Dahulu kala ada seorang raja yang mengalami kebutaan. Telah
banyak dokter, tabib ataupun
orang pintar yang diundang ke istana mampu mengembalikan penglihatannya tersebut. Maka ketiga putra sang raja melakukan
usaha terakhirnya dengan menemui seorang wanita tua yang bijak untuk
meminta bantuan.
"Kalian harus menangkap burung ajaib yang tinggal di sangkar berlapis emas di negeri yang jauh. Sapukanlah ekor burung ajaib di atas mata sang raja, maka dia akan melihat lagi." Jelas wanita tua itu. Mendengar pesan wanita bijak tersebut, maka demi kesembuhan Ayahandanya, ketiga pangeran tersebutpun bersumpah untuk menemukan burung itu.
Anak tertua segera berangkat mencari burung ajaib itu. Dan ketika dia melewati sebuah rumah, dia melihat kerumunan orang berkumpul, maka diapun berhenti untuk bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Ternyata di tangga tergeletak sesosok mayat orang miskin, tapi tidak ada yang mau mengurus penguburannya.
"Sungguh memalukan," celetuk anak tertua dengan geramnya sambil terus berlalu tanpa melakukan tindakan apapun selain mengritik kelakuan warga tersebut.
Beberapa jam kemudian putra kedua berangkat untuk menemukan burung ajaib itu, dan dia juga melihat orang-orang berkumpul di tangga rumah tersebut. Namun pangeran kedua sedang terburu-buru, jadi dia juga tidak melakukan apapun untuk membantu mengubur mayat orang miskin itu.
Ketika dini hari putra bungsu melihat kerumunan saat dia memulai perjalanannya. Dia merasa sangat sedih menyaksikan kondisi mayat orang miskin itu sehingga menyerahkan setengah uangnya ke salah satu dari orang-orang itu dan berkata, "Pergilah untuk membeli peti mati dan segala hal yang diperlukan untuk mengurus jiwa yang malang ini,"perintahnya dengan penuh rasa iba.
Setelah semuanya selesai, pangeran bungsu lalu kembali melanjutkan perjalanan. Saat kegelapan mulai turun, tiba-tiba dia melihat cahaya terang bersinar di depannya. Diapun memicingkan matanya saat cahaya itu kian mendekat. Dengan penuh ketakutan, dia memberanikan diri untuk bertanya"Siapa kau sebenarnya dan apa maumu?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Akulah jiwa orang yang Anda bantu tadi," jawab sebuah suara. "Ikutilah aku!"
Meski takut, pangeranpun mengikuti cahaya tersebut. Beberapa saat kemudian suara itu berkata, "Saya sangat senang sekali karena Anda mau membantu mengurus mayat saya yang terlantar."
"Kenapa tidak?" ucap sang pangeran. "Sebagai manusia beradab, bukankah kita harus membantu satu sama lain."
"Tidak semua orang baik, Pangeran. Banyak juga yang tidak memiliki hati dan perasaan," kata suara itu. Saat mereka berbicara, ketakutan pangeranpun mendadak lenyap, dan tak lama kemudian dia merasa seolah-olah suara ini adalah teman baiknya.
Bersama-sama mereka berjalan sepanjang malam dan lalu tidur di siang hari selama beberapa hari kemudian hingga mereka sampai di negeri burung ajaib. Cahaya jiwa orang yang meninggal itupun membawa pangeran ke istana kaisar, melewati penjaga yang tertidur, dan memasuki ruangan berkilauan dimana burung ajaib itu tengah duduk di sangkar emasnya.
Saat pangeran mengulurkan tangan untuk mengambil sangkar, burung ajaibpun mulai bernyanyi, sebuah lagu yang sangat indah sehingga membuat sang pangeran terpukau. Tapi lagu yang luar biasa itu justru membangunkan para penjaga, dan ketika mereka melihat ada penyusup yang masuk ke istana, mereka lalu menangkap dan menjebloskan pangeran bungsu ke dalam penjara bawah tanah.
Kisah keberanian Pangeran terdengar di telinga Kaisar. Ia lalu meminta untuk melihat pemuda yang berani tersebut, karena menurutnya anak pemberani semacam itu bisa menyelamatkan kuda ajaibnya yang beberapa waktu lalu dicuri oleh raksasa yang mengerikan. "Saya akan memberi Anda burung ajaib itu," kata kaisar kepada pangeran muda itu, "Sebagai imbalan kembalinya kuda ajaib saya."
"Saya akan membantumu," tiba-tiba sebuah suara yang sangat dikenalnya berbisik di telinga sang pangeran setelah ia menyanggupi permohonan kaisar. Maka dengan bantuan roh dari mayat orang miskin yang ia bantu penguburannya, sang pangeran malam itu berangkat menuju ke tempat raksasa yang menyimpan kuda ajaib kaisar di bawah sebuah pohon.
Di sana berdirilah kuda itu, sosoknya hitam seperti malam, dengan bintang putih terang di dahinya. Pangeran itu lalu memanjat pohon, meraih ke bawah dan mulai melonggarkan tali yang dikaitkan ke batang pohon, namun tiba-tiba saja kuda itu berseru, "Tuan, ada yang mencuriku!"
Ketika si raksasa terbangun, dia tidak melihat apa-apa selain daun melambai di angin malam; Pangeran itu tersembunyi dengan baik. "Tidurlah," si raksasa meraung, "Jangan ganggu aku lagi dengan omong kosongmu itu!"
Kali ini ketika pangeran meraih tali kekang, kudanya tetap tenang, dan saat dia dilepas, pangeran itu turun ke punggungnya. Lalu suara itu berbisik, "Lihat kenop di lehernya? Balikkan dan lihat apa yang akan terjadi."
Pangeran memutar kenop, kuda itu lalu terbang ke langit, kembali menuju ke istana kaisar si pemilik burung ajaib.
Sayangnya, sang kaisar ternyata ingkar janji. Ia tidak mau kehilangan burung ajaibnya. "Terima kasih untuk kudaku," katanya, "Sekarang dia siap menemaniku lagi,”ucapnya tanpa rasa bersalah.
Mendengar ini, suara itu berbisik, "Ambil sangkar dan putar kenop kudanya." Pangeran mengikuti instruksi temannya, dan sebelum Kaisar bisa menghentikan mereka, Pangeran, Burung dan Kuda ajaib itu telah berlayar tinggi di udara dan berlari untuk kembali ke kerajaan pangeran.
Ketika pangeran tiba di istana, dia berlari untuk menceritakan kabar baik tersebut kepada kedua kakaknya. Bersama-sama mereka akan menyelamatkan penglihatan sang raja.
Sayangnya, kedua saudara laki-lakinya tersebut merasa telah gagal dalam pencarian burung ajaib, dan ketika mereka melihat si bungsu muncul bersama dengan kuda yang indah dan burung ajaib, hati merekapun dipenuhi dengan rasa iri. Mereka lalu merencanakan untuk menghancurkan pangeran termuda dan mencuri burung ajaib dari tangannya.
Mereka kemudian mengundang sibungsu untuk makan, dan ke dalam minumannya mereka memasukkan ramuan tidur. Ketika dia roboh, mereka membawanya ke tebing jurang dan menjatuhkannya tanpa perasaan. Kemudian kedua pangeran itu kembali ke istana untuk mengumumkan kabar gembira tersebut.
Raja sangat senang mendengarnya. "Di mana adikmu?" Raja bertanya setelah sejak tadi ia tidak merasakan kehadiran sibungsu.
"Dia telah pergi entah kemana! Dia hanya memikirkan dirinya sendiri saja!" jawab kedua kakaknya.
"Jika benar begitu, dia tidak akan mendapat warisan dari kerajaanku ini!" kata raja gusar.
Para pangeran yang lebih tua menyapukan ekor burung ajaib itu di atas mata ayah mereka, tapi ternyata penglihatannya tidak kembali. Sang raja tetap tidak mampu melihat. Merekapun terkulai sedih. Tangis keduanya terdengar ditelinga Raja yang mencoba menghibur.
"Kalian harus menangkap burung ajaib yang tinggal di sangkar berlapis emas di negeri yang jauh. Sapukanlah ekor burung ajaib di atas mata sang raja, maka dia akan melihat lagi." Jelas wanita tua itu. Mendengar pesan wanita bijak tersebut, maka demi kesembuhan Ayahandanya, ketiga pangeran tersebutpun bersumpah untuk menemukan burung itu.
Anak tertua segera berangkat mencari burung ajaib itu. Dan ketika dia melewati sebuah rumah, dia melihat kerumunan orang berkumpul, maka diapun berhenti untuk bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Ternyata di tangga tergeletak sesosok mayat orang miskin, tapi tidak ada yang mau mengurus penguburannya.
"Sungguh memalukan," celetuk anak tertua dengan geramnya sambil terus berlalu tanpa melakukan tindakan apapun selain mengritik kelakuan warga tersebut.
Beberapa jam kemudian putra kedua berangkat untuk menemukan burung ajaib itu, dan dia juga melihat orang-orang berkumpul di tangga rumah tersebut. Namun pangeran kedua sedang terburu-buru, jadi dia juga tidak melakukan apapun untuk membantu mengubur mayat orang miskin itu.
Ketika dini hari putra bungsu melihat kerumunan saat dia memulai perjalanannya. Dia merasa sangat sedih menyaksikan kondisi mayat orang miskin itu sehingga menyerahkan setengah uangnya ke salah satu dari orang-orang itu dan berkata, "Pergilah untuk membeli peti mati dan segala hal yang diperlukan untuk mengurus jiwa yang malang ini,"perintahnya dengan penuh rasa iba.
Setelah semuanya selesai, pangeran bungsu lalu kembali melanjutkan perjalanan. Saat kegelapan mulai turun, tiba-tiba dia melihat cahaya terang bersinar di depannya. Diapun memicingkan matanya saat cahaya itu kian mendekat. Dengan penuh ketakutan, dia memberanikan diri untuk bertanya"Siapa kau sebenarnya dan apa maumu?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Akulah jiwa orang yang Anda bantu tadi," jawab sebuah suara. "Ikutilah aku!"
Meski takut, pangeranpun mengikuti cahaya tersebut. Beberapa saat kemudian suara itu berkata, "Saya sangat senang sekali karena Anda mau membantu mengurus mayat saya yang terlantar."
"Kenapa tidak?" ucap sang pangeran. "Sebagai manusia beradab, bukankah kita harus membantu satu sama lain."
"Tidak semua orang baik, Pangeran. Banyak juga yang tidak memiliki hati dan perasaan," kata suara itu. Saat mereka berbicara, ketakutan pangeranpun mendadak lenyap, dan tak lama kemudian dia merasa seolah-olah suara ini adalah teman baiknya.
Bersama-sama mereka berjalan sepanjang malam dan lalu tidur di siang hari selama beberapa hari kemudian hingga mereka sampai di negeri burung ajaib. Cahaya jiwa orang yang meninggal itupun membawa pangeran ke istana kaisar, melewati penjaga yang tertidur, dan memasuki ruangan berkilauan dimana burung ajaib itu tengah duduk di sangkar emasnya.
Saat pangeran mengulurkan tangan untuk mengambil sangkar, burung ajaibpun mulai bernyanyi, sebuah lagu yang sangat indah sehingga membuat sang pangeran terpukau. Tapi lagu yang luar biasa itu justru membangunkan para penjaga, dan ketika mereka melihat ada penyusup yang masuk ke istana, mereka lalu menangkap dan menjebloskan pangeran bungsu ke dalam penjara bawah tanah.
Kisah keberanian Pangeran terdengar di telinga Kaisar. Ia lalu meminta untuk melihat pemuda yang berani tersebut, karena menurutnya anak pemberani semacam itu bisa menyelamatkan kuda ajaibnya yang beberapa waktu lalu dicuri oleh raksasa yang mengerikan. "Saya akan memberi Anda burung ajaib itu," kata kaisar kepada pangeran muda itu, "Sebagai imbalan kembalinya kuda ajaib saya."
"Saya akan membantumu," tiba-tiba sebuah suara yang sangat dikenalnya berbisik di telinga sang pangeran setelah ia menyanggupi permohonan kaisar. Maka dengan bantuan roh dari mayat orang miskin yang ia bantu penguburannya, sang pangeran malam itu berangkat menuju ke tempat raksasa yang menyimpan kuda ajaib kaisar di bawah sebuah pohon.
Di sana berdirilah kuda itu, sosoknya hitam seperti malam, dengan bintang putih terang di dahinya. Pangeran itu lalu memanjat pohon, meraih ke bawah dan mulai melonggarkan tali yang dikaitkan ke batang pohon, namun tiba-tiba saja kuda itu berseru, "Tuan, ada yang mencuriku!"
Ketika si raksasa terbangun, dia tidak melihat apa-apa selain daun melambai di angin malam; Pangeran itu tersembunyi dengan baik. "Tidurlah," si raksasa meraung, "Jangan ganggu aku lagi dengan omong kosongmu itu!"
Kali ini ketika pangeran meraih tali kekang, kudanya tetap tenang, dan saat dia dilepas, pangeran itu turun ke punggungnya. Lalu suara itu berbisik, "Lihat kenop di lehernya? Balikkan dan lihat apa yang akan terjadi."
Pangeran memutar kenop, kuda itu lalu terbang ke langit, kembali menuju ke istana kaisar si pemilik burung ajaib.
Sayangnya, sang kaisar ternyata ingkar janji. Ia tidak mau kehilangan burung ajaibnya. "Terima kasih untuk kudaku," katanya, "Sekarang dia siap menemaniku lagi,”ucapnya tanpa rasa bersalah.
Mendengar ini, suara itu berbisik, "Ambil sangkar dan putar kenop kudanya." Pangeran mengikuti instruksi temannya, dan sebelum Kaisar bisa menghentikan mereka, Pangeran, Burung dan Kuda ajaib itu telah berlayar tinggi di udara dan berlari untuk kembali ke kerajaan pangeran.
Ketika pangeran tiba di istana, dia berlari untuk menceritakan kabar baik tersebut kepada kedua kakaknya. Bersama-sama mereka akan menyelamatkan penglihatan sang raja.
Sayangnya, kedua saudara laki-lakinya tersebut merasa telah gagal dalam pencarian burung ajaib, dan ketika mereka melihat si bungsu muncul bersama dengan kuda yang indah dan burung ajaib, hati merekapun dipenuhi dengan rasa iri. Mereka lalu merencanakan untuk menghancurkan pangeran termuda dan mencuri burung ajaib dari tangannya.
Mereka kemudian mengundang sibungsu untuk makan, dan ke dalam minumannya mereka memasukkan ramuan tidur. Ketika dia roboh, mereka membawanya ke tebing jurang dan menjatuhkannya tanpa perasaan. Kemudian kedua pangeran itu kembali ke istana untuk mengumumkan kabar gembira tersebut.
Raja sangat senang mendengarnya. "Di mana adikmu?" Raja bertanya setelah sejak tadi ia tidak merasakan kehadiran sibungsu.
"Dia telah pergi entah kemana! Dia hanya memikirkan dirinya sendiri saja!" jawab kedua kakaknya.
"Jika benar begitu, dia tidak akan mendapat warisan dari kerajaanku ini!" kata raja gusar.
Para pangeran yang lebih tua menyapukan ekor burung ajaib itu di atas mata ayah mereka, tapi ternyata penglihatannya tidak kembali. Sang raja tetap tidak mampu melihat. Merekapun terkulai sedih. Tangis keduanya terdengar ditelinga Raja yang mencoba menghibur.
"Kalian berdua telah melakukan upaya yang gagah berani, dan itulah yang
diharapkan oleh seorang ayah dari anak-anaknya. Meskipun
usaha kalian gagal untuk mengobati sakitku, kerajaan ini
tetap akan menjadi milik kalian berdua," ucap
Raja.
Bersamaan
dengan itu, dua orang lelaki pengendara keledai naik ke istana bersama pangeran muda di dalam gerobak mereka. Ternyata saat pangeran itu dilempar
ke tebing, cahaya dari jiwa orang mati membawa tubuh pangeran
ke pohon yang tumbuh
di tebing sehingga sibungsu selamat dari
kematian. Dan di pohon itulah kedua pengendarai keledai menemukannya lalu membawanya pulang.
Saat pangeran muda itu masuk ke istana, burung ajaib
mulai bernyanyi begitu indah, semua orang terhenyak takjub, dan ketika mereka melihat pangeran itu, mereka semua terkejut, "Bukankah
kamu telah pergi entah kemana dan tidak mau menolong menyembuhkan penyakitku?" raja menuduh putra bungsunya. "Saya tidak
melakukannya,
Ayahanda," jawab si bungsu tegas, "Saya akan membuktikannya padamu."
Dia lalu menyapukan ekor burung ajaib itu di atas mata ayahnya. Kali ini penglihatan raja berangsur-angsur pulih
seperti semula. Pangeran
termuda lalu menceritakan kisahnya dari awal
hingga akhirnya dibuang ke jurang oleh kedua kakaknya yang iri.
Mendengar
hal itu, sekarang raja menyadari bahwa putra tertuanya telah
membohonginya dan mengkhianati saudara mudanya. Raja
berteriak lantang penuh amarah hendak menghukum keduanya, namun pangeran muda itu justru segera memeluk saudara laki-lakinya. "Ampunilah
mereka berdua, Ayahanda," pintanya
iba, "Itu karena
saya tahu betul bahwa masing-masing dari kita terkadang saling
membutuhkan. Satu sama lain harus saling
mengingatkan jika telah melakukan kesalahan.
Dan saya yakin kedua kakakku ini telah menyadari semua kesalahannya. Maka ampunilah
mereka."
Mendengar
permintaan putra bungsunya yang sangat bijaksana, hati rajapun luluh. Kedua
putra tertuanya pun segera meminta maaf atas kesalahan mereka.
Cahaya dari jiwa orang
mati yang telah
ditolong pangeran muda itu begitu
bahagia melihat bahwa semuanya telah kembali seperti
semula, ia
mengucapkan selamat tinggal kepada pangeran muda lalu menghilang.
Posting Komentar untuk "Roh Orang Mati Yang Berterimakasih (Cerita Rakyat Kosta Rika) #rohmati"