Dahulu kala di sebuah kerajaan di Maroko
hiduplah seorang putri yang cantik jelita. Suatu hari ketika ia sedang mengendarai
kereta menuju ke kota, tiba-tiba langit terbuka lalu seekor naga turun dan
menculiknya. Ternyata naga itu adalah suruhan penyihir jahat yang ingin
menguasai kerajaan.
Mengetahui
putrinya diculik, maka raja membuat sayembara kepada siapapun yang bisa
menemukan dan menyelamatkan sang putri maka ia akan dijadikan menantunya jika
seorang laki-laki, sementara jika ia seorang perempuan akan dijadikan anak
angkatnya.
Kabar mengenai penculikan sang putri
dan sayembara yang diselenggarakan raja menyebar dengan cepat. Orang-orang
terutama para pangeran sakti berdatangan untuk mengikuti sayembara. Namun
mereka selalu kembali dengan tangan hampa. Hampir semuanya menyerah dan tidak
sanggup meneruskan perjuangan dalam membebaskan sang putri.
“Tidak akan ada yang sanggup
menghadapi semua rintangan dan cobaan dari si penyihir jahat!”keluh mereka.
Waktu berlalu dengan cepat. Hari
berganti hari, bulan berganti tahun, namun
sayembara itu masih belum bisa dituntaskan oleh siapapun. Hingga pada suatu hari seorang pemuda yatim
piatu miskin bernama Abbas memutuskan untuk pergi ke kota mencari pekerjaan. Perjalanan penuh melelahkan
ia jalani dengan tekad dan ketegaran hati demi merubah nasib.
Setelah berjalan sepanjang hari, tibalah
Abbas di sebuah reruntuhan bangunan tinggi menjulang yang kini mulai rapuh. Karena
hujan mulai turun, Abbas memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di tempat
ini.
Abbas mengira bangunan rusak itu masih
ada penghuninya. Maka dia mengetuk pintu yang belum rusak parah. Sayang tidak
ada jawaban. Abbas lalu dengan hati-hati
berjalan masuk dan memanggil ke dalam kegelapan, "Apakah ada orang di
rumah ini?"
Tiba-tiba saja, keluarlah dari
kegelapan, sebuah tangan yang membawa lilin menyala melayang ke arah Abbas.
Jari-jari tangan itu melambai meminta Abbas untuk mendekat. Abbas adalah pemuda
yang pemberani. Ia tidak takut dengan penampakan tanpa tubuh dan kepala itu. Ia
lalu berjalan mantap ke arah penampakan tangan itu. Abbas lalu berjalan mengikuti
tangan itu menuruni sebuah tangga yang menurun.
Betapa
terkejutnya Abbas karena ia kini telah berada disebuah ruangan megah menyerupai
istana yang berada di bawah tangga. Lantai ruangan tertutup oleh permadani
mewah dan mahal. Sementara di tengah ruangan terdapat sebuah meja besar dan
panjang yang sarat dengan beraneka makanan lezat dan buah-buahan segar
menggiurkan.
Abbas yang kelaparan tanpa pikir
panjang lagi ia mulai makan sampai kenyang. Selesai makan ia lalu memperhatikan
tangan di sampingnya. Jari-jari tangan itu kembali memberikan isyarat agar
Abbas mengikutinya lagi. Kali ini Abbas diajak menyusuri lorong yang menuju ke
ruangan lainnya. Ia lalu sampailah di kamar tidur besar mewah. Diatas ranjang
tersedia selimut dari sutera yang lembut dan wangi. Abbas lalu naik ke tempat
tidur. Iapun tidur nyenyak sepanjang malam itu, hingga tangan itu menepuk pundaknya saat fajar tiba
keesokan harinya.
Abbas terbangun dengan perasaan segar
dan kuat. Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara. "Kau pria yang pemberani,"
kata suara itu. "Kau adalah orang pertama yang berani mengikutiku. Tidak lari
ketika hanya melihat tanganku saja. Aku berjanji akan memberimu banyak hadiah
jika kau mau menunggu dengan sabar selama tiga malam berikutnya tanpa melarikan
diri atau meminta bantuan pada siapapun!."
Tak disangka ternyata Abbas setuju
dengan perjanjian itu. "Aku berjanji akan bertahan disini hingga tiga
malam berikutnya," katanya, meskipun dia tidak tahu apa maksud dari semua
ini. Baginya tinggal di istana itu sudah sangat menyenangkan daripada ia
tinggal diluar. Di pinggir jalan. Berselimutkan dinginnya malam yang menusuk
tulang.
Malam itu iapun berpesta lagi. Makan dan
minum sepuasnya seorang diri. Dan sekali lagi ia kembali tidur di ranjang besar
yang hangat. Namun pada tengah malam dia mendengar suara berderit dan pintu kamar terbuka dengan kasar. Lalu masuklah
beberapa orang prajurit membawa pukulan dari kayu. Mereka lalu mulai memukuli
Abbas dengan sangat kejam. Namun Abbas tidak lari atau berteriak. Ia menepati
janji. Saat fajar, para prajurit itupun
pergi. Lalu tangan misterius itu muncul kembali.
Kali ini tangan itu membawa salep dan balsam
serta obat-obatan cair untuk mengobati luka dan memar yang dialami Abbas. Hebatnya
dalam beberapa menit luka-luka itu bisa sembuh.
Malam kedua hal yang sama terjadi lagi.
Namun lagi-lagi Abbas tidak lari atau berteriak hingga fajar tiba tangan itu datang
kembali dan menyembuhkan lukanya.
Pada malam ketiga, para prajurit yang memukul Abbas bahkan bertindak lebih kejam,
tetapi sekali lagi Abbas mematuhi janjinya untuk tidak kabur, tidak mengeluh atau melarikan diri. Ia lalu
diobati oleh tangan misterius itu. Ia juga diajari sejumlah mantera gaib yang
ia sendiri tidak tahu apa fungsinya.
Maka dihari keempat, Abbas menunggu dengan penuh
ketegangan, tetapi para prajurit kejam itu tidak muncul. Begitu juga dengan
tangan itu tidak muncul hingga fajar menyingsing. Dia menunggu satu jam, dua
jam, tiga jam lamanya hingga akhirnya
seorang wanita cantik jelita muncul. Rupanya wanita itu adalah pemilik tangan
yang mengobati luka-lukanya dengan balsem ajaib.
Abbas terpesona. Ia tidak bisa
mengalihkan pandangan dari wajah wanita muda yang sangat cantik ini. "Kamu
siapa?" tanya Abbas keheranan.
Wanita muda itu lalu memberi tahu
Abbas tentang hari ketika ia diculik oleh naga-naga raksasa suruhan penyihir
jahat. "Aku seorang putri," katanya dan saat dia menyelesaikan
kisahnya, wanita itu menghilang.
Abbas yang mengenakan pakaian
compang-camping kini hanya berdiri
termangu di atas reruntuhan istana. Tiba-tiba saja ia ingin menemukan sang
putri. Namun ia bingung. Ia tidak punya uang, tidak punya kuda dan tidak punya
teman untuk membantu. Meski demikian tekadnya sudah bulat. Maka pencarian sang putri
itupun dimulai.
Sementara itu, berkat bacaan mantera
Abbas, sang putri kini telah bebas dari belenggu penyihir jahat. Naga yang menculiknyapun membawanya kembali
ke istana. Di sana, sang putri menunggu dengan penuh kesabaran. Dia ingat
pemuda miskin bernama Abbas itu pasti
akan bisa menemukannya. Karena ternyata ayahnya telah menjodohkan sang putri dengan
salah satu pangeran yang hendak menolongnya dulu.
Pada hari pernikahan mereka, ketika sang
putri sedang menunggang kuda ditemani pelatihnya, ia melihat seorang pemuda
berdiri di gerbang istana. Seorang pemuda miskin dengan pakaian
compang-camping.
Seketika dia mengenali wajah pemuda
itu. Dia adalah Abbas, pemuda yang telah membebaskannya dari mantera penyihir
jahat. Air mata bahagia sang putri menetes tak terbendung membasahi pipinya
yang halus.
"Berhenti!" Putri lalu
berbalik menuju ke pangeran calon suaminya. "Beberapa waktu lalu aku
kehilangan kunci kotak perhiasan sehingga harus membuat yang baru," katanya
"Namun sekarang aku telah menemukan
kunci yang lama. Jadi sebaiknya kunci mana yang harus aku gunakan, pangeran?"
"Yang lama, tentu saja,"
kata sang pangeran. "Yang asli selalu yang terbaik."
"Aku setuju," kata sang
putri. Ia lalu mengajak Abbas menemui sang pangeran.
"Ketika aku berbicara tentang
kunci yang lama," ucapnya kepada sang pangeran, "Inilah yang aku
maksud. Ketika tidak ada pangeran yang cukup berani untuk menyelamatkanku, pria
miskin ini melakukannya, sehingga ia berhasil menyelamatkan dan memenangkan
hatiku."
Maka sang putri lalu menikah dengan
Abbas. Mereka hidup bahagia selamanya.
Posting Komentar untuk "Putri Raja Menikah Dengan Pemuda Miskin (Cerita dari Maroko) #putriraja #pemudamiskin #maroko"