Di Aceh, dahulu kala ada seorang bangsawan yang sangat
dekat dengan dua orang temannya bernama Lesamana dan Pedanelam. Sayangnya kedua
orang ini punya sifat buruk dan tentu saja sering mempengaruhi bangsawan dengan
hasutan-hasutannya yang jahat.
Apalagi
pada saat itu istrinya sedang mengandung. Nah kedua orang itupun mempengaruhi
bangsawan agar membunuh anaknya jika lahir perempuan. Malah jika bisa dijadikan
santapan bersama. Jadi hanya anak laki-laki saja yang boleh dipelihara.
Celakanya,
bangsawan itu percaya saja dengan hasutan jelek dari kedua teman dekatnya itu.
Hal itu tentu saja membuat istri bangsawan menjadi was-was. Karena mau
laki-laki atau perempuan buat dia tidak masalah. Semuanya adalah anak mereka
yang ia kandung selama sembilan bulan lamanya. Ia tidak akan rela jika bayi
malang itu dibunuh.
Dan
kekhawatirannya menjadi kenyataan. Bayi yang lahir ternyata perempuan. Sang Ibu
lalu pergi ke hutan dan memanjat pohon gelumpang yang besar untuk
menyembunyikan bayi perempuan itu di sana.
Ia lalu
menyembelih kambing dan menghidangkannya untuk suami dan dua sahabatnya yang
jahat. Mereka berdua baru pulang dari Pulau Pinang.
“Ini
adalah gulai daging anak kita. Seperti pesan Kanda jika anak kita perempuan
maka di masak untuk hidangan bersama,”jelas istrinya berbohong demi
menyelamatkan bayinya tercinta.
Sayangnya
ketika bangsawan dan dua orang temannya makan dengan lahap, terdengar seekor
burung elang bersuara dengan jelas bahwa sesungguhnya yang mereka makan bukan
daging bayi tapi daging seekor kambing muda.
Maka
bangsawan menjadi murka dan mengancam akan membunuh istrinya jika ia tidak segera mengambil bayi perempuan
mereka. Maka dengan langkah yang berat iapun menemui anaknya di hutan.
“Ibu,
bilang pada Ayah, aku belum bisa pulang karena sedang menanam kapas,”jawab
anaknya yang kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa dari atas pohon gelumpang.
Ibunyapun
pulang dan mendapati suaminya marah sekali mendengar jawaban itu. Iapun
menyuruh istrinya kembali ke hutan untuk menjemput sang anak. Namun hingga
berulang-ulang hal itu terjadi, anaknya masih tidak mau pulang.
Alasannya banyak.
Mulai dari menunggu pohon kapas berbunga hingga
kesibukannya memetik kapas untuk
kemudian memintalnya menjadi pakaian.
“Nah,
sekarang baju dan celana Ayah sudah jadi kutenun. Maka mintalah Ayah untuk
menjemputku. Untuk naik kemari jangan lupa membawa tangga yang tinggi,”pesan
anaknya pada ibunya yang sudah kelelahan bolak-balik ke hutan.
Bangsawan
bersama istrinya lalu kembali ke hutan dengan ditemani oleh Lesamana dan
Pedanalam. Ia lalu membuat tangga yang terbuat dari pedang. Ibunya kemudian
meminta anak mereka yang kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa itu untuk
turun.
Dengan
hati-hati anak perempuan itu turun. Setiap langkah kakinya menuruni tangga dari
pedang itu, sang ayah selalu menyumpitnya. Sumpit berurutan mengenai kepala,
telinga, dada, pinggang, perut, paha hingga terakhir kakinya. Ibunya bilang sumpit yang mengenai tubuhnya
adalah perhiasan hadiah dari ayahnya.
Anehnya ia
tidak mengalami cedera sama sekali. Hal itu membuat Ayahnya mencari cara lain
untuk membunuhnya. Ia lalu berniat memancung anaknya setibanya nanti di rumah.
“Ayah,
sebelum engkau memancungku sebaiknya Ayah mendirikan pohon pisang di sampingku,”pinta
anaknya itu yang disanggupi oleh bangsawan. Ia juga meminta ayahnya memejamkan
matanya ketika akan menebas lehernya dengan pedang.
Ketika
bangsawan memejamkan mata, anak gadis yang cerdik itu lalu meloncat mundur dan
bersembunyi di semak-semak sekitar rumah mereka. Baju dan celana yang ia tenun
untuk ayahnya tersangkut di batang pohon pisang. Baju dan celana itupun robek
oleh sabetan pedang.
Melihat
baju dan celana yang ditenun dengan indah itu, bangsawan menjadi sadar akan
kebaikan putrinya. Meskipun hendak dibunuh, anaknya itu ternyata tidak marah. Ia
justru menenun baju yang cantik untuknya.
Bangsawanpun
sadar ia telah kena pengaruh buruk kedua sahabatnya yang jahat. Ia lalu
membunuh Lesamana dan Pedanelam sebelum akhirnya ia juga mati bunuh diri dengan
pedangnya itu.
Anaknya
dan istri tercintanya tidak mampu mencegah kejadian memilukan itu. Akhirnya mereka
hidup bahagia sepeninggal bangsawan. Sejak saat itu anak gadis yang cantik dan
baik hati itu terkenal dengan sebutan Putri Pucuk Gelumpang.
Posting Komentar untuk "Putri Pucuk Gelumpang #pucukgelumpang #aceh"