JOKOTOLE #jokotole



Jokotole  dan Jokowedi adalah putra dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu yang melakukan  perkawinan batin atau lewat mimpi dengan Adipoday yang merupakan Raja Sumenep 
ke -12.

Akibatnya banyak orang yang tidak percaya dengan pernikahan gaib tersebut. Raden Ayu Potre Koneng terkesan sedang hamil diluar nikah tanpa ada suami sah disisinya. Hal itu menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sehingga ia hendak dihukum mati.

Selama kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar akal sehat. Karena takut kepada orang tuanya maka setelah bayinya lahir langsung diletakkan di hutan oleh dayangnya. Jokotole diambil oleh Empu Keleng, seorang pandai besi dari di desa Pakandangan. Jokotole kemudian disusui oleh seekor kerbau putih miliknya. Sementara anak kedua mereka, Jokowedi ditemukan di Pademawu juga oleh seorang Empu atau pandai besi.

Sejak kecil Jokotole sangat senang membuat berbagai jenis senjata seperti  keris, pisau dan peralatan pertanian. Hebatnya ia cukup membuatnya dari tanah liat, baru kemudian dengan kesaktiannya ia akan merubahnya menjadi besi.

Suatu hari ketika ia masih berusia 6 tahun, Empu Keleng, ayah angkatnya mendapat tugas dari Raja Majapahit, Prabu Brawijaya VII untuk membuat pintu gerbang istana.

Tiga tahun berlalu sejak kepergiannya, Empu Keleng belum juga kembali. Tidak ada kabar beritanya sama sekali sehingga istrinya, Nyai Empu Keleng Pakandangan menjadi khawatir. Ia lalu mengutus Jokotole untuk menyusul dan membantu ayahnya.

Ketika melewati pantai selatan Pulau Madura ia bertemu dengan orang tua di Desa Jumijang yang tak lain adalah pamannya sendiri yaitu Pangeran Adirasa yang sedang bertapa. Ia lalu memanggil Jokotole dan menceritakan segala hal ihwal hubungan keluarga dirinya dengan Jokotole.  Ia juga memperkenalkan adik Jokotole yang bernama Jokowedi. Kepada Jokotole Adirasa memberikan banyak nasehat. Jokotole lalu memakan bunga melati pemberian sang paman. Tujuannya agar ia bisa membantu Empu Keleng menyelesaikan pekerjaannya.

“Kamu harus dibakar hingga menjadi arang. Nanti jika dari pusarmu keluar cairan putih maka ambilah untuk keperluan pengelasan gerbang  raksasa yang tengah dikerjakan oleh ayahmu. Setelah itu kamu harus disiram dengan air agar dapat hidup kembali seperti sediakala,”jelas Adirasa. Jokotole juga diberi petunjuk bagaimana caranya  memanggil sang paman apabila ia mendapat kesulitan. Selain mendapat nasihat, ia juga mendapat kuda hitam bersayap  dan seekor Burung Garuda serta sebuah cambuk sakti milik ayahnya, Adipoday.

Setelah  itu Jokotole pamit menuju ke Majapahit bersama sang adik, Jokowedi. Setibanya di Gresik ternyata ia dihadang oleh beberapa orang prajurit yang  mendapat perintah untuk mencegat dan membawa dua saudara itu ke istana. Perintah raja itu berdasarkan mimpinya untuk mengambil menantu yang termuda di antara dua bersaudara itu. Akhirnya Jokotole dengan ikhlas meninggalkan adiknya dan melanjutkan perjalanannya kembali.

Di Majapahit, Jokotole berhasil membantu ayah angkatnya, Empu Keleng, membangun gerbang istana kerajaan. Ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama. Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengabdi di kerajaan Majapahit antara lain berhasil menaklukan Blambangan.

Ia kemudian akan dinikahkan dengan  puteri mahkota, Dewi Mas Kumambang, tetapi karena hasutan patihnya maka keputusan tersebut dibatalkan lalu diganti dengan Dewi Ratnadi yang pada waktu itu buta karena menderita penyakit cacat.  Jokotole menerima saja keputusan sang raja dengan ikhlas.

Setelah beberapa lama tinggal di Majapahit Jokotole minta izin untuk pulang ke Madura. Ia pulang ditemani isterinya yang buta. Di tengah perjalanan kembali ke Sumenep mereka mengalami suatu peristiwa luar biasa.  Ketika mereka sampai di Pantai Madura, isterinya minta izin untuk buang air. Sayangnya ditempat itu tidak ada air. Jokotole lalu mengambil tongkat Isterinya untuk ditancapkan ke tanah. Dari lubang bekas tancapan tongkat keluar air yang memancar mengenai mata isterinya yang buta itu. Akibat dari percikan air itu, tiba-tiba Dewi Ratnadi dapat melihat kembali. Tempat kejadian itu lalu diberi nama "Socah " yang artinya mata.

Setelah tiba di Sumenep, ia dan isterinya bertemu kembali dengan ibunya, Raden Ayu Potre Koneng. Ia kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Setyodiningrat III. 

Kurang lebih sekitar tahun 1415, ia terlibat pertempuran besar melawan panglima perang dari negeri China yaitu Laksamana Zheng He, yang berhasil dimenangkannya.

Kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 lalu digantikan oleh Arya Wigananda putra pertamanya.

Posting Komentar untuk "JOKOTOLE #jokotole"