Malam Natal
begitu syahdu dan orang-orang berjalan di tengah kota dengan wajah
berseri-seri. Namun ada sebuah pemandangan memilukan hati ketika seorang gadis
kecil dengan baju lusuh penuh tambalan berkeliling menjajakan korek api
dagangannya.
"Ibu, belilah korek api ini!
Untuk menyalakan perapian, Bu!" Ucap anak itu menawarkan dagangannya pada seorang
ibu yang baru saja berbelanja dengan anak perempuannya.
"Maaf, Nak, saya tidak butuh
korek api karena di rumah sudah banyak." Jawab Ibu itu sambil berlalu
meninggalkan si gadis kecil yang malang.
Malam itu begitu ramai, namun tak
seorang pun yang membeli korek api dagangannya.
Meski demikian ia tidak mungkin pulang ke rumah dengan tangan hampa
karena Ayah pasti akan menghukumnya dengan keras. Akhirnya ia kembali melanjutkan
perjuangannya. Ia lalu menyeberangi jalan dengan sisa tenaga yang masih ada.
Prak! Prak! Prak! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya
dan hampir saja menabraknya. Gadis itu melompat mundur untuk menghindari
terjangan kereta kuda.
Ia senang bisa selamat meski harus kehilangan sepatunya sebelah yang
terlempar entah kemana. Sementara sepatu
satunya dipungut oleh seorang anak gelandangan lalu melarikan diri.
Iapun kini hanya bertelanjang kaki di cuaca dingin yang menggigit. Korek apinya ikut menjadi korban. Berserakan di tanah. Basah dan banyak yang tidak bisa digunakan lagi.
Iapun kini hanya bertelanjang kaki di cuaca dingin yang menggigit. Korek apinya ikut menjadi korban. Berserakan di tanah. Basah dan banyak yang tidak bisa digunakan lagi.
Karena merasa pulang ke rumah tidak mungkin lagi, ia akhirnya membawa
korek api yang tersisa. Langkahnya gontai menyusuri jalan yang kian larut. Di
sebuah rumah yang dipenuhi taburan cahaya penerangan, ia berhenti. Dari jendela
kaca ia dapat menyaksikan kebahagiaan luar biasa para penghuninya. Mereka
tertawa riang, bercanda sambil menikmati hidangan.
Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya yang tirus. Iapun teringat
masa lalu saat ibunya masih hidup, ia juga merayakan natal yang sama seperti
mereka. Dari jendela terlihat kerlap-kerlip pohon natal serta anak-anak yang
bersorak menerima bermacam hadiah.
Malampun kian larut. Rumah-rumah mulai memadamkan penerangannya.
Sementara salju yang dingin terus turun menyapa bumi. Sambil menggigil
kedinginan, si gadis malang mencoba bertahan dengan perut kelaparan dan tubuh yang tak sanggup lagi
digerakan.
Ia coba menghangatkan tangannya dengan hembusan nafasnya tetapi sedikit pun
tak terasa hangatnya. "Mungkin korek api ini bisa membantuku..."gumamnya
lirih seraya menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya ke dinding.
Nyala apipun muncul bersamaan dengan tungku pemanas dihadapannya.
"Wah, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku itu. Tapi
hanya sebentar karena ketika api itu padam tungku pemanaspun ikut menghilang.
Ia lalu
menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul
aneka macam hidangan yang lezat. "Ehm! Kelihatannya enak sekali."
Namun sayang, ketika ia hendak mencicipinya, apinya padam dan hidangan itupun
menghilang.
Gadis itu lalu
segera mengambil korek api lainnya dan menyalakannya lagi. Cresss! Ia kini sudah
berada di bawah sebuah pohon natal yang besar yang lebih indah daripada pohon
natal yang ada di rumah tadi. Lilin-lilin yang bersinar menambah keindahannya.
Iapun tanpa
sadar menjulurkan tangannya. Namun lagi-lagi korek api bergoyang tertiup angin dan
nyalanyapun padam. Cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup kemudian berubah
menjadi taburan bintang di langit yang sangat banyak.
Menyaksikan
hal itu, ia jadi teringat dengan Neneknya dulu. Nenek begitu baik dan sayang
padanya. Ia lalu menyalakan korek api untuk kesekian kalinya. "Nenek!" seru gadis
itu ketika tiba-tiba saja nenek yang
dirindukan telah berada dihadapannya. Ia lalu melompat ke dalam pelukan Nenek
dan bercerita banyak hal padanya.
“Nenek
jangan pergi lagi, ya? Aku jadi kesepian,”pintanya penuh harap. Namun nyala
korek api kembali padam. Sang nenek dihadapannya pun ikut menghilang.
Si gadis itu
segera mengumpulkan korek api yang tersisa dan menyalakan semuanya. Gulungan
korek api kini menyala lebih terang. Nenek yang ia rindukan kembali muncul
dihadapannya. Tak ingin berpisah lagi, ia memeluk nenek itu dengan lebih erat.
“Kamu ikut
aku, ya, cu. Kita ke langit yang indah bertemu dengan ibumu yang telah
menyiapkan makanan yang lezat untukmu,”ucap nenek dengan lembut kepada gadis
itu. Gadis itupun tertawa senang. Ia bahagia sekali membayangkan akan bertemu
dengan orang-orang yang dicintainya.
Dan ketika pagi
tiba. Orang-orang menemukan gadis kecil penjual korek api tertelungkup di dalam
salju. Mereka menangis haru penuh penyesalan karena tidak bisa berbuat apa-apa
untuk menolong nyawanya. Begitu juga dengan Ibu yang menolak membeli korek api
padanya semalam.
Mereka lalu
menguburnya dan berdoa kepada Tuhan agar kejadian serupa tidak terulang kembali
di masa depan.
Posting Komentar untuk "Gadis Kecil Penjual Korek Api ( (Hans Christian Anderson/Denmark) #penjualkorekapi"