Pada jaman dulu, ada seorang anak
yang bandel bernama Raja. Ia tinggal bersama orang tuanya di sebuah desa di
Nusa Tenggara Timur. Selain bandel, anak ini juga keras kepala. Apa yang
diinginkan harus dituruti. Jika tidak ia akan mengamuk sejadi-jadinya.
Hal
ini tentu saja membuat repot kedua orang tuanya. Padahal mereka termasuk orang
biasa dengan kehidupan sederhana.
Pada
suatu hari, ibunya tengah memintal benang untuk dibuat baju baru bagi Raja.
Anak itu tentu senang bukan main mendengar hal tersebut. Tiap hari ditanyakan. Berharap
cepat selesai dan bisa dipakai. Ibunya sampai bosan menjawab pertanyaan Raja.
“Raja
untuk membuat satu baju itu tidak mudah. Waktunya lama karena harus dipintal
satu persatu. Kamu lihat sendiri bukan tiap hari Ibu sempatkan untuk memintal. Padahal
Ibu juga punya pekerjaan lainnya. Tentu jadi bertambah lama selesainya,”jelas
Ibu panjang lebar.
Raja
jadi menyesal mendengar penjelasan Ibu. Kini ia sadar dengan sikapnya yang
kurang sabar. Ia benar-benar menyesal hingga terbawa mimpi. Dalam mimpinya ia
ditemui seorang kakek berjubah putih.
“Kenapa
cemberut anak muda? Apa yang meresahkan hatimu saat ini?”tanya Kakek ramah. Senyum
tersungging di bibirnya yang keriput.
Raja
lalu menceritakan semua kejadian yang dialaminya beberapa hari terakhir. Ia juga
mengungkapkan penyesalannya yang dalam karena selama ini telah begitu sering
merepotkan kedua orang tuanya.
“Kau
harus menebus kesalahanmu itu, Nak. Besok pagi, berjalanlah ke arah timur
hingga kamu menemukan sebuah gua. Lakukan dalam diam. Jangan pernah bersuara,”pesan
Kakek lalu menghilang dari hadapan Raja.
Raja
menuruti perintah Kakek misterius itu. Keesokan harinya, di pagi buta ia sudah
mengendap-endap keluar dari rumah. Ia berjalan terus menuju ke timur. Melewati sungai,
lembah dan hutan belantara hingga pada akhirnya ia bisa menjumpai sebuah gua. Dengan
penuh percaya diri ia masuk ke dalam. Ternyata sosok Kakek dalam mimpinya telah
menunggunya di dalam. Kakek itu lalu memberinya segenggam biji kapas agar di
tanam oleh Raja. Ia juga berpesan agar meminta maaf terlebih dahulu pada kedua
orang tuanya atas semua kesalahan yang ia perbuat selama ini. Setelah itu sosok
kakek itu menghilang dan berubah menjadi seekor ular. Raja yang ketakutan
segera bergegas meninggalkan tempat itu.
Raja
lalu menanam biji kapas itu. Dalam waktu seminggu tanaman itu sudah tumbuh
dengan cepat. Namun anehnya buahnya bukanlah seperti kapas kebanyakan melainkan
berupa gulungan kain menyerupai buatan ibunya. Kedua orang tuanya sangat gembira. Kain-kain itu dipetik lalu dikumpulkan untuk di jual di
pasar. Dalam sekejap mereka menjadi orang yang kaya raya. Raja kini juga
memelihara banyak kambing.
Pada
suatu hari seekor kambing miliknya ada yang hilang. Iapun mencari kesana
kemari. Ia terus berjalan semakin jauh untuk mencari kambingnya itu. Tanpa sadar
langkahnya sampai di depan gua yang ia masuki dulu. Raja menyerah. Ia berniat
untuk kembali ke rumah. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar ada suara
gadis-gadis di dalam gua. Ramai sekali.
Raja
yang penasaran memberanikan diri masuk ke dalam gua. Ternyata ada tujuh orang
gadis yang sedang mandi di dalam telaga yang airnya jernih sekali di dalam gua
tersebut. Raja lalu mengambil sebuah pakaian dan menyimpannya di sela-sela
bebatuan.
Ia
menunggu mereka selesai mandi. Setelah selesai mereka lalu bersiap-siap untuk
pulang. Namun seorang diantaranya menangis sedih karena pakaian miliknya
hilang. Tentu saja ia tidak berani pulang tanpa mengenakan apa-apa.
Dalam
suasana kalut, Raja berpura-pura menjadi pahlawan. Ia masuk dengan membawa kain
yang sebenarnya ia sembunyikan tadi. Tentu saja, gadis cantik yang ternyata si
bungsu itu senang bukan main.
Mereka
lalu mengajak Raja menemui orang tuanya yang ternyata sudah ia kenal dengan
baik. Ayah mereka adalah kakek ular dalam mimpinya Raja yang telah memberinya
segenggam biji kapas.
“Terimakasih,
Nak, sudah menolong anakku. Atas kebaikanmu itu, aku akan menikahkanmu dengan
anakku Si Bungsu,”ucap Kakek itu dengan gembira. Raja tentu tidak menolak
rencana tersebut. Meski ia tahu istrinya
ternyata adalah jelmaan ular. Mereka lalu menikah dan tinggal terpisah di rumah
yang baru.
Pada
suatu hari, ada seorang warga yang tidak sengaja melihat istrinya Raja dalam
sosok seekor ular. Saat itu Raja sedang bercakap-cakap dengan istrinya
tersebut. Orang itu lalu melaporkan apa yang dilihatnya kepada warga. Mereka
lalu beramai-ramai menuju rumah itu. Tanpa basa-basi lagi, rumah itupun dibakar
hingga habis tak bersisa. Raja dan istrinya yang ada di dalam tidak sempat
menyelamatkan diri. Mereka ikut tewas terpanggang.
Keluarga
Si Bungsu tentu saja tidak terima dengan perlakuan warga. Mereka lalu melakukan
pembalasan. Dengan bantuan seekor kepiting raksasa, mereka yang kini telah
berubah menjadi ular raksasa mengguncang perut bumi sehingga terjadi gempa
besar. Desa menjadi hancur berantakan.
Tak
lama kemudian, muncul sebuah gundukan dari desa yang hancur tersebut. Lama
kelamaan gundukan tersebut semakin tinggi lalu berubah menjadi sebuah gunung.
Masyarakat memberinya nama Gunung Mauraja.
Posting Komentar untuk "GUNUNG MAURAJA (Cerita Dari NTT) #gunungmauraja"