Sepeninggal sang
ayah, anak malang itu kini menjadi tempat bergantung ibu dan seorang adik
perempuannya. Ibu yang sakit-sakitan membutuhkan obat agar bisa sembuh,
sementara sang adik yang masih kecil membutuhkan makanan yang cukup agar bisa
tumbuh baik dan sehat.
Ia sendiri masih kelas 4 SD saat itu. Ia sendiri mencari nafkah dengan menjual es
dan gorengan hasil buatan sang ibu yang dalam kondisi tidak sehat. Inilah cara dia mendapatkan uang untuk membayar
sekolahnya dan membeli obat penyembuh sakit sang ibu.
Namun tubuh kecilnya lama kelamaan tidak sanggup pula menanggung beban seberat itu. Hingga pada suatu hari, saat ia berjalan dari rumah ke rumah menawarkan dagangannya seperti biasa, ia merasa sangat lapar dan lemah karena tadi tidak sempat makan. Nasi dirumah hanya cukup untuk ibu dan adiknya. Iapun mengalah dengan harapan bisa mendapatkan uang dari jualannya hari ini.
Namun tubuh kecilnya lama kelamaan tidak sanggup pula menanggung beban seberat itu. Hingga pada suatu hari, saat ia berjalan dari rumah ke rumah menawarkan dagangannya seperti biasa, ia merasa sangat lapar dan lemah karena tadi tidak sempat makan. Nasi dirumah hanya cukup untuk ibu dan adiknya. Iapun mengalah dengan harapan bisa mendapatkan uang dari jualannya hari ini.
Kaki-kaki kecilnya terasa demikian berat untuk
diangkat.
Sementara pandangannya mulai tampak buram dan gelap. Anak
itu lalu memutuskan untuk beristirahat
di sebuah rumah yang cukup teduh oleh pepohonan.
“Makan dan minumlah susu ini agar badanmu segar kembali,”pinta sang gadis dengan senyum lembut tersungging di bibirnya. Dengan tatapan takjub, anak malang itu memakan dengan lahap hidangan yang diberikan lalu meminum susu dengan sangat pelan.
"Berapa aku berutang padamu untuk semua jamuan yang enak ini?" tanyanya pada sang gadis.
"Aku tidak berharap uang untuk hal ini. Aku hanya ingin membantu secara ikhlas karena aku tahu kamu tengah berjuang menghidupi keluargamu,"jawabnya tulus. Anak lelaki itu lalu kembali melanjutkan perjalanannya setelah berterima kasih pada gadis itu.
Tahun demi tahun berlalu. Waktu berganti hingga gadis muda itu tumbuh dewasa. Cantik dan cerdas. Hanya sayangnya, dia jatuh sakit karena menderita sejenis gangguan saraf yang cukup langka. Banyak dokter berpengalaman yang merawatnya di rumah sakit kota dengan fasilitas paling canggih kebingungan bagaimana cara menyembuhkannya.
Maka pihak rumah sakit lalu mendatangkan Dr. Ryan, seorang dokter ahli syaraf terkenal dipanggil untuk memeriksanya. Ternyata meski memiliki keahliannya yang luar biasa, Dr. Ryan tetap kesulitan untuk menyembuhkan penyakit sang gadis. Namun, dengan ketekunan dan kerja keras yang berlangsung berbulan-bulan, akhirnya dia berhasil mengobati penyakit itu. Berkat pengobatan dan pemantauan yang cermat, sang gadis itu sembuh total.
Pujian banyak mengalir pada Dr. Ryan atas dedikasi dan kesabaran luar biasa yang telah ia lakukan. Gadis itu sendiri meski senang telah sembuh, ia kini berangsur cemas dengan jumlah tagihan rumah sakit yang harus ia bayar. Apalagi keluarganya hanya memiliki sedikit uang simpanan, yang sama sekali tidak cukup untuk membayar perawatan yang berlangsung cukup lama.
Saat yang ditunggupun tiba, gadis itu akhirnya menerima surat tagihan dari pihak rumah sakit. Dengan tangan gemetar, dia membukanya. Dia tertegun melihat tagihan itu telah dicoret dan dibatalkan, dan ada catatan di bawahnya yang ditandatangani oleh Dr. Ryan yang merawatnya.
"Tagihan ini telah dibayar beberapa tahun yang lalu dengan sepiring nasi, lauk ikan, sayur asam dan segelas susu segar!"
Posting Komentar untuk "Tagihan Rumah Sakit Yang Dibayar Dengan Sepiring Nasi dan Segelas Susu #tagihanrumahsakit"