Alkisah dulu ada seorang penebang kayu
yang sangat miskin tinggal di sebuah pondok kecil di hutan bersama kedua
anaknya, Hansel dan Gretel. Istri pertamanya telah meninggal dunia ketika
anak-anak masih kecil. Maka dengan maksud agar anak-anak tidak terlantar karena
ada yang mengurus ketika ia pergi bekerja, ayah menikah lagi dengan seorang
janda tapi tidak memiliki anak. Sayangnya istri keduanya sering memperlakukan
anak-anak dengan buruk. Ia juga sering bertengkar dengan suaminya.
"Sial sekali! Hari ini makanan kita
telah habis. Padahal ada banyak perut yang harus diberi makan. Sebaiknya
anak-anak ini kita buang saja ke hutan agar makanan cukup untuk kita dan tidak
dihabiskan oleh mereka!" katanya dengan nada tinggi. Ia terus berusaha
membujuk suaminya untuk membuang anak-anaknya di hutan.
"Buang mereka jauh-jauh dari rumah sehingga
mereka tidak akan pernah menemukan jalan kembali! Siapa tahu seseorang akan
menemukan dan mau mengurus mereka!" perintah si istri tanpa perasaan sama
sekali. Penebang kayu yang tertunduk tidak tahu harus berbuat apa. Sementara
itu Hansel yang mendengar percakapan orang tuanya itu, mencoba menghibur sang
adik, Gretel.
"Jangan khawatir! Jika mereka
membuang kita ke hutan, kita pasti akan menemukan jalan pulang," katanya.
Ia lalu menyelinap keluar rumah. Hansel mengisi sakunya dengan kerikil putih
kecil, lalu kembali tidur.
Sepanjang malam, istri penebang kayu itu
terus-menerus menekan suaminya agar mau membuang Hansel dan Gretel ke hutan. Akhirnya ia
menuruti kemauan istrinya itu meski dengan sangat berat hati. Selama
perjalanan, Hansel menjatuhkan kerikil putih di sana-sini untuk menjadi
petunjuk jalan pulang.
“Kalian
tunggu di sini, ya? Jangan pergi kemana-mana sampai ayah kembali dari menebang
pohon,”perintah ayahnya dengan suara lirih menahan sedih karena harus
meninggalkan kedua anak tersayangnya itu.
Namun hingga malam tiba, penebang kayu
tidak kembali. Gretel mulai menangis. Hansel juga merasa takut tetapi dia
berusaha menyembunyikan perasaannya dan menghibur sang adik.
"Jangan menangis, percayalah
padaku, kita pasti bisa pulang ke rumah!" Ucap Hansel. Di bawah sinar
bulan purnama, mereka lalu mengikuti deretan kerikil putih di tanah yang
ditabur Hansel sepanjang perjalanan tadi.
Mereka akhirnya bisa kembali ke rumah.
Mereka lalu merayap masuk melalui jendela setengah terbuka. Hati-hati sekali
agar tidak membangunkan orang tua mereka. Meski dingin dan lelah, mereka tetap bersyukur
bisa pulang lagi dan kembali terlelap
tidur.
Keesokan harinya, ibu tirinya yang mengetahui
bahwa Hansel dan Gretel telah kembali, marah besar. Ia lalu menegur suaminya
karena gagal melaksanakan perintahnya. Pemotong kayu yang lemah hanya diam
tertunduk. Ibu tiri yang jahat itu lalu mengurung Hansel dan Gretel di kamar sepanjang
hari tanpa makan cukup kecuali seteguk air dan roti. Setelah terjadi
pertengkaran yang hebat, penebang kayu kembali membawa anak-anak ke hutan.
Hansel yang tidak bisa keluar mencari
kerikil, terpaksa tidak memakan rotinya, dan ketika berjalan melewati pepohonan,
dia meletakkan remah-remah roti di tanah untuk menandai jalan. Tetapi bocah
lelaki itu lupa kalau burung-burung
lapar banyak yang mencari makan di hutan. Burung-burung itu lalu memakan semua
remah-remah roti. Sekali lagi, dengan alasan yang sama, penebang kayu
meninggalkan kedua anaknya di tengah hutan belantara.
"Jangan khawatir, seperti kemarin
aku meninggalkan jejak di tanah sehingga kita bisa kembali ke rumah!" Bisik
Hansel pada Gretel. Tetapi ketika malam tiba, mereka melihat semua remah-remah
telah lenyap.
"Aku takut!" tangis Gretel
dengan getir. "Aku kedinginan dan lapar. Aku ingin pulang, Kak!"
"Jangan takut. Aku di sini untuk
menjagamu!" Hansel mencoba memeluk adiknya. Sepanjang malam kedua anak itu
berkerumun untuk menghangatkan tubuh di bawah kaki pohon besar.
Ketika pagi menjelang, mereka mulai mencari jalan pulang, tetapi semua usaha itu
tidak berhasil. Mereka hanya berputar-putar di tempat itu. Namun tanpa kenal
lelah, mereka terus mencoba. Keduanya lalu tiba di sebuah pondok aneh di tengah
rawa.
"Wow…ternyata dinding pondok ini terbuat
dari cokelat!”Hansel tersentak ketika dinding pondok yang ia sentuh terkelupas
dan ternyata adalah serutan coklat.
"Dan ini ternyata adalah lembaran
permen manis!" seru Gretel seraya memasukkan lembaran permen di mulutnya.
Karena kelaparan tetapi senang, anak-anak mulai memakan potongan permen dan
cokelat itu.
Nah, ketika tengah asyik menikmati permen
dan cokelat, si pemilik rumah keluar lalu mempersilahkan keduanya masuk.
"Masuk! Masuk, kalian tidak perlu takut!" lanjut wanita tua
itu. Namun setelah kedua anak baik itu masuk ke rumah, si wanita tua yang
ternyata adalah penyihir jahat langsung mengurung keduanya di dalam jeruji
besi.
"Oh, kasihan sekali! Tubuh kalian
kurus sekali hanya tinggal kulit dan tulang!" kata penyihir itu, setelah
mengunci Hansel dan Gretel di dalam
jeruji. “Aku akan menggemukkan kalian terlebih dahulu sebelum menjadi
santapanku! "
Untungnya, si nenek sihir memiliki
penglihatan yang buruk. Setiap kali ia hendak mengecek lengan Hansel dan Gratel
apakah sudah gemuk atau masih kurus. Keduanya selalu menjulurkan tulang ayam
kecil sisa makanan mereka sehingga terasa kurus dan tidak gemuk-gemuk juga. Untuk
sementara nyawa mereka aman.
"Aduh…sudah aku beri makan tiap hari
ternyata kamu masih terlalu kurus!" Keluh si nenek sihir. “Kapan kamu akan
menjadi gemuk? "
Lama-lama iapun bosan menunggu. "Nyalakan
ovennya," katanya pada Gretel yang beberapa hari ini diminta untuk
membantunya membersihkan rumah dan memasak makanan.
"Hari ini kita akan memiliki
daging panggang yang lezat!"
Beberapa saat kemudian, karena sudah lapar
dan tidak sabar, dia melanjutkan,"Cepat lihat apakah ovennya sudah cukup
panas."
Gretel mengeluh, "Aku tidak tahu
apakah ini sudah cukup panas atau tidak?."
Mendengar jawaban itu, Dengan marah, si
penyihir menjadi marah,"Anak yang tidak berguna! Biar aku sendiri yang
akan memeriksanya!"
Tetapi ketika penyihir itu membungkuk
untuk mengintip ke dalam oven untuk memeriksa panasnya, Gretel mendorongnya
dengan keras dan mengunci pintu oven. Penyihir itu tewas terpanggang di dalam
ovennya sendiri.
Gretel lalu bergegas membebaskan
kakaknya dan tinggal di pondok itu selama beberapa hari. Di sana mereka menemukan sebuah peti berisi
perhiasan emas dan permata yang sangat banyak jumlahnya.
Mereka lalu pergi untuk mencari jalan
pulang. Dan ditengah perjalanan mereka
berhasil bertemu dengan ayahnya yang juga tengah mencari mereka.
"Setelah kepergian kalian, ibu tiri
kalian lalu sakit-sakitan dan meninggal dunia. Pulanglah bersamaku sekarang, anak-anakku
sayang!" ucap penebang kayu sambil memeluk kedua anaknya itu
"Berjanjilah pada kami Ayah, kau tidak akan pernah meninggalkan kami
lagi," balas Gretel sambil melingkarkan lengannya di leher ayahnya. Sementara
Hansel membuka peti harta karun.
"Lihat, Ayah! Kita kaya sekarang ...
Kamu tidak perlu memotong kayu lagi."
Sejak saat itu, mereka semua hidup
bahagia bersama selamanya.
Posting Komentar untuk "HANSEL DAN GRETEL (Cerita Dari Jerman) #hanselgretel #ceritarakyatjerman"