ALADIN DAN LAMPU WASIAT #aladin #lampuwasiat


Aladin adalah seorang pemuda yang baik hati dan sangat sayang pada ibunya. Mereka berdua tinggal di Persia beberapa tahun yang lampau. Kehidupan Aladin yang sederhana membuatnya harus bekerja keras sejak muda untuk membantu ibunya memenuhi kehidupan sehari-hari. Ia bekerja apa saja asal halal. Tidak pernah mengeluh.
          Pada suatu hari, Aladin bertemu dengan seorang lelaki yang mengaku pamannya atau adik dari ayahnya. Ia lalu mengajak Aladin ke suatu tempat dan menjanjikan pekerjaan dengan bayaran uang yang banyak. Tentu saja Aladin susah untuk menolak tawaran menggiurkan itu. Ia lalu meminta ijin pada ibunya. Ibunya setuju saja asal ia berhati-hati dalam menjaga diri.
          “Karena Ibu sepertinya tidak mengenal orang yang mengaku adik dari ayahmu itu. Siapa tahu dia punya niat jahat pada kita,”ucap Ibu tak mampu menghilangkan rasa cemasnya.
          “Tenang saja, Bu. Aku yakin bisa jaga diri. Aku sudah kuat menghadapi bermacam masalah selama ini. Aku janji akan membawakan banyak uang agar hutang dan kehidupan kita bisa berubah, Bu…”balas Aladin sambil mencium tangan ibunya. Meminta restu dan pamit pergi.
          Setelah itu mulailah petualangan seru Aladin dimulai. Ia dan orang yang mengaku pamannya itu harus menempuh jalan padang pasir yang panjang dan berliku. Hingga sampailah mereka di sebuah perbukitan setelah berjalan selama beberapa hari. Orang itu lalu menyuruh Aladin mencari kayu bakar.
          Setelah kayu disulut dan asap membumbung tinggi. Orang asing itu lalu bersila sambil membaca mantera-mantera. Menyaksikan hal itu, Aladin segera menyadari siapa sebenarnya orang yang ada dihadapannya kini. Dia bukanlah pamannya melainkan seorang lelaki penyihir yang mempunyai sebuah rencana besar.
          Ia lalu menaburkan sesuatu ke dalam api yang menyala,”Abrakadabra! Terbukalah pintu emasku!”ucapnya kencang. Bukit dihadapan mereka bergerak dan membuka sendiri. Kini dihadapan mereka berdua ada sebuah gua misterius yang memiliki lubang masuk yang sangat sempit. Tentu saja hanya Aladin yang bisa masuk ke dalamnya.
          “Masuk lalu ambillah sebuah lampu kuno yang ada di dalam gua itu!”perintah si penyihir dengan mata melotot.
          “Tidak. Aku tidak mau mati konyol di dalam gua itu. Gua itu sangat aneh dan kita tidak tahu apa isinya,”tolak Aladin begidik takut.
          “Jangan khawatir. Kamu pakailah cincin ini dan jin yang ada didalamnya akan melindungimu!”suruh sang penyihir dengan nada tinggi setengah memaksa.
          Akhirnya Aladin menuruti perintahnya. Ia lalu masuk ke dalam gua. Ternyata di dalamnya ada banyak peti berisi perhiasan emas beragam jenis dan pohon-pohon berbuah intan mutiara berkilauan yang sangat indah dan mahal.
          “Jangan hiraukan perhiasan itu, Aladin! Cari dan ambilah lampu tua yang aku maksud. Cepat lakukan karena aku tidak bisa menahan lama-lama. Sebentar lagi gua ini akan menutup dengan sendirinya!”seru si penyihir dengan nafas terengah-engah.
          Mendengar keterangan si penyihir, Aladin lalu mengambil lampu yang dimaksud. Ia segera bergegas keluar gua tapi sayang hanya tinggal beberapa langkah lagi gua itu tertutup sudah.
          Aladin terduduk lemas. Ia bersandar ke dinding gua sambil memikirkan langkah selanjutnya karena ia tidak ingin mati sia-sia di dalam gua itu. Ia menggenggam erat-erat lampu wasiat yang jadi incaran si penyihir. Ia lalu mengelus-elus lembut lampu itu untuk menghilangkan debu-debu tebal yang menutupi permukaannya.
          Bersamaan dengan itu, tiba-tiba dari dalam lampu keluar asap putih tebal menutup sekelilingnya dan munculah sesosok raksasa besar melayang-layang di udara tepat dihadapan Aladin.
          “Selamat sore tuan. Saya adalah jin penunggu lampu wasiat ini. Dengan menggosok lampu ini berarti tuan telah membebaskan saya keluar dari dalam lampu yang telah mengurung saya selama ribuan tahun. Oleh karena itu, sebagai rasa terimakasih saya, mulai saat ini saya akan mengabdi pada tuan. Semua permintaan tuan, jika saya mampu akan coba saya penuhi!”jelas jin penunggu lampu kepada Aladin.
          “Aku ingin keluar dari gua ini…”pinta Aladin cepat. Rupanya ia sudah tidak tahan tinggal di dalam gua yang pengap dan gelap.
          Jin lalu membuka pintu gua dengan mudah. Setelah mengambil sejumlah perhiasan emas, intan dan permata secukupnya, ia lalu bergegas keluar gua. Namun Aladin kebingungan dengan jalan pulang. Maka diusapnya kembali lampu wasiat yang ada ditangannya.
          “Tolong antar aku pulang. Aku ingin cepat bertemu dengan ibuku…”pintanya pada jin.
          Tidak berapa lama dihadapannya terhampar sebuah permadani yang sangat indah. Jin memintanya naik ke atas permadani. Aladin lalu terbang menuju Baghdad, kota tempat ia tingggal.
          Ia bisa bertemu kembali dengan ibunya tersayang dalam kondisi sehat bugar tak kurang suatu apa. Ibunya sangat senang melihat kepulangan anak semata wayangnya itu. Apalagi ia pulang dengan membawa banyak emas dan permata. Ketika ia menanyakan darimana Aladin mendapat harta sebanyak itu, Aladin lalu menceritakan semua kejadian yang ia alami setelah kepergiannya dengan seorang penyihir yang mengaku sebagai pamannya itu.
          “Aku memang sudah menduga kalo orang itu jahat dan bukan pamanmu. Tapi sudahlah yang terjadi tidak perlu di sesali karena sekarang kamu sudah pulang dalam keadaan selamat. Ibu sudah cukup senang,”gumam ibu Aladin lirih.
          “Jin bantu kami sediakan makanan karena kami kelaparan sudah seharian tidak makan!”pinta Aladin setelah ia menggosok lampu wasiat. Mereka lalu makan dengan lahap.
          Maka sejak saat itu, kehidupan Aladin dan ibunya berubah drastis. Dengan perhiasan yang di dapat Aladin dari dalam gua mereka lalu membuka usaha perdagangan yang cukup maju. Mereka kini menjadi juragan yang kaya raya. Kemiskinan yang mereka alami selama bertahun-tahun telah hilang dari kehidupan mereka.
          Kisah Aladin dan ibunya selalu diselimuti kebahagiaan hingga pada suatu hari lewatlah rombongan kerajaan Baghdad di depan rumah Aladin. Rombongan itu ternyata membawa Putri Jasmine, anak semata wayang Raja Baghdad yang ingin berkeliling kerajaan untuk menghilangkan kejenuhan karena terus tinggal di dalam istana.
          Kecantikan Putri Jasmine ternyata menarik perhatian Aladin. Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Setiap hari setiap waktu bayangan wajah sang putri terus memenuhi isi kepalanya. Akhirnya karena sudah tidak tahan lagi ia menceritakan hal itu pada ibunya.
          “Aku ingin menikah dengan Putri Jasmine, Ibu…!”rengek Aladin seperti anak kecil.
          “Jangan khawatir, Nak. Ibu akan turuti permintaanmu. Besok aku akan ke istana raja untuk melamar Putri Jasmine. Jika jodoh pasti tidak akan kemana. Kamu doakan saja agar lamaran ibu diterima,”jawab Ibu mencoba menenangkan hati putra kesayangannya itu.
          Dan berangkatlah keesokan harinya,  Aladin  dan ibunya membawa emas permata melamar Putri Jasmine. Ternyata lamaran Aladin diterima dengan senang hati oleh Raja dan Putri Jasmine.
          “Besok aku dan putriku akan datang ke istana kalian untuk mempersiapkan pernikahan ini. Anakku pasti akan senang menikah dengan anakmu,”ucap Raja Baghdad senang bukan main karena anaknya akhirnya akan menikah.
          Mereka lalu menikah dan hidup bahagia di dalam istana megah yang dibuat oleh Jin lengkap dengan pelayan dan prajurit penjaga.
          Namun kebahagiaan mereka berakhir setelah Putri Jasmine menukar lampu wasiat Aladin dengan lampu baru yang dijual oleh seorang pedagang barang bekas. Pedagang itu ternyata adalah si penyihir jahat yang mengajak Aladin dulu pergi mencari lampu wasiat.
          Sang penyihir lalu menyuruh jin yang telah ia kuasai untuk memindahkan istana dan Putri Jasmine ke suatu tempat rahasia sehingga tidak diketahui oleh Aladin.
          Tidak berapa lama kemudian Aladin dan ibunya yang baru pulang dari negeri tetangga kaget bukan kepalang mendapati istana tempat mereka tinggal sudah lenyap di telan bumi. Ketika mereka bertanya pada para penduduk, tidak ada satupun yang bisa menjawab. Beruntung Aladin ternyata masih memakai cincin pemberian si penyihir ketika ia hendak masuk ke dalam gua dulu. Iapun meminta bantuan pada  jin yang menghuni cincin tersebut.
          “Jin bantulah aku mencari istana dan istriku yang hilang,”perintah Aladin pada jin yang menghuni cincin pemberian si penyihir.
          Setelah berusaha sekuat tenaga, jin akhirnya berhasil menemukan istana tersebut. Namun ia menolak ketika diminta untuk menangkap si penyihir jahat.
          “Sang penyihir kini memegang lampu wasiat. Jin penghuni lampu wasiat jauh lebih kuat daripada aku. Tubuhku bisa hancur jika memaksa bertarung dengannya,”jawab jin cincin beralasan.
          Aladin akhirnya harus berjuang sendiri. Iapun segera menyelinap masuk ke kamar tempat Putri Jasmine disekap. Disana si penyihir jahat ternyata tengah terlelap tidur. Ia sangat beruntung. Ia lalu mengambil lampu wasiat yang tergeletak di meja. Digosok-gosok berulang kali sampai jin raksasa keluar.
          Pada saat bersamaan, si penyihir ikut terbangun. Ia langsung mencabut pedangnya hendak menyerang Aladin. Beruntung jin segera melindungi Aladin. Ia lalu menyerang balik penyihir jahat dan dapat melumpuhkannya dengan mudah. Penyihir itu tewas seketika.
          Istana dan Putri Jasmine kemudian bisa kembali seperti sedia kala. Aladin dan ibunya serta Putri Jasmine kini bisa hidup bahagia selamanya. Mereka juga tidak segan berbagi dan menolong rakyat di sekelilingnya yang kekurangan.

1 komentar untuk "ALADIN DAN LAMPU WASIAT #aladin #lampuwasiat"

Adhe nayla 11 April 2020 pukul 16.07 Hapus Komentar
Aladin adalah seorang pemuda yang baik hati dan sangat sayang kepada ibunya mereka berdua tinggal di persia berapa tahun yang lampau kehidupan aladin yang sangat serdehana membuatnya yang harus bekerja keras