Pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang cukup
aneh di Kampung Abbo, Kecamatan Bantimurung, Sulawesi Selatan. Kerajaan ini
adalah kerajaan kera yang dipimpin oleh Raja Toakala atau I Marakondang.
Meskipun kera, ia bisa berbicara seperti manusia. Sosoknya tinggi besar dan
bulunya putih.
Raja kera ini sangat suka berburu. Hampir setiap
saat ia pergi ke hutan untuk berburu rusa, babi dan binatang lainnya. Hingga
suatu hari ketika tengah berburu, ia melihat ada seorang wanita cantik sekali
yang tengah mandi di sekitar air terjun Bantimurung.
Siapakah wanita itu? Oh, ternyata dia bukan wanita
sembarangan. Namanya I Bissu Daeng, putri dari Kerajaan Pattiro. Kulitnya putih
halus dan rambutnya panjang terurai. Toakala langsung jatuh cinta padanya. Ia
lalu mengirim utusan ke Kerajaan Pattiro untuk meminang gadis pujaannya itu. Namun
lamarannya di tolak mentah-mentah oleh Raja.
“Bilang pada rajamu agar mau berkaca diri. Anakku
yang cantik jelita ini tidaklah pantas menikah dengan seekor kera. Malu aku
punya menantu seekor kera,”ucap Raja dengan nada tinggi.
Utusan itu lalu kembali dan menceritakan hal
tersebut pada Toakala. Murkalah si Raja Kera. Ia lalu menculik paksa I Bissu
Daeng dari kerajaan. Sayangnya penculikan itu berhasil digagalkan oleh seekor
ular sanca raksasa.
Toakala akhirnya menyiapkan seluruh rakyatnya untuk
menggempur Kerajaan Pattiro. Namun serangan itu gagal kembali setelah utusan
dari Kerajaan Pattiro datang untuk berunding. Hasilnya Toakala akan diterima
jika ia datang melamar secara baik-baik dengan seluruh rakyatnya.
Toakala senang sekali dengan kesepakatan tersebut.
Impiannya untuk segera bersatu dengan gadis pujaannya akan menjadi kenyataan.
Ia tidak tahu jika itu hanyalah siasat licik Raja Pattiro untuk menyingkirkan
dirinya secara halus.
Setibanya mereka di Kerajaan Pattiro, Toakala dan
rakyatnya di jamu di sebuah ruangan yang terbuat dari jerami yang direkatkan
dengan getah pinus. Dan ketika mereka tengah asyik menikmati hidangan, ruangan
itu dibakar dari luar oleh para prajurit Pattiro sehingga semuanya tewas
terpanggang. Namun khusus Toakala, ia berhasil selamat karena memiliki
kesaktian yang tinggi. Ia melarikan diri dengan membawa seekor kera betina
hitam yang kebetulan sedang hamil.
Mereka lalu lari ke dalam hutan. Kera betina hitam
tersebut meskipun selamat, ia kehilangan ekornya yang terbakar habis. Kera
itulah yang kemudian beranak pinak kembali hingga sekarang masih bisa ditemui
di daerah tersebut. Sementara Toakala yang kecewa dan merasa bersalah memilih
mengasingkan diri ke sebuah goa di Bantimurung untuk bertapa.
Di sisi yang laing, I Bissu Daeng yang merasa
bersalah atas tewasnya ratusan kera itu lalu melepas kutukan pada anak
keturunannya tidak memiliki wajah secantik dirinya. Jika ada, masyarakat di
dusun Pattiro yang berwajah secantik dirinya sekarang, diyakini wanita tersebut
tidak akan berumur panjang.
Posting Komentar untuk "Legenda Kera Toakala Dari Maros #kera #Maros"