HANSEL DAN GRETEL (Cerita Dari Jerman) #hanselgretel #ceritarakyatjerman


Alkisah dulu ada seorang penebang kayu yang sangat miskin tinggal di sebuah pondok kecil di hutan bersama kedua anaknya, Hansel dan Gretel. Istri pertamanya telah meninggal dunia ketika anak-anak masih kecil. Maka dengan maksud agar anak-anak tidak terlantar karena ada yang mengurus ketika ia pergi bekerja, ayah menikah lagi dengan seorang janda tapi tidak memiliki anak. Sayangnya istri keduanya sering memperlakukan anak-anak dengan buruk. Ia juga sering bertengkar dengan suaminya.
          "Sial sekali! Hari ini makanan kita telah habis. Padahal ada banyak perut yang harus diberi makan. Sebaiknya anak-anak ini kita buang saja ke hutan agar makanan cukup untuk kita dan tidak dihabiskan oleh mereka!" katanya dengan nada tinggi. Ia terus berusaha membujuk suaminya untuk membuang anak-anaknya di hutan.
          "Buang mereka jauh-jauh dari rumah sehingga mereka tidak akan pernah menemukan jalan kembali! Siapa tahu seseorang akan menemukan dan mau mengurus mereka!" perintah si istri tanpa perasaan sama sekali. Penebang kayu yang tertunduk tidak tahu harus berbuat apa. Sementara itu Hansel yang mendengar percakapan orang tuanya itu, mencoba menghibur sang adik, Gretel.
          "Jangan khawatir! Jika mereka membuang kita ke hutan, kita pasti akan menemukan jalan pulang," katanya. Ia lalu menyelinap keluar rumah. Hansel mengisi sakunya dengan kerikil putih kecil, lalu kembali tidur.
          Sepanjang malam, istri penebang kayu itu terus-menerus menekan suaminya agar mau membuang  Hansel dan Gretel ke hutan. Akhirnya ia menuruti kemauan istrinya itu meski dengan sangat berat hati. Selama perjalanan, Hansel menjatuhkan kerikil putih di sana-sini untuk menjadi petunjuk jalan pulang.
          “Kalian tunggu di sini, ya? Jangan pergi kemana-mana sampai ayah kembali dari menebang pohon,”perintah ayahnya dengan suara lirih menahan sedih karena harus meninggalkan kedua anak tersayangnya itu.
          Namun hingga malam tiba, penebang kayu tidak kembali. Gretel mulai menangis. Hansel juga merasa takut tetapi dia berusaha menyembunyikan perasaannya dan menghibur sang adik.
"Jangan menangis, percayalah padaku, kita pasti bisa pulang ke rumah!" Ucap Hansel. Di bawah sinar bulan purnama, mereka lalu mengikuti deretan kerikil putih di tanah yang ditabur Hansel sepanjang perjalanan tadi.
          Mereka akhirnya bisa kembali ke rumah. Mereka lalu merayap masuk melalui jendela setengah terbuka. Hati-hati sekali agar tidak membangunkan orang tua mereka. Meski dingin dan lelah, mereka tetap bersyukur bisa pulang lagi dan  kembali terlelap tidur.
          Keesokan harinya, ibu tirinya yang mengetahui bahwa Hansel dan Gretel telah kembali, marah besar. Ia lalu menegur suaminya karena gagal melaksanakan perintahnya. Pemotong kayu yang lemah hanya diam tertunduk. Ibu tiri yang jahat itu lalu mengurung Hansel dan Gretel di kamar sepanjang hari tanpa makan cukup kecuali seteguk air dan roti. Setelah terjadi pertengkaran yang hebat, penebang kayu kembali membawa anak-anak ke hutan.
          Hansel yang tidak bisa keluar mencari kerikil, terpaksa tidak memakan rotinya, dan ketika berjalan melewati pepohonan, dia meletakkan remah-remah roti di tanah untuk menandai jalan. Tetapi bocah lelaki itu lupa kalau  burung-burung lapar banyak yang mencari makan di hutan. Burung-burung itu lalu memakan semua remah-remah roti. Sekali lagi, dengan alasan yang sama, penebang kayu meninggalkan kedua anaknya di tengah hutan belantara.
          "Jangan khawatir, seperti kemarin aku meninggalkan jejak di tanah sehingga kita bisa kembali ke rumah!" Bisik Hansel pada Gretel. Tetapi ketika malam tiba, mereka melihat semua remah-remah telah lenyap.
          "Aku takut!" tangis Gretel dengan getir. "Aku kedinginan dan lapar. Aku ingin pulang, Kak!"
          "Jangan takut. Aku di sini untuk menjagamu!" Hansel mencoba memeluk adiknya. Sepanjang malam kedua anak itu berkerumun untuk menghangatkan tubuh di bawah kaki pohon besar.
Ketika pagi menjelang, mereka mulai  mencari jalan pulang, tetapi semua usaha itu tidak berhasil. Mereka hanya berputar-putar di tempat itu. Namun tanpa kenal lelah, mereka terus mencoba. Keduanya lalu tiba di sebuah pondok aneh di tengah rawa.
          "Wow…ternyata dinding pondok ini terbuat dari cokelat!”Hansel tersentak ketika dinding pondok yang ia sentuh terkelupas dan ternyata adalah serutan coklat.
          "Dan ini ternyata adalah lembaran permen manis!" seru Gretel seraya memasukkan lembaran permen di mulutnya. Karena kelaparan tetapi senang, anak-anak mulai memakan potongan permen dan cokelat itu.
          Nah, ketika tengah asyik menikmati permen dan cokelat, si pemilik rumah keluar lalu mempersilahkan keduanya masuk.
          "Masuk! Masuk, kalian  tidak perlu takut!" lanjut wanita tua itu. Namun setelah kedua anak baik itu masuk ke rumah, si wanita tua yang ternyata adalah penyihir jahat langsung mengurung keduanya di dalam jeruji besi.
          "Oh, kasihan sekali! Tubuh kalian kurus sekali hanya tinggal kulit dan tulang!" kata penyihir itu, setelah mengunci Hansel  dan Gretel di dalam jeruji. “Aku akan menggemukkan kalian terlebih dahulu sebelum menjadi santapanku! "
          Untungnya, si nenek sihir memiliki penglihatan yang buruk. Setiap kali ia hendak mengecek lengan Hansel dan Gratel apakah sudah gemuk atau masih kurus. Keduanya selalu menjulurkan tulang ayam kecil sisa makanan mereka sehingga terasa kurus dan tidak gemuk-gemuk juga. Untuk sementara nyawa mereka aman.
          "Aduh…sudah aku beri makan tiap hari ternyata kamu masih terlalu kurus!" Keluh si nenek sihir. “Kapan kamu akan menjadi gemuk? "
          Lama-lama iapun bosan menunggu. "Nyalakan ovennya," katanya pada Gretel yang beberapa hari ini diminta untuk membantunya membersihkan rumah dan memasak makanan.
"Hari ini kita akan memiliki daging  panggang yang lezat!"
Beberapa saat kemudian, karena sudah lapar dan tidak sabar, dia melanjutkan,"Cepat lihat apakah ovennya sudah cukup panas."
Gretel mengeluh, "Aku tidak tahu apakah ini sudah cukup panas atau tidak?."
          Mendengar jawaban itu, Dengan marah, si penyihir menjadi marah,"Anak yang tidak berguna! Biar aku sendiri yang akan memeriksanya!"
Tetapi ketika penyihir itu membungkuk untuk mengintip ke dalam oven untuk memeriksa panasnya, Gretel mendorongnya dengan keras dan mengunci pintu oven. Penyihir itu tewas terpanggang di dalam ovennya sendiri.
Gretel lalu bergegas membebaskan kakaknya dan tinggal di pondok itu selama beberapa hari.  Di sana mereka menemukan sebuah peti berisi perhiasan emas dan permata yang sangat banyak jumlahnya.

          Mereka lalu pergi untuk mencari jalan pulang.  Dan ditengah perjalanan mereka berhasil bertemu dengan ayahnya yang juga tengah mencari mereka.
          "Setelah kepergian kalian, ibu tiri kalian lalu sakit-sakitan dan meninggal dunia. Pulanglah bersamaku sekarang, anak-anakku sayang!" ucap penebang kayu sambil memeluk kedua anaknya itu
          "Berjanjilah pada kami Ayah,  kau tidak akan pernah meninggalkan kami lagi," balas Gretel sambil melingkarkan lengannya di leher ayahnya. Sementara Hansel membuka peti harta karun.
          "Lihat, Ayah! Kita kaya sekarang ... Kamu tidak perlu memotong kayu lagi."
          Sejak saat itu, mereka semua hidup bahagia bersama selamanya.

Posting Komentar untuk "HANSEL DAN GRETEL (Cerita Dari Jerman) #hanselgretel #ceritarakyatjerman"