Siapa yang
tidak kenal kota Bandung? Semua pasti tahu ibukota propinsi Jawa Barat ini.
Namun tidak semua tahu asal mula kota ini. Berikut kisahnya.
Dulu di
pinggiran sungai Citarum ada seorang lelaki tua yang tinggal dengan anak semata
wayangnya bernama Sekar. Putrinya sangat cantik dan jadi pujaan banyak pemuda.
Namun, Empu Wisesa, nama lelaki tua tersebut membuat mereka segan untuk
mendekat. Itu karena Empu Wisesa memiliki ilmu kesaktian tingkat tinggi yang
sulit ditandingi.
Empu Wisesa
tidak tinggal sendiri. Ia ditemani dua orang muridnya bernama Jaka dan Wira
yang ia temukan ketika terjadi letusan Gunung Tangkuban Perahu beberapa waktu
silam. Kedua bayi malang itu ia selamatkan lalu dirawat hingga besar. Mereka
juga digembleng ilmu kanuragan untuk melindungi diri.
Kedua pemuda
itu punya kelebihan sendiri-sendiri. Jaka sangat tampan dan pintar
berkomunikasi, namun kurang tekun dalam belajar. Sedangkan Wira biasa saja tapi
ia sangat rajin belajar dan tidak mudah berputus asa.
Meskipun
begitu mereka tetap rukun saling mengasihi satu sama lain. Taat dan patuh
terhadap Empu Wisesa yang telah menyelamatkan hidup mereka berdua. Hanya saja
persaudaraan itu terancam putus karena ternyata keduanya mencintai orang yang
sama yaitu Sekar, putri gurunya sendiri.
Empu Wisesa
ternyata telah mengetahui perasaan kedua muridnya itu. Dan ia lebih menyukai
Jaka karena tampan serta pintar bergaul. Apalagi Jaka terlebih dahulu melamar
Sekar. Ia yakin putrinya pasti setuju dengannya.
Namun
harapan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Keesokan harinya ketika hal itu
disampaikan kepada Sekar, jawaban sang anak sungguh bagai petir di siang
bolong.
“Maaf, Ayah.
Sekar hanya ingin menikah dengan Wira. Selain itu tidak,”jawab Sekar tegas.
Empu Wisesa
dengan ketenangannya memang berusaha untuk tidak marah. Ia mencoba mencari cara
agar tidak menyakiti hati kedua muridnya yang sama-sama ia sayangi. Maka
dipanggillah Jaka dan Wira menghadap untuk memecahkan masalah itu.
“Aku tahu
keputusanku ini tidak adil. Tapi tidak mungkin Sekar menikah dengan kalian
berdua. Harus ada satu yang dipilih. Nah, agar adil maka aku buat sayembara
saja. Siapa yang dapat memadamkan lahar panas Gunung Tangkuban Perahu, maka dia
yang berhak menjadi suami anakku, Sekar,”jelas Empu Wisesa dihadapan keduanya.
Mendengar
sayembara itu, nyali Jaka langsung ciut. Dalam hati tidak mungkin hal itu bisa
dilaksanakan. Maka meskipun bersedia, namun ia lebih memilih untuk
bersenang-senang dan tidak pernah kembali lagi setelah itu.
Sedangkan
Wira terus berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa memadamkan lahar yang
setiap saat bisa meleleh membanjiri desa-desa dibawahnya.
“Karena api
hanya bisa dipadamkan dengan air, maka aku akan membendung Sungai Citarum
sehingga airnya bisa dialirkan untuk menggenangi lahar Gunung Tangkuban Perahu
ini,”ucap Wira dalam hati.
Setelah para
penduduk dan hewan ternak diungsikan, dengan kesaktiannya, ia lalu merobohkan
sebuah bukit untuk membendung Sungai Citarum. Lama-kelamaan setelah air menggenang, lahar
panaspun menjadi dingin. Lalu daerah itu berubah menjadi danau. Masyarakat
menyebutnya Danau Bendung.
Akhirnya
Wira pun menikah dengan Sekar dan hidup bahagia hingga memiliki banyak
keturunan. Mereka lalu menempati Danau Bendung yang telah mengering dan menjadi
subur tanahnya.
Tempat itu
semakin ramai dengan kehadiran banyak pendatang. Daerah itu kemudian diberi
nama Bandung yang berasal dari kata bendung atau bendungan yang dibuat Wira.
Banyak orang percaya jika penduduk asli kota Bandung adalah keturunan Wira dan
Sekar.
Posting Komentar untuk "ASAL USUL KOTA BANDUNG #bandung"