Di
sebuah lembah Afrika yang penuh dengan pepohonan dan buah-buahan, tinggalah
beberapa keluarga monyet yang riang dan rukun. Mereka hidup saling berbagi dan
tolong menolong dalam segala hal.
Pada suatu hari mereka kedatangan tamu
seekor jerapah besar yang sangat tinggi badannya. Tanpa permisi ia langsung
memakan daun dan buah-buahan yang ada.
“Wahai, Tuan Jerapah yang baik hati,
tolonglah jangan dihabiskan semua buah makanan kami,”pinta Pemimpin Monyet yang
tinggal di situ.
“Kami akan bersedia membagi buah milik
kami dengan Anda, jika Anda juga mau berbagi dengan kami,” imbuhnya lagi.
“Berbagi buah? Apa maksudmu? Aku kurang
paham,”jawab Jerapah santai.
“Begini maksudnya, Tuan. Di tempat ini
kan tinggal beberapa keluarga di pohon yang berbeda. Ada yang tinggal di pohon
apel, ada yang membuat rumah di pohon jeruk, ada yang di pohon pir dan lain
sebagainya. Namun mereka juga sering berbagi buah dengan kami, begitupun
sebaliknya sehingga semua keluarga senang bisa menikmati semua buah yang tumbuh
di tempat ini,”jelas Monyet panjang lebar.
“Oh, betapa bodohnya kalian jika
begitu,”balas Jerapah.
“Bagaimana
jika ada keluarga yang tinggal di pohon tanpa buah. Tentu mereka tidak punya
buah untuk ditukar. Apa yang lain masih tetap mau berbagi?”
“Tentu saja kita tetap mau berbagi,
Tuan. Karena bagaimanapun dengan tetanggga kita kan harus saling
membantu,”jawab Monyet seraya tersenyum.
“Ehm… Itu kan cara kalian,”timpal
Jerapah,”Tapi aku tidak seperti itu. Aku dengan tinggi badanku ini, bisa meraih
semua buah seorang diri tanpa bantuan siapapun.”
Jerapah kembali meraih daun dan buah
sepuasnya tanpa mempedulikan keluarga monyet yang menyaksikannya dengan sedih.
Mereka bingung kemana harus mencari makanan jika semua dihabiskan oleh
pendatang baru yang pelit itu.
Namun, malamnya hujan disertai badai
topan yang sangat kencang datang. Ditambah dengan gelegar petir
menyambar-nyambar mengerikan. Jerapah berusaha bersembunyi di bawah pohon
tertinggi. Namun tiba-tiba saja pohon itu tumbang dan menimpa kepala dan leher
Jerapah.
Iapun terjatuh ke tanah dan pingsan.
Keesokan harinya ketika siuman, ia kesulitan mengangkat lehernya yang panjang.
Beberapa keluarga monyet datang mendekat mengerumuninya tapi tidak membantu. Hanya
melihat saja.
“Maaf Tuan Jerapah, kami punya aturan
akan membantu pihak lain yang juga mau membantu kami. Sementara Anda, kami tahu tidak mau seperti itu. Jadi kami
tidak bisa membantu Anda,”jelas seekor Monyet menjawab permintaan tolong
Jerapah. Mereka lalu kembali ke rumahnya masing-masing.
Tak lama kemudian, Jerapah merasa lapar.
Ia yang belum mampu mengangkat leher panjangnya hanya bisa menemukan buah beri
kecil yang tumbuh tidak jauh dari lehernya tergeletak. Dengan susah payah,
akhirnya ia bisa meraih buah beri kecil itu semampu yang dia bisa.
“Hai para monyet sahabatku. Lihatlah
sekarang aku sudah punya buah beri manis untuk berbagi dengan kalian. Silahkan
turun dan nikmatilah buah yang segar ini,”seru Jerapah kepada para monyet yang
ada di pepohonan.
Merekapun turun lalu mencicipi buah beri
itu dengan senangnya. Jerapah bahagia sekali melihat senyum di wajah para
monyet itu. Ia belum pernah berbagi seperti itu sebelumnya.
“Terimakasih atas buah berinya, Tuan.
Tunggulah sebentar kami juga punya sedikit persediaan buah untukmu,”ucap seekor
monyet.
Tidak lama setelah itu, Jerapah sudah
dikelilingi oleh berbagai daun dan buah pemberian para monyet. Ia mendapat
pasokan makanan yang cukup dari mereka hingga tubuhnya kembali sehat dan bisa
berjalan seperti biasanya.
Sekarang Jerapah mengerti apa itu
artinya berbagi. Iapun memutuskan untuk tetap tinggal di lembah itu bersama
para monyet yang hangat dan baik hati.
Posting Komentar untuk "JERAPAH PELIT DAN MONYET YANG DERMAWAN #jerapah #monyet"