Di sebuah hutan yang lebat, tinggallah sepasang burung merpati. Aktivitas mereka sehari-hari adalah mencari makanan di sekeliling hutan. Mereka bergantian saling bahu membahu membantu satu sama lain. Jika malam hari, mereka akan kembali ke sarang di sebuah pohon besar yang sudah lama mereka tempati. Mereka memilih tempat itu karena selain daunnya rimbun baik sebagai pelindung dari panas terik dan dingin hujan yang tidak bersahabat, juga mampu melindungi sosok mereka dari incaran para pemangsa.
Pada suatu hari, merpati betina kembali pulang lebih awal dari berburu makanan. Seperti biasa, iapun menunggu suaminya dengan sabar. Namun lama ditunggu, pasangannya itu tidak datang datang juga. Seketika hatinya dihinggapi perasaan cemas luar biasa. "Di manakah kau suamiku? Tidak biasanya kamu pulang terlambat begini, "bisiknya penuh rasa gelisah. Ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi pada suaminya. Keadaan makin runyam karena hujan deras tiba-tiba datang dan langit gelap tertutup mendung yang pekat.
Namun ditengah suasana tidak menentu, ia melihat ada seorang pria penangkap burung datang mendekati pohon tempatnya tinggal. Lelaki kurus itu ternyata membawa sebuah sangkar berisi seekor burung merpati yang ternyata adalah suaminya. "Oh tidak, ternyata suamiku tidak pulang karena ia berhasil ditangkap oleh orang jahat itu. Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk membantu suamiku, "gumamnya sambil berpikir keras.
Ia lalu mencoba mengalihkan perhatian penangkap burung itu dengan mengepak-epakkan sayapnya, tapi semuanya sia-sia karena lelaki itu terlihat menggigil kedinginan. Ia tidak menghiraukan hal lain karena dirinya sendiri sedang kepayahan. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh terjangan hujan yang kian deras.
Dan ketika hujan telah berhenti. "Ugh! Betapa dinginnya malam ini. Sial benar nasibku karena aku lupa tidak membawa mantel tadi, "keluh si penangkap burung sambil bersedekap untuk mengurangi rasa dingin. Pakaiannya basah semua. Ia kemudian memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang sama tempat kedua merpati itu tinggal.
Mendengar hal itu, sang istri lalu terbang berkeliling mencari ranting-ranting kering. Dengan cekatan ia membuat api untuk menghangatkan si penangkap burung. Ia lalu berkata dengan tulus,"Maafkan kami, tuan karena tidak bisa melayani tamu dengan baik. Namun begitu karena kami tidak punya makanan untuk ditawarkan, maka aku bersedia terjun ke dalam api yang membara ini sehingga dalam beberapa menit bisa jadi hidangan makan malam anda agar tidak kelaparan dan jatuh sakit. "
Si penangkap burung itu sangat bahagia disambut sedemikian rupa oleh burung merpati itu. Tubuhnya yang dingin kini telah hangat kembali. Namun ia menolak tawaran dari sang merpati. Ia lalu berteriak untuk menghentikan merpati itu terjun ke dalam api,”Biarlah nanti saya yang mencari sendiri makanan. Di hutan ini kan banyak buah yang bisa dimakan. Bantuanmu sudah cukup bagiku dan aku sangat berterimakasih dengan keramahan kalian.”
Si penangkap burung lalu menyadari kesalahannya. Sebagai balas budi ia membebaskan merpati jantan dari kandangnya. "Aku memang kejam dan tak berperasaan. Aku berjanji mulai saat ini tidak akan berburu burung lagi dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik, "kata penangkap burung itu tulus. Setelah berpamitan ia lalu pergi meninggalkan kedua burung merpati itu yang bahagia dapat bersatu kembali.
Posting Komentar untuk "Ketulusan dan Keramahan Sepasang Merpati Yang Baik Hati #merpatibaikhati"