditemani ibunya berhasil melahirkan seorang bayi perempuan yang bersih dan cantik. Beruntung suaminya Pan Tuwung Kuning sedang pergi ke luar kota sehingga untuk sementara nyawa bayinya selamat.
        “Sebaiknya bayi ini aku sembunyikan di rumahku dulu agar suamimu tidak melihatnya,”usul sang Ibu yang merasa kasihan pada bayi malang tersebut.
        Men Tuwung Kuning setuju dengan ide ibunya. Bayi itu dibawa ke rumah sang nenek, sementara ari-arinya diberikan ke ayam jago kesayangan suaminya.
        Malam harinya sepulang dari bepergian, suaminya pun menanyakan hal itu pada Men Tuwung Kuning,”Bagaimana anak kita? Laki-laki atau perempuan?.”
        “Perempuan karenanya langsung aku sembelih dan kuberikan ke ayam jago kesayanganmu,”jawab Men Tuwung Kuning berbohong. Suaminya tersenyum puas mendengar jawaban itu.
        Akan tetapi pada malam harinya, ayam jago kesayangannya berkokok kencang berulang-ulang membuat merah telinganya,”Kukuruyuuuk! Men Tuwung Kuning baru saja melahirkan anak perempuan tetapi aku hanya diberi makan ari-arinya saja!.”
        “Kukuruyuuuk! Sekarang bayi perempuan itu disembunyikan di rumah neneknya…,”imbuh ayam jago itu. Mendengar hal itu, Pan Tuwung Kuning langsung naik pitam.
        “Ambil dan bawa kemari bayi perempuan kita itu, jika tidak maka kau yang akan aku sembelih sebagai gantinya lalu aku berikan ke ayam jagoku,”perintah Pan Tuwung Kuning kepada istrinya dengan nada tinggi.
        Keesokan harinya, Men Tuwung Kuning segera pergi ke rumah ibunya. Namun betapa terkejut dirinya mendapati anaknya yang masih bayi tiba-tiba sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik jelita. Ketika datang, anak gadisnya itu sedang menenun kain.
        “Pulanglah dulu, Ibu, lalu kembali lagi esok lusa karena aku sedang menenun kain untuk membungkus jenazahku,”ucap putrinya kepada Men Tuwung Kuning.
        Dengan berat hati iapun pulang hanya untuk mendapat amarah dari suaminya yang sudah gelap mata melihat kegagalan Men Tuwung Kuning membawa putrinya.
        Dua hari kemudian ia datang kembali ke rumah ibunya dan berkata di depan anaknya,”Cepatlah, Nak, segera kau selesaikan menenun kain itu karena Ayahmu sudah selesai mengasah parang untuk membunuhmu.”
        “Ibu tunggulah barang dua hari lagi agar aku juga bisa menyelesaikan sehelai selendang untuk bekal matiku,”jawab putrinya lembut.
        Mendengar jawaban dari putrinya itu, Men Tuwung Kuning akhirnya kembali ke rumah dengan tangan hampa. Ia kembali mendapat umpatan amarah dari suaminya yang semakin kesal dengan kegagalan istrinya.
        Dua hari kemudian, Pan Tuwung Kuning melangkah ke rumah mertuanya untuk mengambil sendiri anaknya. Ia membawa parang yang telah diasah hingga tajam untuk menyembelih anaknya.
        Hatinya bergetar kencang ketika mendapati ternyata anak perempuannya telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
        “Ayah sekarang aku sudah siap untuk menyambut kematianku. Akan tetapi Ayah harus mencari pohon yang paling besar di hutan. Di sanalah Ayah bisa memenuhi keinginanmu untuk mencabut nyawaku,” jelas putrinya yang jelita itu.
        Dengan pakaian baru hasil tenunannya sendiri, ia lalu pergi bersama Ayahnya,  Pan Tuwung Kuning, menuju ke hutan. Setelah berhasil menemukan pohon yang paling besar di hutan, ayah yang kejam itupun siap untuk menyembelih putrinya.
        “Nah, sekarang aku sudah siap Ayah. Tapi tolong ambilkan batang pisang untuk bantalku,”pinta gadis cantik yang malang itu.
        Setelah siap, Pan Tuwung Kuning langsung menghunjamkan parang tajamnya ke leher putrinya yang sangat cantik itu. Namun parang itu ternyata hanya menebas batang pisang saja karena putrinya tiba-tiba hilang entah kemana.
        Mengetahui hal tersebut, timbullah penyesalan di hati Pan Tuwung Kuning. Seraya membawa batang pisang bekas bantal putrinya, ia pulang dengan menangis tersedu-sedu. Ia lalu meminta maaf pada ibu mertua dan istrinya dengan setulus hati. Batang pisang yang ia bawa lalu dipotong-potong dan diberikan ke ayam-ayam jagonya, namun mereka tidak memakannya.
        Pan Tuwung Kuning menjadi marah dan geram melihat hal itu. Ayam-ayam itu lalu dibuang semua. Dan sejak saat itu, ia berhenti menyabung ayam dan berjudi. Ia sadar karena perbuatannya itu, kini telah kehilangan putrinya untuk selama-lamanya.

Posting Komentar untuk "Pengorbanan Gadis Yang Malang (Cerita dari Tabanan - Bali)"