Dahulu
kala, ketika Pulau Sumatera dan Pulau Jawa masih menyatu, ada sebuah kerajaan
yang dipimpin oleh Prabu Rakata. Raja sangat tegas namun bijaksana. Rakyat
hidup aman dan tenteram. Mereka bisa bekerja dengan tenang. Mereka sangat
hormat pada Prabu Rakata. Namun demikian, raja kian hari semakin berumur. Ia
tidak akan bisa memimpin selamanya. Apalagi ternyata raja memiliki dua orang
putra. Keduanya telah tumbuh dewasa. Mereka siap menggantikan ayahandanya jika
sudah tiada kelak.
Pada
suatu hari, Prabu Rakata memanggil keduanya. Ada sesuatu yang sangat penting
yang akan beliau sampaikan pada mereka. Kedua putra raja yaitu Pangeran Sundana
dan Pangeran Tapabaruna datang menghadap dengan penuh rasa penasaran. Tidak ada
yang berani menatap wajah ayahnya itu.
“Anakku,
kalian kan tahu, Ayah telah bertahun-tahun lamanya memimpin kerajaan ini. Sekarang
aku sudah semakin tua. Tenagaku sudah tidak sebagus dulu lagi. Ayah ingin
istirahat untuk menenangkan diri di tempat yang jauh dari keramaian. Oleh
karena itu kerajaan ini akan aku serahkan pada kalian berdua,”jelas Prabu
Rakata dengan suara bergetar.
Kedua
pangeran tentu saja kaget bukan main mendengar pernyataan ayahandanya itu. Namun
keputusan raja tidak bisa diganggu gugat. Mereka mau tidak mau harus menerima
keputusan itu.
Prabu
Rakata lalu membagi kerajaannya menjadi dua. Hal itu untuk menghindari
terjadinya perang saudara. Pangeran Sundana mendapatkan wilayah timur sedangkan
bagian barat milik Pangeran Tapabaruna. Keduanya setuju. Raja senang tidak ada
keberatan atau sanggahan dari mereka.
Ia
lalu meninggalkan kerajaan untuk memulai tapa brata. Meninggalkan dunia untuk
mencari ketenangan batin dan dekat dengan sang pencipta. Hal itu berlangsung
hingga beberapa waktu lamanya. Hingga pada suatu hari, ia mendengar kabar dari
salah seorang prajurit kepercayaannya bahwa kedua putranya terlibat peperangan.
Pangeran
Sundana menyerang Pangeran Tapabaruna untuk menguasai wilayah kekuasaan saudara
kandungnya tersebut. Prabu Rakata dengan sangat berat hati akhirnya kembali ke
kerajaan. Ia tidak ingin peperangan berlanjut. Harus dihentikan karena itu akan
sangat merugikan kedua belah pihak. Ia lalu mengirim utusan agar kedua putranya
menghadap. Pangeran Sundana dan Pangeran Tapabaruna lalu menghentikan serangan
masing-masing.
“Aku
sudah berusaha seadil mungkin pada kalian tapi ternyata sifat iri dan tamak
telah membuat kalian hilang akal. Sekarang kalian kembalilah kerajaan
masing-masing!”ucap Prabu Rakata sambil menahan emosinya.
Setelah
itu ia mengisi guci kesayangannya dengan air laut. Air itu disiramkan di
perbatasan kedua kerajaan. Sementara gucinya diletakkan di tengahnya. Tak lama
kemudian muncullah gempa besar yang membuat wilayah itu terbelah menjadi dua. Itulah
asal mula Selat Sunda. Sementara guci yang diletakkan di tengahnya berubah
menjadi sebuah gunung. Masyarakat menyebutnya Gunung Krakatau.
Posting Komentar untuk "ASAL MULA SELAT SUNDA DAN GUNUNG KRAKATAU #selatsunda #krakatau"