BAWANG MERAH dan BAWANG PUTIH #bawang


           Alkisah dahulu kala di sebuah desa hiduplah sepasang suami istri yang memiliki dua orang anak bernama Bawang Merah dan Bawang Putih. Bawang Putih yang lebih tua adalah saudara tiri dari Bawang Merah. Ia adalah anak bawaan ayahnya dari istri sebelumnya yang sudah meninggal.
Keluarga, Mama, Putri, Bayi, Remaja            Sang ayah yang sibuk berdagang jarang ada dirumah karena selalu berkeliling ke luar kota dan hanya pulang tiga hari sekali sehingga ia tidak mengetahui betapa kejam perangai istri dan anaknya, Bawang Merah, terhadap Bawang Putih yang rajin dan penurut.
            Mereka berdua memperlakukan Bawang Putih seperti seorang pembantu. Hanya ketika ayahnya ada di rumah mereka pura-pura bersikap baik namun setelah itu Bawang Putih dipaksa melakukan hampir semua pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, mencuci baju hingga membersihkan rumah semua dilakukan oleh Bawang Putih. Ibu dan adiknya hanya duduk-duduk dan bersenang-senang saja kerjanya setiap hari.
            Pada suatu hari ketika ibunya dan Bawang Merah pergi untuk berbelanja ke pasar, Bawang Putih sibuk mencuci pakaian di sungai tidak jauh dari rumah mereka. Meski lelah dan capek, Bawang Putih tidak pernah mengeluh. Ia sudah terbiasa bekerja keras sehingga ia tabah saja menjalani hal itu.
            Namun karena kurang hati-hati, salah satu baju ibunya ternyata hanyut terbawa arus sungai yang cukup deras. Bawang Putih menjadi  cemas bukan main. Ia pasti akan dimarahi habis-habisan jika pulang tanpa membawa pakaian tersebut.
            Akhirnya, Bawang Putih memutuskan untuk mencarinya dulu sampai ketemu sebelum pulang ke rumah. Iapun berjalan menyusuri sungai berkilo-kilo meter jauhnya. Di setiap jalan ia terus bertanya tentang pakaian ibunya itu kepada orang yang ia temui. Namun hasilnya nihil. Hampir semuanya mengaku tidak tahu.
            “Maaf, Nak, ibu baru pulang dari pasar jadi tidak sempat memperhatikan pakaian hanyut di sungai. Coba kau tanyakan Mbok Rondo  yang rumahnya di dekat sungai itu. Dia itu bercocok tanam dekat sungai dan juga sering mencuci baju di sana, jadi siapa tahu ia sempat melihat pakaian ibumu yang hanyut,”jelas seorang perempuan  yang baru pulang dari pasar sambil menggendong anak perempuannya.
            Bawang Putih jadi bersemangat mendengar jawaban ibu itu. Ia lalu bergegas menemui wanita yang dimaksud yang bernama Mbok Rondo. Dan jawaban wanita tua itu sungguh melegakan hatinya. Mbok Rondo ternyata tadi pagi melihat sebuah pakaian yang hanyut di sungai. Ia mengambilnya dan mencuci kembali lalu menjemurnya bersama pakaian miliknya yang lain.
            “Namun karena hari sudah petang, kusarankan sebaiknya kau menginap saja dulu di rumah nenek. Besok pagi baru kau bisa pulang. Takut ada apa-apa di jalan. Apalagi kamu masih muda dan cantik,”ujar Mbok Rondo menasehati. Bawang Putih setuju. Ia tidak mau mengambil resiko.
            Maka iapun menginap semalam di rumah Mbok Rondo. Pagi harinya Bawang Putih yang rajin dan cekatan seharian ikut membantu Mbok Rondo memasak, menanam sayuran di tegalan yang ada di tepi sungai serta mencuci pakaian di sungai. Hingga ia tidak menyadari hari telah sore. Karenanya iapun menginap lagi semalam di rumah wanita tua yang baik hati tersebut. Apalagi masakannya enak sekali. Bawang Putih betah tinggal di rumah itu meski sangat sederhana.
            Barulah keesokan harinya ia memutuskan untuk pulang karena takut nanti dimarahi oleh ibu dan adiknya yang kejam. Ia dibekali makanan dan minuman untuk bekal di jalan oleh Mbok Rondo.
            “Sebagai hadiah, Nenek punya banyak buah pepaya. Mana yang kau pilih, cucuku?”tanya Mbok Rondo sambil memperlihatkan beberapa buah pepaya di keranjang. Ada banyak yang besar-besar dan matang, namun anehnya Bawang Putih justru mengambil buah yang kecil ukurannya.
            “Kenapa tidak yang besar saja, Nak?”tanya Mbok Rondo heran.
            “Ini saja sudah cukup, Nek. Kan, kami hanya bertiga. Ini sudah lebih dari cukup. Terimakasih ya, Nek. Lain waktu jika ada kesempatan aku pasti berkunjung kemari lagi,”balas Bawang Putih sambil pamitan pulang. Mbok Rondo tersenyum kagum melihat kerendahan hati Bawang Putih.
            Setibanya di rumah, seperti dugaannya, Bawang Putih dimarahi habis-habisan oleh ibunya. Meski sudah dijelaskan kenapa ia tidak pulang selama dua hari ini adalah karena usaha mencari pakaian ibunya yang hanyut, ibunya tidak mau menerima alasan tersebut. Bawang Putih dikurung di dalam kamar dan tidak diberi makan seharian. Ketika ia memberikan buah pepaya pemberian Mbok Rondo sebelum masuk ke kamar, buah itu justru dibanting ke lantai dengan keras oleh Bawang Merah yang ikut-ikutan memarahinya.
            Namun kemarahan mereka tiba-tiba saja reda ketika ada banyak perhiasan emas dan permata yang ada di dalam buah pepaya berhamburan di lantai setelah buah malang itu di banting. Keduanya saling pandang sebelum akhirnya dengan rakusnya mengumpulkan benda-benda mahal itu. Ada cincin permata, kalung berlian, anting maupun gelang bertahtakan zamrud biru nan mewah.
            Siangnya Bawang Putih dipanggil oleh ibunya yang kikir itu untuk ditanyakan darimana ia mendapatkan buah pepaya berisi perhiasan mahal tersebut. Namun Bawang Putih hanya terdiam tak mau menjawab. Ia takut mereka malah akan mencelakai Mbok Rondo yang baik hati telah menolongnya.
            “Ayolah ceritakan pada kami bagaimana kamu bisa mendapatkan buah pepaya ajaib ini? Kami  tidak punya maksud apa-apa. Kami berdua hanya ingin tahu dan jika mampu membalas budi baik orang yang telah menolongmu memberikan buah langka seperti ini,”bujuk Bawang Merah. Namun Bawang Putih hanya menggeleng.
            “Ini kau ambil saja semua perhiasan yang ada di dalam buah pepaya yang kau bawa tadi. Tapi tolong ceritakanlah darimana kamu mendapatkannya?”timpal sang ibu dengan penuh harap. Akhirnya Bawang Putih mau bercerita. Seluruh peristiwa yang ia alami sejak mencuci baju di sungai hingga akhirnya menginap di rumah Mbok Rondo yang telah menyelamatkan baju milik ibunya itu ia ceritakan dengan detail tanpa ada satupun yang dikurangi maupun dilebihkan.
            Setelah mendengar cerita menakjubkan itu. Ibu lalu memerintahkan Bawang Merah melakukan sesuatu persis sama seperti apa yang dilakukan oleh Bawang Putih. Tujuannya apalagi kalau bukan didorong oleh keinginan tamak mendapatkan buah pepaya yang lebih banyak daripada yang diperoleh oleh Bawang Putih.
            Bawang Merah mencuci baju di sungai lalu menghanyutkan sebuah baju milik ibunya. Ia kemudian mencarinya hingga bertemu dengan Mbok Rondo. Menginap disana selama dua hari lalu kembali dengan membawa oleh-oleh buah pepaya seperti yang didapatkan oleh Bawang Putih. Bedanya jika Bawang Putih memilih buah pepaya kecil, Bawang Merah yang rakus mengambil buah yang jauh lebih besar ukurannya dengan harapan bisa mendapatkan perhiasan yang lebih banyak.
            “Kakakku itu memang bodoh. Jika ada yang besar kenapa justru memilih buah kecil yang isinya sedikit,”ucapnya sesampainya di rumah.
            Ia dan ibunya lalu masuk ke kamar dan membuka buah itu disana agar tidak dilihat Bawang Putih yang sedang sibuk memasak di dapur. Namun sejurus kemudian terdengar jeritan minta tolong yang menyayat hati. Bawang Putih kaget bukan kepalang. Ia segera bergegas masuk ke kamar ibunya dan meninggalkan masakannya yang hampir matang.
            Namun betapa terkejutnya ia melihat ibu dan adiknya itu telah terkapar dilantai dengan tubuh membiru. Di kamar ada banyak binatang berbisa seperti ular, kalajengking, kelabang maupun tarantula yang baru saja menyengat tubuh mereka hingga mati keracunan karena sifat iri dengki dihati mereka berdua.
            Keesokan harinya, ayah Bawang Putih pulang dan telah mendapati istrinya dan Bawang Merah yang sudah tiada. Dari penuturan Bawang Putih ia jadi tahu sifat mereka yang selama ini disembunyikan darinya. Ayah lalu meminta maaf atas keteledorannya selama ini. Ia lalu berhenti berdagang keliling dan mulai bekerja di rumah saja sejak saat itu agar bisa merawat dan menjaga Bawang Putih dengan baik.
            Berkat hadiah berupa perhiasan mahal dari Mbok Rondo kehidupan mereka berubah sejak saat itu. Merekapun hidup berkecukupan tak kurang suatu apa. Namun demikian mereka tidak lupa membantu orang lain yang tengah kesusahan. Bawang Putih dan ayahnya hidup bahagia selamanya.
           

Posting Komentar untuk "BAWANG MERAH dan BAWANG PUTIH #bawang"